Sindiran UAH: Tak Pernah Sholat dan Ngaji, Eh.. Dapat Musibah Ngaku Dapat Ujian

Melalui ceramahnya, UAH menyampaikan bahwa sholat dan mengaji adalah kewajiban yang perlu dipenuhi, bukan hanya untuk mendapat pahala, tetapi juga sebagai tameng dari berbagai musibah dan masalah hidup.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Nov 2024, 07:30 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2024, 07:30 WIB
uah 222
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Penceramah Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam ceramahnya mengingatkan tentang pentingnya keterkaitan antara ibadah dan keimanan seseorang.

Menurutnya, ada banyak orang yang tak pernah mendekatkan diri pada Allah melalui sholat dan mengaji, tetapi ketika musibah datang, mereka menganggap itu sebagai ujian dari Allah SWT.

UAH menyampaikan bahwa ujian sebenarnya ditujukan untuk menguatkan iman seseorang, sedangkan orang yang tak pernah melakukan ibadah secara konsisten perlu merefleksikan diri mereka.

Dalam pandangan UAH, ketika seseorang tidak pernah melakukan sholat atau mengaji namun mengaku diuji saat tertimpa musibah, hal tersebut merupakan pemahaman yang keliru.

Ia mengibaratkan hal ini seperti seseorang yang tak pernah ikut sekolah tetapi merasa harus menjalani ujian. “Enggak pernah sholat, enggak pernah ngaji, tiba-tiba dapat musibah. Lalu, mengatakan dirinya diuji,” ujarnya.

Ceramah UAH ini dikutip dari sebuah tayangan video di kanal YouTube @Hasanahislam27. Dalam video tersebut, UAH membahas bahwa cobaan atau ujian seharusnya muncul sebagai bagian dari proses peningkatan iman, bukan sekadar dampak dari kelalaian dalam menjalankan perintah agama.

 

Simak Video Pilihan Ini:

UAH: Gak Sekolah kok Ujian?

Warga Dubai Sholat Tahajud di Malam Lailatul Qadar
Umat Muslim melaksanakan sholat. (AFP/Karim Sahib)

Ia mengajak umat Islam untuk lebih memahami arti ujian yang sesungguhnya dalam kehidupan.

Lebih lanjut, UAH menjelaskan bahwa sholat dan mengaji adalah salah satu bentuk dasar dari ibadah dan pendekatan diri kepada Allah.

Tanpa fondasi ini, seseorang tidak memiliki bekal spiritual yang cukup untuk menghadapi berbagai ujian hidup. Menurutnya, menganggap musibah sebagai ujian tanpa adanya usaha mendekatkan diri pada Allah adalah kesalahan persepsi yang perlu diluruskan.

UAH mengingatkan bahwa dalam Islam, ujian diberikan kepada mereka yang memiliki keimanan kuat sebagai bentuk pengujian ketakwaan.

Namun, jika seseorang jauh dari ibadah, maka musibah yang datang bisa saja merupakan teguran atau peringatan dari Allah. Ia mengimbau untuk tidak menganggap remeh pentingnya beribadah sebagai persiapan spiritual menghadapi segala cobaan hidup.

Melalui ceramahnya, UAH menyampaikan bahwa sholat dan mengaji adalah kewajiban yang perlu dipenuhi, bukan hanya untuk mendapat pahala, tetapi juga sebagai tameng dari berbagai musibah dan masalah hidup.

“Kalau tidak pernah sholat atau ngaji, bagaimana mungkin menyebut musibah itu sebagai ujian? Gak sekolah kok ikut ujian?” ucapnya, diiringi tawa renyahnya.

 

Ujian Bukan Sekedar Musibah

Ilustrasi mengaji, baca Al-Qur'an
Ilustrasi mengaji, baca Al-Qur'an. (Photo created by rawpixel.com on www.freepik.com)

Dalam ajaran Islam, setiap orang yang beriman dituntut untuk senantiasa menjalankan ibadah sebagai bentuk pengabdian kepada Sang Pencipta.

Menurut UAH, mereka yang menjalani ibadah dengan ikhlas akan lebih siap menghadapi ujian hidup, karena iman yang kokoh menjadi sumber kekuatan di kala menghadapi berbagai kesulitan.

UAH mengingatkan bahwa setiap musibah yang datang harus disikapi dengan introspeksi diri dan melihat kembali hubungan kita dengan Allah.

Seseorang yang menjalani ibadah dengan konsisten akan memahami bahwa ujian yang diberikan adalah sarana untuk meningkatkan ketakwaan. Sebaliknya, mereka yang lalai seringkali merasa terkejut saat musibah datang, tanpa memiliki bekal iman yang cukup.

Di sisi lain, UAH juga menekankan bahwa Allah selalu memberikan jalan bagi mereka yang bertakwa, termasuk dalam menghadapi musibah.

Dengan sholat dan mengaji, hati seseorang akan lebih tenang dan mampu melihat hikmah di balik setiap kejadian. Orang yang memiliki keimanan kuat tidak akan mudah goyah saat diuji, berbeda dengan yang jarang beribadah.

Menurut UAH, musibah yang menimpa seseorang bisa menjadi tanda bahwa ada yang perlu diperbaiki dalam kehidupannya. Jika selama ini jauh dari Allah, maka musibah bisa menjadi pengingat untuk kembali mendekatkan diri.

Dalam Islam, ujian yang sesungguhnya adalah untuk mereka yang siap secara spiritual, dan menjalankan ibadah adalah bentuk kesiapan tersebut.

UAH juga mengajak umat Islam untuk tidak mengabaikan sholat dan mengaji, karena keduanya adalah sumber kekuatan spiritual yang mampu membimbing seseorang dalam berbagai situasi hidup.

Ia menekankan bahwa ibadah bukan hanya tentang rutinitas, tetapi merupakan cara mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan perlindungan dari segala cobaan.

Pesan yang disampaikan UAH ini sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan pentingnya mendekatkan diri kepada Allah. Dengan menjalankan ibadah secara konsisten, seseorang akan merasakan ketenangan batin dan lebih siap menghadapi berbagai ujian.

Musibah, bagi orang yang beriman, bukan lagi dianggap sebagai penderitaan semata, melainkan sarana untuk lebih memperkuat iman.

Dalam perspektif Islam, ujian bukan sekadar musibah, tetapi alat untuk menilai ketulusan dan keteguhan iman. UAH menjelaskan bahwa orang yang beriman akan menjadikan ujian sebagai kesempatan untuk lebih dekat dengan Allah, sementara mereka yang tidak pernah beribadah akan sulit menemukan hikmah di balik musibah.

Terakhir, UAH berpesan agar setiap orang yang beriman tidak lalai dalam ibadahnya, karena sholat dan mengaji adalah kunci ketenangan hati dan persiapan menghadapi segala situasi hidup.

Tanpa ibadah, seseorang akan mudah merasa lemah saat menghadapi cobaan, dan hal ini bisa mengarah pada hilangnya kepercayaan diri dalam menjalani hidup.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya