Liputan6.com, Jakarta - Dalam Islam, perasaan selalu diawasi oleh Allah SWT merupakan salah satu tanda kedekatan spiritual seseorang. KH Yahya Zainul Ma'arif, atau yang akrab disapa Buya Yahya, memberikan penjelasan mendalam mengenai hal ini dalam ceramahnya.
Ia menyebutkan bahwa perasaan selalu merasa dilihat Allah akan menjauhkan seseorang dari kemaksiatan dan mendorong untuk segera berbuat kebaikan.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial, Buya Yahya menyampaikan bahwa kebiasaan mengingat Allah secara terus-menerus adalah cara untuk menumbuhkan perasaan diawasi oleh-Nya. Dengan merasakan keberadaan Allah dalam setiap aspek kehidupan, seseorang akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan berucap.
Buya Yahya menjelaskan bahwa orang yang sudah terbiasa mengingat Allah akan merasa sulit melakukan hal-hal yang diharamkan. Hal ini dikarenakan rasa malu dan takut terhadap dosa semakin kuat, seiring dengan keyakinan bahwa Allah menyaksikan setiap langkah yang diambil.
Menurut Buya Yahya, perasaan ini akan mendorong seseorang untuk segera melakukan kebaikan tanpa menunda-nunda. Kesadaran bahwa setiap perbuatan dilihat oleh Allah akan memotivasi untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin, berusaha menjauhi yang dilarang dan berbuat yang diperintahkan.
Buya Yahya juga mengingatkan bahwa perasaan selalu dilihat Allah tidak datang begitu saja, melainkan harus dilatih dengan terus-menerus mengingat-Nya. Melalui ibadah, doa, dan dzikir, seseorang bisa melatih hati dan pikiran agar selalu fokus pada Allah dalam segala hal yang dilakukan.
Ia menyebut bahwa ketika seseorang sudah mencapai tingkat kesadaran ini, maka sikapnya dalam beribadah akan berubah secara signifikan. Tidak hanya melakukan ibadah secara rutin, tetapi juga melaksanakannya dengan penuh keikhlasan dan cinta karena merasa diperhatikan oleh Sang Pencipta.
Simak Video Pilihan Ini:
Jika Memiliki Perasaan Selalu Diawasi, Pertanda Ini
Menurut Buya Yahya, perasaan selalu diawasi Allah adalah salah satu tanda seseorang telah mencapai tingkat kecintaan yang tinggi kepada-Nya. Seseorang yang sudah merasa selalu dilihat Allah akan merasa malu untuk melakukan hal-hal yang tidak diridhai oleh-Nya, bahkan hal yang sekecil apapun.
Buya Yahya menjelaskan, rasa malu ini bukanlah rasa malu biasa, melainkan rasa malu spiritual yang tumbuh dari kedekatan dengan Allah. Dengan perasaan ini, seseorang akan terdorong untuk menjalankan perintah-Nya tanpa paksaan, seolah-olah setiap tindakan selalu diperiksa langsung oleh Allah.
Dalam ceramahnya, Buya Yahya juga menyebutkan bahwa orang yang merasa dilihat Allah akan selalu memiliki semangat untuk menambah amalan baik. Perasaan ini menjadikan hidup seseorang lebih bermakna, sebab ia merasa semua perbuatannya memiliki nilai di hadapan Allah.
Ia menambahkan, kedekatan ini menjadikan seseorang menjadi sosok yang senantiasa menjaga kehormatan dan akhlaknya. Tidak hanya kepada Allah, tetapi juga kepada sesama manusia, karena ia tahu bahwa setiap perbuatannya diawasi dan dicatat oleh-Nya.
Menurut Buya Yahya, perasaan ini juga bisa mencegah seseorang dari bersikap riya atau berbuat baik hanya untuk dilihat orang lain. Dengan merasa selalu dilihat Allah, seseorang tidak membutuhkan pengakuan dari manusia, sebab ia tahu bahwa Allah sudah menyaksikan semua amalannya.
Buya Yahya mengungkapkan bahwa dengan perasaan ini, seseorang akan menjadi lebih ikhlas dalam berbuat kebaikan. Setiap amal yang dilakukan akan dilandasi oleh niat untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan sekadar mencari pujian atau pengakuan dari orang lain.
Advertisement
Biasakan Mengingat Allah SWT
Ia menekankan pentingnya membiasakan diri mengingat Allah dalam setiap aktivitas, baik besar maupun kecil. Melalui kebiasaan ini, seseorang akan semakin mudah merasa selalu dilihat Allah, hingga akhirnya perasaan ini menjadi bagian dari kehidupannya sehari-hari.
Buya Yahya menyebut bahwa saat seseorang mencapai tingkat ini, ia telah mendekati kategori kekasih Allah. Orang seperti ini tidak akan tergoda untuk melakukan keburukan, dan akan selalu merasa terpanggil untuk melakukan kebaikan, tanpa perlu paksaan dari siapa pun.
Buya Yahya juga mengingatkan agar tidak cepat merasa cukup dalam beribadah dan mengingat Allah. Meski sudah merasa dekat dengan Allah, tetaplah meningkatkan ibadah, sebab semakin tinggi kedekatan, semakin besar pula keinginan untuk memperbaiki diri di hadapan-Nya.
Ia mengajak umat untuk senantiasa memperbaiki kualitas hubungannya dengan Allah. Dengan berusaha merasa selalu dilihat oleh Allah, seseorang akan memiliki kehidupan yang lebih tenang, sebab ia tahu bahwa Allah selalu hadir dalam setiap langkahnya.
Sebagai penutup, Buya Yahya berpesan agar umat tidak hanya menjalankan ibadah secara formalitas, tetapi juga merasakan kehadiran Allah dalam setiap ibadah. Dengan perasaan ini, seseorang akan memiliki hubungan yang lebih erat dengan Allah, dan hidupnya akan dipenuhi dengan keberkahan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul