Liputan6.com, Jakarta - KH Hamim Tohari Jazuli, atau yang dikenal sebagai Gus Miek, memiliki pendekatan dakwah yang kerap kali berbeda dari kiai pada umumnya. Salah satu metode dakwahnya adalah dengan mengunjungi tempat-tempat yang dianggap tabu seperti lokasi perjudian dan tempat hiburan malam, termasuk area yang dihuni para wanita penghibur.
Pernah satu ketika, Gus Miek bersama putra KH Ahmad Siddiq, yaitu Gus Farid. Di kesempatan itu, Gus Farid penasaran bagaimana cara pandang Gus Miek ketika berada di tengah-tengah para wanita penghibur yang tampil dengan dandanan seronok dan pakaian minim alias seksi.
Advertisement
“Gus, gimana perasaan sampean bila bersama dengan wanita-wanita yang begitu cantik bersolek menawan dengan pakaian yang sangat minim?” tanya Gus Farid, dikutip dari video di kanal YouTube @karomahislam.
Advertisement
Pertanyaan itu muncul dari rasa ingin tahu Gus Farid tentang cara Gus Miek menjaga hatinya di lingkungan yang penuh godaan.
Alih-alih langsung menjawab, Gus Miek justru melemparkan kembali pertanyaan kepada Gus Farid, “Kamu gimana?” tanya Gus Miek. Mendengar pertanyaan balik itu, Gus Farid tanpa ragu menjawab bahwa wanita-wanita tersebut tampak cantik dan mempesona di matanya.
Mendapat jawaban dari Gus Farid, Gus Miek kemudian berkata, “Itu kalau pandanganmu.” Jawaban itu seolah menunjukkan bahwa pandangan seseorang terhadap suatu objek bisa sangat berbeda tergantung sudut pandang dan kondisi batin masing-masing orang.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Begini Cara Mengubahnya
Gus Farid, yang penasaran dengan maksud jawaban tersebut, kembali bertanya, “Beda toh, Gus?” Gus Miek pun menjawab dengan tegas, “Ya beda.” Jawaban itu mengisyaratkan bahwa ada perbedaan cara pandang antara keduanya, terutama dalam melihat wanita-wanita yang bekerja di tempat hiburan malam.
Untuk menjawab rasa penasaran Gus Farid lebih jauh, Gus Miek kemudian mengusap wajah Gus Farid. Sentuhan tersebut diikuti oleh sesuatu yang mengejutkan, Gus Farid merasakan perubahan dalam pandangannya terhadap wanita-wanita di sekitarnya. Wanita-wanita yang tadinya tampak cantik dan mempesona kini terlihat berbeda.
Setelah mengalami perubahan pandangan tersebut, Gus Miek kembali bertanya, “Gimana sekarang? Apakah masih ada perasaan nafsu atau gimana?” Gus Farid menjawab dengan nada kaget, “Lah, kalau kayak gini tidak ada perasaan sama sekali, Gus. Malah jijik dan ada rasa pingin muntah.”
Dalam pandangan Gus Farid yang sudah berubah, wanita-wanita tersebut tampak sebagai sosok yang berbeda. Ia tidak lagi melihat kecantikan fisik mereka, melainkan seolah melihat tubuh yang dibalut tulang dan daging berlumuran darah. Gambaran ini menggambarkan bahwa wanita tersebut tidak lagi terlihat mempesona, melainkan mengundang rasa iba dan keprihatinan.
Pengalaman tersebut menjadi pelajaran bagi Gus Farid bahwa pandangan seseorang terhadap objek yang bisa memicu maksiat, seperti wanita penghibur, dapat berubah ketika seseorang memiliki pandangan yang lebih spiritual. Gus Miek, dengan metode uniknya, menunjukkan bagaimana cara mengubah cara pandang terhadap godaan duniawi dengan pendekatan batin yang mendalam.
Menurut Gus Miek, terkadang seseorang bisa tergoda hanya dengan melihat kecantikan fisik. Maka dari itu, ia memberikan pemahaman kepada Gus Farid bahwa di balik penampilan yang menarik, ada sisi lain yang seringkali tak terlihat, yaitu sisi kemanusiaan yang tak sempurna dan kadang berlumuran dosa.
Advertisement
Pendekatan Gus Miek Tak Lazim
Dengan mengubah pandangan Gus Farid, Gus Miek seolah menunjukkan bahwa godaan duniawi dapat dihindari jika seseorang mampu melihat sesuatu dari sisi yang berbeda, bukan hanya dari tampilan fisik semata. Hal ini memberikan pesan moral bahwa cara kita memandang suatu objek sangat dipengaruhi oleh niat dan kedalaman spiritual.
Dari kisah ini, Gus Miek seakan ingin mengajarkan bahwa kesucian hati dan pandangan yang jernih terhadap godaan sangat penting bagi seseorang dalam menjaga dirinya dari perbuatan yang melanggar aturan agama. Transformasi pandangan tersebut adalah salah satu bentuk dakwah Gus Miek yang berbeda, namun memberikan efek mendalam bagi yang merasakannya.
Gus Miek menggunakan pendekatan yang tidak lazim dalam dakwahnya, tetapi pendekatan tersebut terbukti efektif dalam memberikan pemahaman yang kuat kepada orang lain. Melalui metode ini, Gus Miek ingin menunjukkan bahwa godaan duniawi sebenarnya tidak lebih dari ujian yang bisa diatasi dengan cara pandang yang benar.
Kisah ini menunjukkan bahwa Gus Miek tidak hanya berfokus pada teori agama semata, tetapi juga pada praktik nyata dalam menjaga diri dari hawa nafsu. Ia mencontohkan bahwa pandangan manusia bisa berubah drastis ketika mereka memahami makna di balik sebuah godaan.
Gus Miek ingin agar umat tidak terjebak pada penampilan fisik, tetapi melihat esensi di balik setiap ciptaan. Melalui cara pandang ini, seseorang dapat membentengi diri dari hal-hal yang dapat menjauhkan mereka dari nilai-nilai keagamaan.
Dengan cara yang unik dan berbeda, Gus Miek memberikan pelajaran bahwa memandang sesuatu dengan hati yang bersih akan membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam terhadap godaan dunia. Kisah ini menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih menjaga pandangan dan tidak mudah tergoda pada hal-hal yang bisa merusak nilai spiritualitas.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul