Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki banyak ulama dan wali Allah yang tersohor hingga mancanegara. Salah satunya adalah Syekh Nawawi Al-Bantani. Beliau merupakan seorang ulama kelahiran Banten yang bertaraf internasional
Mengingat kecerdasan dan kemasyhurannya di bidang ilmu agama, Syekh Nawawi mendapat banyak julukan. Misalnya, Sayyid Ulama al-Hijaz (pemimpin ulama hijaz), al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang mumpuni ilmunya), A'yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah (tokoh ulama abad 14 Hijriah), hingga Imam Ulama al-Haramain, (Imam ulama dua kota suci).
Advertisement
Syekh Nawawi dikenal sebagai ulama yang sangat produktif menulis kitab. Karya-karya tulisnya sudah mencapai ratusan kitab, meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Bahkan, Syekh Nawawi juga sering mensyarahkan kitab dari ulama-ulama ternama.
Advertisement
Baca Juga
Selain menulis kitab, Syekh Nawawi juga aktif mengajar. Bahkan, praktik mengajarnya sudah ia lakukan sejak usianya belum genap lima belas tahun. Ia pernah mencari tempat di pinggir pantai agar lebih leluasa mengajar murid-muridnya yang kian hari bertambah banyak.
Setelah usianya mencapai lima belas tahun, Syekh Nawawi berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan haji. Kesempatan tinggal di Makkah ia manfaatkan dengan berguru ke sejumlah ulama masyhur di sana.
Saat Syekh Nawawi di Tanah Suci, ada satu kisah karomah menarik yang sering dituturkan oleh ulama zaman sekarang tentang kekeramatan Syekh Nawawi. Kisah itu menceritakan tentang Syekh Nawawi yang menunjukkan kewaliannya di depan ulama Arab.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kisah Syekh Nawawi Tunjukkan Kewaliannya di Depan Ulama Arab
Dikisahkan oleh Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, KH Ade Fatahillah, suatu ketika Syekh Nawawi membawa belut yang dikeringkan ke Makkah. Belut yang mirip ular itu menjadi pembahasan ulama Arab saat makan bersamanya.
“Mahadihi?” kata ulama Arab, dikutip dari NU Online Jabar.
“Belut,” jawab Syekh Nawawi.
“Kaifa haram, kalhayat seperti Ular,” ujar ulama tersebut.
Syekh Nawawi menjawab ular dan belut berbeda. Namun, ulama Arab itu bersikukuh bahwa keduanya sama. Akhirnya timbullah pertengkaran.
Advertisement
Pembuktian Syekh Nawawi
Untuk menghalau pertengkaran dan membuktikan kebenaran perbedaannya, Syekh Nawawi dengan sekejap menghadirkan ular dan belut yang masih hidup. Ini suatu karomah, entah dari mana mengambilnya karena di Arab tidak ada belut.
"Ini belut yang hidup dan ini ular, bagaimana?” tanya Syekh Nawawi.
“Terlihat benar, tasyri,” timpal ulama Arab.
Mengambil pelajaran dari kejadian tersebut, maka Syekh Nawawi pulang ke Indonesia dan mengarang kitab Balut, kitab tentang penjelasan hewan belut dan hewan-hewan lainnya.
Demikian salah satu kisah karomah Syekh Nawawi di depan ulama Arab Saudi. Tentu saja karomah tersebut terjadi atas kehendak Allah SWT.
Wallahu a’lam