Liputan6.com, Jakarta - Fenomena konten viral di media sosial sering kali menjadi perhatian banyak orang. Namun, tidak semua konten viral membawa manfaat atau makna positif. Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendiri Quantum Akhyar Institute, memberikan pandangan tajam terkait hal ini.
UAH menyoroti kesibukan sebagian orang yang hanya fokus pada dunia, tanpa memerhatikan dampak jangka panjangnya.
UAH menyatakan bahwa banyak orang sibuk membuat konten demi viralitas, meski harus mengorbankan nilai-nilai penting. "Bahkan, tak jarang konten tersebut justru memicu perpecahan di tengah masyarakat," ujar UAH dalam sebuah ceramah yang dirangkum dari kanal YouTube @muhamadilhamarizki5809.
Advertisement
“Hei orang-orang yang sibuk dengan dunia. Sibuk sampai lupa akhirat, sering berdebat pada yang tidak penting, diskusi tanpa solusi, hanya bikin konten asal viral saja,” ujar UAH.
Menurut UAH, fenomena ini mencerminkan betapa jauhnya manusia dari tujuan hidup yang sebenarnya. Ia mengingatkan bahwa dunia hanyalah tempat singgah sementara, dan fokus utama seharusnya adalah mempersiapkan bekal untuk akhirat.
“Ramai-ramai bikin perpecahan, sampai kapan itu mau dilakukan? Kata Allah, sampai engkau lupa dengan akhiratmu,” lanjutnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Jangan Asal Viral, Mulai Lebih Bijak dalam Membuat Konten
UAH menekankan pentingnya menjadikan kesuksesan dunia sebagai jalan menuju kebahagiaan akhirat. Menurutnya, aktivitas duniawi harus diiringi dengan kesadaran akan tanggung jawab akhirat.
Ia mengajak para pembuat konten untuk berpikir lebih bijak dalam menghasilkan karya. Konten yang dibuat seharusnya tidak hanya mengejar popularitas, tetapi juga membawa manfaat bagi masyarakat.
UAH juga menyoroti kecenderungan sebagian orang yang sibuk mencari pengakuan dari manusia, tetapi lupa bahwa pengakuan sejati hanya dari Allah.
“Bawa kesuksesan duniamu untuk kebahagiaan akhiratmu, karena satu saat engkau akan berpisah dengan apa yang kau sibukkan itu,” tegasnya.
Menurut UAH, setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukannya di dunia. Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya menjaga niat dan tujuan dalam berkarya.
Ia memberikan contoh sederhana bagaimana konten positif dapat menjadi sarana dakwah yang efektif. Dengan niat yang baik, konten bisa menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir.
Namun, sebaliknya, konten yang hanya mengejar sensasi dan viralitas tanpa peduli dampaknya akan menjadi beban di akhirat. UAH mengingatkan bahwa setiap perbuatan manusia akan dicatat dan dihisab.
Advertisement
Berpikirlah soal Nilai dan Tanggung Jawab
“Setiap kata, tindakan, dan karya yang kita hasilkan akan dimintai pertanggungjawaban. Jadi, buatlah konten yang bernilai, bukan hanya viral,” jelasnya.
UAH juga mengingatkan bahwa kehidupan dunia sangat singkat. Waktu yang dimiliki seharusnya dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Menurutnya, fokus pada hal-hal duniawi tanpa mempertimbangkan akhirat hanya akan membawa kerugian. Ia mengajak semua orang untuk lebih bijak dalam memanfaatkan waktu dan potensi yang dimiliki.
“Jangan sampai kita sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, sementara kita lupa bahwa waktu kita di dunia sangat terbatas,” ujarnya.
UAH juga menekankan pentingnya introspeksi diri. Ia mengajak para pembuat konten untuk merenungkan apakah karya yang mereka hasilkan benar-benar membawa kebaikan atau justru sebaliknya.
Ia berharap agar setiap orang, terutama yang berkecimpung di dunia digital, menjadikan niat baik sebagai landasan utama dalam berkarya. Dengan begitu, setiap karya yang dihasilkan tidak hanya berdampak positif di dunia, tetapi juga menjadi bekal di akhirat.
Melalui pesan ini, UAH mengajak semua pihak untuk lebih sadar akan tanggung jawabnya, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.
Ia menutup ceramahnya dengan mengingatkan bahwa dunia adalah tempat sementara, dan kesuksesan sejati adalah yang bisa membawa kebahagiaan di akhirat.
“Jadikan apa yang kau lakukan di dunia ini sebagai bekal untuk kehidupan yang lebih baik di akhirat. Jangan sia-siakan waktu yang Allah berikan,” tutupnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul