Liputan6.com, Jakarta - Dalam ajaran Islam, kehidupan setelah kematian menjadi peringatan besar bagi manusia. Salah satu hal yang sering menjadi perbincangan adalah lamanya siksa di akhirat, yang disebutkan dalam Al-Qur'an memiliki dimensi waktu berbeda dengan dunia.
KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, menjelaskan bahwa satu hari di akhirat dalam keadaan siksa bisa setara dengan seribu tahun di dunia. Perbedaan ini bukan hanya soal persepsi, tetapi juga hakikat yang sesungguhnya terjadi.
"Siksa Allah nanti yang Allah berikan, satu hari menurut Allah itu akan engkau rasakan seperti seribu tahun," ujar Buya Yahya dalam sebuah ceramahnya, yang dikutip melalui tayangan video di kanal YouTube @AlBahjah-TV, di mana Buya Yahya mengupas lebih dalam tentang makna waktu dalam siksaan di akhirat.
Advertisement
Ia menjelaskan bahwa perasaan seseorang terhadap waktu sangat bergantung pada kondisi yang dialaminya. Ketika seseorang berada dalam keadaan nyaman dan bahagia, waktu terasa berjalan cepat. Namun, ketika mengalami kesulitan atau penderitaan, waktu terasa sangat lambat.
"Anda mau pergi ke suatu tempat dalam keadaan normal, apalagi senang, terasa begitu cepat sampai. Tapi kalau sedang sakit perut, ingin ke toilet, mencari rest area, rasanya lama sekali, padahal waktunya tetap sama," jelasnya.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan ini:
Siksa Akhirat Satu Hari Setara 1.000 Tahun
Buya Yahya mengaitkan fenomena ini dengan bagaimana waktu dirasakan di akhirat. Menurutnya, di dunia waktu bisa terasa cepat atau lambat tergantung kondisi, namun di akhirat bukan hanya sekadar perasaan, melainkan hakikat sesungguhnya.
"Di dunia, jam ini seakan tidak berputar ketika kita tersiksa. Matahari seakan tidak bergerak. Tapi kalau kita dalam kenyamanan, waktu begitu cepat berlalu. Di akhirat nanti bukan hanya soal perasaan, tapi hakikatnya memang begitu," katanya.
Ia menegaskan bahwa satu hari dalam siksaan Allah di akhirat benar-benar setara dengan seribu tahun yang dirasakan di dunia. Hal ini menunjukkan betapa dahsyatnya siksa di akhirat yang tidak bisa dibandingkan dengan penderitaan duniawi.
"Satu hari menurut Allah nanti dalam siksa Allah itu adalah seperti seribu tahun yang kita rasakan saat ini. Artinya apa? Pedih banget nanti siksanya. Jangan main-main dengan siksa Allah," ujar Buya Yahya memperingatkan.
Menurutnya, perpanjangan waktu ini adalah bentuk keadilan Allah dalam memberikan balasan kepada manusia yang ingkar. Jika di dunia manusia bisa lalai terhadap dosa, di akhirat tidak ada lagi kesempatan untuk menghindar dari balasan tersebut.
"Di dunia, orang sering menganggap waktu yang berlalu begitu cepat. Padahal nanti, ketika siksa Allah turun, satu hari saja akan terasa seperti ribuan tahun," tuturnya.
Buya Yahya juga menambahkan bahwa kesadaran akan perbedaan waktu ini seharusnya membuat manusia lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Setiap dosa yang dilakukan harus disadari dampaknya, karena balasannya tidak ringan.
Advertisement
Bagaimana Menghindari Siksa Akhirat?
"Siksaan di akhirat bukan hanya soal rasa sakitnya, tetapi juga waktu yang terasa begitu panjang. Ini bukan sekadar bayangan, tapi kenyataan yang akan terjadi," katanya.
Ia mengajak umat Islam untuk memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi maksiat, agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang akan merasakan siksaan berat di akhirat.
"Jangan main-main dengan siksa Allah. Hakikatnya sudah pedih, dirasanya sangat pedih, dan waktunya pun diperpanjang oleh Allah," tegasnya.
Dalam ceramahnya, Buya Yahya mengingatkan bahwa ancaman siksa ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi sebagai bentuk kasih sayang Allah agar manusia sadar dan kembali ke jalan yang benar.
"Kalau kita tahu bahwa satu hari siksa di akhirat itu setara dengan seribu tahun di dunia, apakah kita masih mau berbuat maksiat?" tanyanya kepada para jamaah.
Menurutnya, pemahaman tentang siksa ini juga harus diiringi dengan keyakinan akan rahmat Allah. Sebab, Allah Maha Pengampun bagi hamba-Nya yang benar-benar bertaubat.
"Jangan sampai kita putus asa dari rahmat Allah. Taubat masih terbuka, tetapi jangan menunda-nunda, karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput," pesannya.
Dengan memahami hakikat waktu dalam siksa di akhirat, manusia seharusnya lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan dunia. Sebab, apa yang terlihat sebentar di dunia, bisa menjadi ribuan tahun di akhirat jika harus menjalani hukuman Allah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
