Liputan6.com, Jakarta - Ziarah kubur merupakan salah satu amalan yang dianjurkan dalam Islam untuk mengingat kematian dan mendoakan orang-orang yang telah meninggal. Namun, terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum mencium batu nisan saat ziarah kubur.
Seperti dietahui, dalam tradisi masyarakat tertentu, mencium batu nisan saat ziarah kubur sering dilakukan sebagai bentuk penghormatan atau ungkapan rasa cinta kepada orang yang telah wafat, terutama para wali atau tokoh yang dianggap memiliki keberkahan.
Advertisement
Kebiasaan ini berkembang di berbagai daerah dengan latar belakang budaya dan keyakinan masing-masing. Sebagian orang meyakini bahwa tindakan ini merupakan cara untuk bertabarruk atau mengambil berkah, sementara yang lain melakukannya sebagai ekspresi emosional terhadap sosok yang dihormati.
Advertisement
Sebagian ulama menyebutnya sebagai bid'ah yang terlarang, sementara sebagian lainnya memperbolehkannya dengan niat tertentu.
Dikutip dari Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB (www.piss-ktb.com), dalam kitab al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzab karya Imam Nawawi disebutkan bahwa mencium dan mengusap kuburan termasuk perbuatan yang tidak dianjurkan dalam Islam. Beliau mengutip pendapat Imam Abu al-Hasan:
قال أبو الحسن واستلام القبور وتقبيلها الذى يفعله العوام الآن من المبتدعات المنكرة شرعا ينبغي تجنب فعله وينهي فاعله
"Imam Abu al-Hasan berkata, ‘Mengusap dan mencium kuburan seperti yang dilakukan oleh orang awam saat ini adalah tergolong bid’ah munkarah secara syara’. Hendaknya untuk dihindari dan dicegah orang yang melakukan hal ini.’”
Selain itu, dalam kitab Mauidzah al-Mu’minin dijelaskan bahwa mencium dan mengusap kuburan merupakan kebiasaan kaum Nasrani. Disebutkan:
وَالْمُسْتَحَبُّ فِي زِيَارَةِ الْقُبُورِ أَنْ يَقِفَ مُسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةِ مُسْتَقْبَلًا لِوَجْهِ الْمَيِّتِ ، وَأَنْ يُسَلِّمَ وَلَا يَمْسَحَ الْقَبْرَ وَلَا يَمَسَّهُ وَلَا يُقَبِّلَهُ ، فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَادَةِ النَّصَارَى
"Hal yang disunnahkan dalam ziarah kubur adalah berpaling dari arah kiblat dengan menghadap pada wajah mayit, mengucapkan salam pada mayit, tidak mengusap, menyentuh, dan mencium kuburan, karena hal tersebut adalah sebagian tradisi dari kaum Nasrani.” (Muhammad Jamaluddin bin Muhammad Said bin Qasim al-Hallaq, Mauidzah al-Mu’minin, hal. 324).
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Begini Pendapat yang Membolehkannya
Namun, ada juga ulama yang memperbolehkan mencium kuburan jika bertujuan untuk tabarruk (mengambil berkah). Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab al-‘Ilal fi Ma’rifatir Rijal menyatakan bahwa tidak masalah bagi seseorang untuk mencium dan mengusap mimbar atau kuburan Nabi dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah:
سألته عن الرجل يمس منبر النبي (صلّى الله عليه و سلّم) و يتبرك بمسّه ويقبله ويفعل بالقبر مثل ذلك أو نحو هذا يريد التقرب إلى الله جل وعز فقال: لا بأس بذلك
"Saya bertanya kepada Imam Ahmad terkait seseorang yang menyentuh mimbar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan dia bertabarruk dengan cara menyentuhnya serta kemudian menciumnya, dan ia melakukan seperti itu pada kuburan atau lainnya dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Maka Imam Ahmad menjawab, ‘Tidak ada masalah dalam perbuatan tersebut.’”
Terdapat pula riwayat yang menunjukkan bahwa sahabat Abu Ayyub al-Anshari pernah bertabarruk dengan mencium makam Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud:
أَقْبَلَ مَرْوَانُ يَوْمًا، فَوَجَدَ رَجُلاً وَاضِعًا وَجْهَهُ عَلَى الْقَبْرِ، فَقَالَ: أَتَدْرِى مَا تَصْنَعُ؟ فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ، فَإِذَا هُوَ أَبُو أَيُّوبَ، فَقَالَ: نَعَمْ
"Suatu ketika Marwan menuju makam Nabi, kemudian dia menjumpai seseorang yang meletakkan wajahnya di atas kuburan. Marwan berkata, ‘Apakah kamu tahu apa yang kamu kerjakan?’ Kemudian Marwan menghadap orang tersebut dan diketahui bahwa ia adalah Abu Ayyub. Lalu Abu Ayyub menjawab, ‘Iya.’” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Advertisement
Ternyata Semua Berdasarkan Niat, Ini Penjelasannya
Berdasarkan berbagai pendapat ini, dapat disimpulkan bahwa hukum mencium batu nisan saat ziarah kubur bergantung pada niat dan tujuan pelakunya. Jika dilakukan sebagai bentuk penghormatan berlebihan (ta’dzim), maka hal ini termasuk bid’ah yang sebaiknya dihindari.
Namun, jika dilakukan dalam rangka tabarruk, maka sebagian ulama membolehkannya, meskipun tetap ada yang menganggapnya makruh.
Dalam fatwa yang dikeluarkan oleh Darul Ifta' Mishriyah, dijelaskan bahwa mencium kuburan Nabi dan orang-orang saleh termasuk bagian dari tabarruk, bukan sekadar penghormatan biasa. Hal ini didukung oleh beberapa imam dari madzhab Syafi’i:
Mencium kuburan nabi, orang-orang saleh dari umat ini, termasuk bagian tabarruk. Bukan hanya satu imam yang membolehkan, asalkan dengan niat tabarruk, bukan ta’dzim. Ini merupakan pendapat yang muktamad dalam Syafi’iyah.
Sebagai kesimpulan, umat Islam dianjurkan untuk tetap berpegang pada tuntunan yang jelas dalam ziarah kubur. Mengucapkan salam, berdoa, dan mendoakan mayit lebih diutamakan daripada melakukan tindakan yang masih diperselisihkan hukumnya. Oleh karena itu, bagi yang ingin mengambil kehati-hatian dalam beribadah, sebaiknya menghindari praktik mencium batu nisan dan lebih fokus pada doa serta dzikir.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
