Liputan6.com, Jakarta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Abdul Mu’ti, menyampaikan bahwa puasa tidak hanya merupakan ritual ibadah, melainkan juga alat untuk membentuk karakter mulia. Ia menyebut puasa sebagai sarana menciptakan individu yang bertakwa, memiliki disiplin tinggi, dan berperilaku luhur, sejalan dengan visi mencetak Generasi Emas Indonesia 2045.
Dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id, pernyataan ini disampaikannya saat memberikan ceramah salat tarawih di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada 2 Maret 2025. Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini merujuk pada Al-Qur’an yang menegaskan esensi puasa adalah membentuk ketakwaan.
Menurutnya, ketakwaan tidak hanya terbatas pada hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga meliputi sikap jujur, peduli terhadap orang lain, dan hidup sederhana dalam keseharian.
Advertisement
Baca Juga
“Puasa mengajarkan kita untuk menguasai diri dan menahan godaan nafsu,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa ibadah ini memupuk rasa empati, yang menjadi fondasi penting untuk membangun bangsa yang kokoh dan bermartabat. Mu’ti menghubungkan makna puasa dengan cita-cita Indonesia Emas 2045, yang menginginkan generasi berilmu, berkeyakinan kuat, dan terampil.
Ia berpendapat bahwa pendidikan dalam perspektif Islam tidak sekadar mengejar prestasi intelektual, tetapi juga membentuk kepribadian yang bermoral tinggi. Mengacu pada Surah Asy-Syams dalam Al-Qur’an, ia menekankan pentingnya menjaga kemurnian jiwa.
Manusia memiliki kecenderungan baik dan buruk, dan puasa menjadi salah satu cara untuk memurnikan hati serta mempertahankan sifat-sifat mulia. Puasa, lanjutnya, juga melatih ketahanan mental dan membangun karakter yang tangguh menghadapi berbagai godaan.
Ia menyebut seseorang yang berhasil menjalani puasa dengan baik akan lebih mampu menghadapi cobaan hidup dengan penuh kesabaran dan kekuatan. Lebih jauh, Mu’ti mengaitkan hal ini dengan studi tentang pengaruh lingkungan terhadap perkembangan individu.
Paparan hal-hal positif, seperti mendengarkan Al-Qur’an, dapat menyehatkan jiwa, sebagaimana musik dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman secara positif.
“Jika tanaman bisa berkembang lebih baik dengan rangsangan positif, tentu manusia juga memerlukan nutrisi spiritual yang berkualitas,” ungkapnya.
Untuk itu, ia mendorong umat Islam agar memanfaatkan bulan Ramadan untuk memperkaya jiwa dengan bacaan Al-Qur’an.
Di akhir ceramahnya, Abdul Mu’ti mengajak umat Islam menjadikan Ramadan sebagai titik balik untuk memperbaiki diri. Ia berharap nilai-nilai ketakwaan dapat diterapkan secara nyata dalam kehidupan, sehingga tercipta masyarakat yang unggul baik dalam pengetahuan maupun akhlak.