Jeanny Ang Tak Buang Mimpi Jadi Desainer Walau Sudah Menikah

Ditemui di butiknya, Jeanny Ang berbagi kisah dengan liputan6.com mengenai babak awal karirnya di dunia fashion.

oleh Bio In God Bless diperbarui 04 Apr 2014, 17:05 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2014, 17:05 WIB
Jeanny Ang 0414 6

Liputan6.com, Jakarta Ditemui di butiknya yang berada dalam pusat perbelanjaan Mall Taman Anggrek lantai dasar, Jeanny Ang berbagi kisah dengan liputan6.com mengenai babak awal karirnya di dunia fashion.

Dalam wawancara ini, Jeanny Ang bercerita mulai dari pendidikan desain fashion yang dikenyamnya di Hong Kong hingga tentang pernikahan yang menunda karir fashionnya.

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Jeanny Ang yang kelahiran tahun 1970 sebagaimana ditulis Jumat (4/4/2014)

 

Apa Anda sudah menyukai fashion sejak Kecil?

Sejak kecil saya tertarik dengan keterampilan tangan dan memang suka mix and match pakaian. Menurut saya ketertarikan terhadap kesenian ini berasal dari mama. Mama memang bergerak di tata rambut. Mama punya bisnis salon.

Anggota-anggota keluarga lainnya juga ada yang bergerak di bidang garmen dan butik. Jadi sebenarnya sedari awal saya memang tidak asing dengan dunia fashion.

Mama yang melihat saya tertarik dengan hal-hal itu kemudian menyarankan saya untuk ikut sekolah fashion setelah lulus SMA. Setelah lulus SMA yang kuliah di Hong Kong International Design School jurusan fashion design.

Sebelum masuk ke sekolah itu, saya ikut kursus membuat pola dan jahit karena untuk dapat bersekolah di sana seseorang harus punya kemampuan dasar dalam membuat pola dan menjahit.

 

Kenapa Anda memilih untuk menempuh studi desain fashion di Hong Kong?

Pilihan untuk bersekolah di Hong Kong adalah saran dari orangtua. Anggota keluarga kami, yakni paman saya, memang tinggal di Hong Kong.

Orangtua saya khawatir jika anaknya bersekolah jauh tanpa ada sanak saudara yang bisa memperhatikan. Oleh karena itu lah saya disarankan untuk bersekolah di Hong Kong.

Saat itu saya survei langsung ke Hong Kong untuk mencari sekolah fashion. Hong Kong International Design School lokasinya tak jauh dengan tempat tinggal. Karena itulah orangtua saya setuju bila saya masuk sekolah itu.

Saat itu di Indonesia belum ada sekolah khusus desain fashion. Yang ada ialah hanya sebatas kursus menjahit. Hal ini juga yang menjadi latar belakang untuk menempuh pendidikan desain fashion di luar negri.

 

Apakah saat itu Anda tak memiliki keraguan dalam memilih jurusan desain fashion?

Saat mengambil jurusan fashion design, saya memang sudah yakin bahwa bidang ini yang menjadi minat saya. Terlebih karena orangtua juga sangat mendukung hal tersebut.

Keraguan yang muncul hanyalah tentang apakah segala yang sudah didapat mengenai fashion design dari sekolah di Hong Kong ini dapat diterapkan di Indonesia yang secara budaya berbeda dengan Hong Kong.

Oleh karena itulah setelah selesai kuliah fashion design di Hong Kong, saya sekolah lagi di Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budi Harjo.

Saya ingin tahu bagaimana budaya fashion masyarakat Indonesia agar apa yang telah saya pelajari di Hong Kong dapat diterjemahkan dengan konteks dunia fashion Indonesia.

 

Apa yang Anda lakukan setelah menempuh pendidikan desain fashion?

Setelah menempuh pendidikan saya bekerja di sebuah perusahaan garmen untuk membuat seragam kantor. Meski pekerjaan saya di perusahaan itu adalah mendesain baju, saya merasa kegiatan mendesain seragam kantor bukanlah passion saya.

Ketika saya coba untuk mendesain baju pesta saya merasakan passion yang tidak didapat saat mendesain seragam kantor. Saat itulah saya sadar bahwa passion adalah mendesain baju pesta. Menurut saya memang penting bagi seorang desainer fashion untuk tahu minat wilayah desainnya, apakah di fashion anak, ready-to-wear sehari-hari, baju pesta atau wilayah lainnya.

fashion

Pada tahun 1993 saya menikah. Saat itu saya fokus dulu ke kehidupan keluarga. Saat menikah saya tak langsung meninggalkan cita-cita saya untuk berkarir di dunia fashion. Saya tetap menerima pesanan desain pakaian dari klien-klien namun urusan keluarga tetap menjadi prioritas.

Setelah anak mulai besar dan setelah berdiskusi dengan suami, sekitar tahun 2000 saya mulai terjun kembali ke dunia desain fashion. Pada tahun tersebut saya meluncurkan label Jeanny Ang dan bergabung dengan Ikatan Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia pada tahun 2004.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya