Liputan6.com, Jakarta Sebulan sebelum Sarvshrehth Gupta meninggal, ia mencoba resign dari pekerjaannya sebagai analis di salah satu tim Goldman Sachs Group Inc. yang sangat bergengsi. Ini tentang lama kerjanya dalam seminggu.
“Saya ingin ia bekerja selama satu tahun di Goldman Sachs, belajar sesuatu mengenai kehidupan korporat, dan membuat keputusan sendiri,” tulis Ayah Gupta dalam sebuah esay karangannya. “Dengan tekanan dari saya, ia bergabung kembali.”
Para koleganya sudah menyadari bahwa pemuda 22 tahun yang akrab dipanggil Sav ini mengalami burn out. Gupta pun akhirnya resign, namun sebagaimana dijelaskan oleh ayahnya, ia kembali bekerja di Goldman Sachs.
Advertisement
Goldman Sachs pun menerima Gupta kembali, memberinya cuti beberapa hari untuk mengembalikan energi, dan menawarkannya akses ke layanan konseling. Namun tak berapa lama kemudian, ia kembali ke kehidupan kerja tanpa henti, tidak ada istirahat, dan tidak tidur.
Pada 16 April 2015, ia menelefon ayahnya dari kantornya di San Fransisco pada pukul 2:40 pagi. “Ini sudah terlalu banyak, saya belum tidur selama 2 hari, ada meeting dengan klien besok pagi, saya harus menyelesaikan presentasi, VP saya kesal dan saya kerja sendirian di kantor,” begitu yang diutarakan oleh Gupta Seperti dilansir dari Mashable.com pada Jumat (5/6/2015). Ia meninggal di hari itu.
Selanjutnya
Akhir pekan yang hancur
Jam kerja 100 jam per minggu berarti karyawan tidak mendapat hari libur. Pada waktu-waktu itulah klien kerap ‘mengusik’ para karyawan. Gupta menghabiskan tengah malam berkutat dengan teknologi dan media untuk melayani klien firma bergengsi .
Analis musim panas
Gupta bergabung dengan Goldman Cachs satu tahun lalu setelah menerima gelar dual-sarjana dari Universitas Pennsylvania. Ia mahasiswa jurusan keuangan di Wharton Business School dan sains komputer di sekolah insinyur.
Selama di Penn, Gupta bekerja sebagai analis musim panas di Deutsche Bank AG dan Credit Suisse Group AG, seperti tertulis di profil LinkedIn-nya. Ia pindah ke AS setelah lulus dari sekolah swasta di Delhi, di Penn ia masuk ke daftar dekan dan anggota dari Eta Kappa Nu, komunitas elektrik dan komputer.
Ayahnya mengaku sungguh bangga saat Gupta diterima bekerja di Goldman & Sachs. “Dada saya menggembung dengan rasa bangga. Emosi tidak terkontrol, dan mata saya basah oleh airmata cinta, bangga, dan kebahagiaan.”
Siapa yang mengira ada apa di ujung rasa bangga itu...
(ikr/bio)
Advertisement