Kisah Perjuangan Wanita Tiongkok yang Dipaksa Menikah

Sebuah Film dari SK II memperlihatkan perjuangan wanita Toingkok yang dipaksa menikah.

oleh Meita Fajriana diperbarui 22 Apr 2016, 12:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2016, 12:00 WIB
SK II
Sebuah Film dari SK II memperlihatkan perjuangan wanita Toingkok untuk menentukan nasibnya sendiri dan menolak untuk dipaksa menikah.

Liputan6.com, Jakarta Menikah merupakan impian dari semua wanita di dunia. Namun, kapan dan dengan siapa Anda membangun rumah tangga tidak ada yang tahu kepastiannya. Beberapa wanita menunggu datangnya pasangan sembari menikmati hidup, tanpa terasa usia mereka sudah semakin bertambah. Desakan dari keluarga dan cibiran orang sekitar menjadikan wanita-wanita ini tidak nyaman. Hal inilah yang dirasakan wanita Tiongkok, saat mereka yang sudah memasuki usia matang, mendapat paksaan untuk menikah.

Seperti kisah yang diceritakan dalam sebuah film yang dibuat untuk menginspirasi wanita agar mampu menentukan nasibnya sendiri. Film yang dirilis oleh produk kecantikan SK-II ini berjudul Marriage Market Takeover yang menyoroti permasalahan sehari-hari wanita Tiongkok yang dipaksa untuk menikah sebelum berusia 27 tahun. Jika wanita tersebut tidak kunjung menikah, mereka akan mendapat julukan "Sheng nv".

”Sheng nv secara harfiah berarti ’perawan tua’, kata tersebut merujuk kepada wanita berumur di atas 27 tahun yang belum menikah. Dalam film baru karya brand kecantikan SK-ll, Xuan dan beberapa wanita lainnya menyuarakan kekhawatiran mereka dan meminta untuk dipahami lebih baik," kata Li Yu Xuan, lajang Tionghoa berumur 33 tahun seperti pada rilis yang diterima Liputan6.com, Rabu (20/4/2016).

Film tersebut berkisah tentang beberapa wanita Tiongkok yang berani memutuskan untuk menyuarakan pendapatnya mengenai hal paling kontroversial dalam sejarah Tiongkok saat ini, yaitu pemberian istilah "Sheng Nv".

Menurut New York Times, istilah ini dipopulerkan oleh Federasi Seluruh Wanita Tiongkok (All-China Women's Federation) pada tahun 2007 dan diterjemahkan menjadi ”perawan tua”. Seperti yang dilaporkan oleh BBC, New York Times, dan China Daily, istilah ini digunakan untuk melecehkan wanita yang ingin menunda pernikahan, apa pun alasannya meski wanita semata-mata ingin menikah karena cinta.

Namun, seperti yang ditampilkan dalam film ini, menikah karena cinta lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Di banyak kota di Tiongkok, pasar pernikahan adalah pemandangan yang lazim. Di sana para orang tua memasang, membandingkan, dan mencocokkan iklan pribadi, rincian tinggi badan, berat badan, gaji, budi pekerti, serta kepribadian anak laki-laki maupun anak perempuan mereka.

Pada beberapa kasus, kaum wanita tidak tahu bahwa orang tua mereka telah mendaftarkan mereka ke pasar pernikahan. Pasar ini adalah simbol perbedaan pandangan mengenai pernikahan di antara dua generasi yang menyebabkan tekanan dari pihak keluarga kepada para wanita. Dalam film ini, banyak peserta wawancara yang menjelaskan bahwa mereka terjebak dalam dua pilihan, antara ingin memenuhi harapan orang tua agar mereka segera membangun keluarga atau memilih jalan hidup sendiri.

Di platform ini, para wanita diperlihatkan bahagia, mandiri, dan penuh percaya diri, berkebalikan dengan kesan putus asa dalam gambaran istilah Sheng Nv. Para wanita ini menyampaikan kepada dunia cara mereka memandang diri sendiri dan meminta pemahaman yang lebih baik.

"Meskipun saya sendirian, saya akan merasa bahagia dan percaya diri, serta memiliki kehidupan yang baik," kata Hu Ting di dalam film ini.

Para wanita ini harus kuat ketika membagikan sebagian dari perasaan pribadinya karena mereka mengalami tekanan yang semakin besar dari masyarakat, keluarga, dan teman-teman mereka, semenjak istilah Sheng Nv digunakan. Karena adanya stigma sosial, tidak menikah menjadi sumber utama kesedihan bagi banyak orang. Hal ini terutama berlaku bagi para wanita yang tumbuh di kelas menengah.

Mereka berfokus pada pendidikan, karier, dan kemandirian, membuatnya cenderung untuk menunggu dan memilih untuk menikah karena cinta daripada menjalankan keharusan. Banyak wanita SK-II yang diwawancarai membagikan kisah hidupnya yang bahagia dan berkecukupan, namun mereka gagal meyakinkan orang tua dan teman-temannya untuk melihat mereka dari sudut pandang yang sama.

"Mandiri adalah gaya hidup yang luar biasa dan inilah kehidupan yang saya inginkan," kata Wang Xiao Qi dalam film tersebut.

Meskipun hidup di bawah tekanan, para wanita ini mencapai kemajuan dan mampu meraih begitu banyak hal dalam waktu singkat. Mereka cakap, pandai, berbakat, serta mandiri, dan pencapaian itu lebih membanggakan dari sekadar status pernikahan. Mereka sama sekali tidak terpengaruh oleh tekanan tersebut dan kini memutuskan untuk ikut serta dalam film ini. Mereka berusaha mengungkapkan arti dari menjadi seorang Sheng Nv. Bagi para wanita ini, sukses dan mandiri adalah sesuatu yang harus dibanggakan dan mereka menolak untuk menaati tradisi kuno.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya