Liputan6.com, Jakarta G-Spot, salah satu misteri dalam kehidupan. Dimanakah letaknya? Bagaimana bentuknya? Apakah G-Spot benar-benar nyata?
Baca Juga
Advertisement
Berbagai penelitian telah dilakukan selama bertahun-tahun untuk mengetahui keberadaan G-Spot wanita. Sayangnya, para peneliti akhirnya mengambil kesimpulan yang sama bahwa G-Spot tidak benar-benar ada, seperti yang dilansir dari Marieclaire.co.uk pada Jumat (7/10/2016).
Sebaliknya, para peneliti percaya bahwa G-Spot bukan sekadar 'spot' atau titik rangsangan, namun merupakan kombinasi dari klitoris, uretra, dan vagina, yang memiliki saluran darah dan saraf yang sama.
Dr Helen O'Connell, seorang profesor urologi dari Royal Melbourne Hospital, juga menemukan bahwa 3 area ini dapat saling menstimulasi selama hubungan seks berlangsung. Ia kemudian menyatukan 3 area tersebut menjadi Clitoral Urethral Vagina Complex atau CUV Complex sebagai gerakan rangsangan seksual.
Dr Hellen O'Connel juga berpendapat bahwa CUV Complex adalah area yang dapat menimbulkan orgasme bagi wanita, dan ingin menyingkirkan kepercayaan tentang G-Spot yang membuat banyak wanita salah paham bahwa hanya ada 1 titik yang diperlukan untuk mencapai orgasme.
Beverly Whipple adalah wanita pertama yang menemukan istilah G-Spot di tahun 80-an saat mempelajari sekelompok wanita yang berpikir bahwa mereka buang air kecil saat sedang orgasme. Dalam sebuah wawancara, Beverly Whipple menjelaskan bahwa penelitian ini mengharuskan sang peneliti untuk memasukkan dua buah jari dalam vagina pasien untuk dapat merasakan area sensitif.
"Kami benar-benar harus menyentuh semua bagian dalam vagina," Beverly Whipple menjelaskan. "Di beberapa titik, wanita mengaku bahwa titik rangsangan lebih terasa dibandingkan titik lain."
Mengikuti penemuan dari Beverly Whipple, sejumlah penelitian terus dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang G-Spot, namun tidak pernah menunjukkan bukti konkrit tentang keberadaannya. G-Spot bahkan disamakan dengan UFO di kalangan ilmuwan ginekologi, dimana keberadaannya sering dicari, sering didiskusikan, namun tidak dapat diverifikasi.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh King's College London terhadap 1.800 wanita Inggris pada tahun 2010 juga memberikan kesimpulan bahwa G-Spot wanita tidak nyata. Mereka bahkan merasa bahwa G-Spot sekadar imajinasi wanita saja. Sepertinya penjelasan Dr Helen O'Connell tentang CUV Complex lebih masuk akal.