Liputan6.com, Jakarta Jatuh cinta memang bisa membuat orang berbunga-bunga, terutama jika mereka merasa telah menemukan seorang jodoh. Berbicara tentang cinta jangka panjang, emosi akan naik turun secara drastis, bahkan beberapa penelitian menemukan kadar dopamin di otak akan kembali normal, setelah pasangan menikah melewati fase bulan madu.
Dilansir dari mydomaine.com, Selasa (21/3/2017), banyak orang, mungkin juga Anda masih bertanya-tanya sampai saat ini, sebenarnya apa yang bisa digunakan untuk mengukur apakah seseorang telah menemukan jodoh, selain firasat? Menurut seorang pakar hubungan asmara Sandy Weiner, menemukan jodoh tidak harus dilihat dari orang yang benar-benar sempurna, namun mampu berjalan beriringan, selaras, dan baik dalam berhubungan.
Hal pertama dan yang terpenting, Anda harus melihat temperamennya atau sifat bawaan orang tersebut. Coba diingat kembali, apakah selama berhubungan dengan pasangan, Anda selalu berharap ia bisa mengubah perilakunya.
Advertisement
Jadi, jika Anda bertemu dengan seseorang yang berbeda temperamen, jangan coba untuk mengubahnya. Carilah orang lain yang lebih kompatibel dengan Anda.
Pertimbangkan temperamen ini untuk hubungan cinta jangka panjang atau untuk menemukan jodoh, bagaimana Anda akan berkembang di dalam hubungan dengan seseorang, jika dasarnya saja sudah tidak sesuai?