Kemenpar Gelar Workshop Penyelarasan Kemitraan Co-Branding

Kemenpar Gelar Workshop Penyelarasan Kemitraan Program Co-Branding di Bandung

oleh Cahyu diperbarui 21 Sep 2017, 11:15 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2017, 11:15 WIB
Wonderful Indonesia Co-branding Forum (WICF)
Kemenpar Gelar Workshop Penyelarasan Kemitraan Program Co-Branding di Bandung

Liputan6.com, Bandung Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar Workshop Penyelarasan Kemitraan Program Co-Branding di Hotel Golden Flower, Kagum Group, Bandung, pada 19-20 September 2017. Program ini adalah sebuah forum yang digagas Menteri Pariwisata Arief Yahya untuk mengajak merk-merk di seluruh Tanah Air berpartisipasi mempromosikan pariwisata Indonesia melalui co-branding partnership dengan brand Indonesia, yaitu Wonderful Indonesia (WI) untuk pasar global dan brand Pesona Indonesia (PI) untuk pasar domestik.

Workshop ini dibuka Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata, Nusantara Esthy Reko Astuti, dan diisi pemateri yang sangat kompeten, seperti Priyantono Rudito (Tenaga Ahli Menteri Bidang Manajemen Strategis), Merry Ruslina Ambarita (Kepala Bagian Peraturan Perundang- Undangan, Biro Hukum dan Komunikasi Publik), Vita Datau (Tenaga Ahli Program Co-Branding), Kemal Gani (Tenaga Ahli Program Co-Branding), Yuswohady (Tenaga Ahli Program Co-Branding), dan Budi Rizanto Binol (Tenaga Ahli Program Co-Branding).

"Dengan semangat Indonesia Incorporated itulah Kemenpar mengajak brand-brand dan perusahaan-perusahaan besar, menengah, maupun kecil di seluruh Tanah Air untuk melakukan kolaborasi melalui co-branding partnership dengan brand WI/PI. Diharapkan kolaborasi dan sinergi brand WI/PI dengan brand atau perusahaan di seluruh Tanah Air akan semakin intensif lagi. Dengan demikian partisipasi brand/perusahaan dalam mempromosikan sektor pariwisata juga akan semakin besar," ujar Esthy, didampingi Plt. Asisten Deputi (Asdep) Strategi Pemasaran, Nusantara Hariyanto.

Ia menjelaskan, Workshop Penyelarasan Kemitraan Program Co-Branding merupakan rangkaian dari kegiatan Wonderful Indonesia Co-Branding Forum (WICF) yang telah dilaksanakan pada 10 Agustus 2017 di Balairung Soesilo Soedarman. WICF telah menghasilkan Nota Kesepahaman antara 28 brand untuk melakukan co-branding. Beberapa merk itu antara lain Martha Tilaar, JJ Royal, Sarinah, Garuda Food, Alleira, Sababay Winery, Secret Garden, dan Krisna oleh-oleh.

Implementasi kerja sama co-branding dapat dilakukan melalui pemasangan logo WI/PI di produk dan kemasan, venue dan outlet, material promosi, media online, event, dan produk khusus.

"Kalau sampai brand-brand hebat Tanah Air maupun brand-brand global di Indonesia berbondong-bondong menyukseskan program ini, maka bisa dipastikan Wondeful Indonesia/Pesona Indonesia akan semakin mencorong, enggak hanya di tingkat lokal, tapi juga global," ucap Esthy.

Hariyanto menambahkan, workshop ini bertujuan untuk menghasilkan formula strategi serta langkah-langkah penyelarasan kemitraan dengan 28 brand atau perusahaan yang sudah menandatangani nota kesepahaman (NK) dalam bentuk rancangan Perjanjian Kerja Sama (PKS). Juga, alur proses bisnis seluruh rangkaian kerja sama co-branding.

"Dengan demikian, nantinya akan diperoleh rancangan Perjanjian Kerja Sama Co-Branding Promosi Pariwisata Indonesia. Brand yang sudah melakukan Perjanjian Kerja Sama Co-Branding akan mendapatkan beberapa keutungan seperti fasilitasi dalam bentuk media placement, fasilitasi dalam kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition), serta event atau festival budaya, alam, dan buatan," kata Hariyanto.

Sementara itu, Priyantono Rudito memaparkan, dalam ilmu branding, sederhananya co-branding adalah partnership antara dua brands yang berbeda. Kedua brand biasanya sepadan kekuatan ekuitas merknya (brand equity). Tujuannya adalah sinergi.

"Definisi paling gampang dari sinergi adalah 1 + 1 = 5, 7, bahkan 10, bukan 2. Artinya, hasil co-branding lebih besar dari jumlah bagian-bagiannya," ujarnya.

Di kategori yang berbeda, tambah Priyantono, co-branding adalah alat ampuh untuk menarget segmen pasar yang sama. Saat Piala Dunia misalnya, TV Samsung melakukan co-branding dengan Kacang Garuda untuk menarget pasar yang sama, yaitu para penonton Piala Dunia yang biasanya makan kacang sambil nonton bola.

Bisa juga kedua brand yang melakukan co-branding “bertukar” pasar untuk memperluas jangkauan pasarnya, seperti co-branding antara Garuda Indonesia dan Citibank. Garuda Indonesia memanfaatkan customer Citibank, begitu juga sebaliknya.

"Dan jangan lupa, co-branding juga bisa menghemat spending dari masing-masing brand dalam building brand. Kalau memang pasarnya beririsan dan sama, ngapain masing-masing brand harus keluar biaya sendiri-sendiri. Lebih baik disatukan di satu billboard, TVC, atau print ad yang sama. Jadi di situ terjadi sharing resources," ucap Priyantono,

Di kegiatan tersebut, Kemenpar juga mengundang 60 peserta dari perwakilan lima brand yang sudah menandatangani Nota Kesepahaman, yaitu PT. Kalbe Farma, Garuda Food, Tiket.com, Papatonk, dan Sekar Grup. Selain itu, tujuh brand yang belum menandatangani Nota Kesepahaman juga diundang, yakni PT. Kereta Api Indonesia, PT. Kereta Api Pariwisata, Bank Rakyat Indonesia, Aqua, Whitesky, Alfaland, dan PT. Pelni.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, memberikan apresiasi diadakannya workshop yang dilandasi semangat Indonesia Incorporated ini. Menurutnya, branding pariwisata Indonesia tidak bisa dilakukan secara sendirian oleh Kemenpar.

"Untuk mewujudkan brand WI di pasar global dan brand PI di pasar domestik, dibutuhkan kebersamaan dan sinergi seluruh elemen bangsa dalam kerangka Indonesia Incorporated. Dengan kolaborasi dan bekerja bersama-sama kita akan 'Bigger-Broader-Better together'", kata Arief.

Dia menjelaskan, inisiatif co-branding partnership ini diluncurkan untuk memanfaatkan momentum meroketnya kinerja brand WI/PI, terlihat dari brand equity WI/PI kini sudah sangat kokoh sebagai hasil pengembangan selama 2,5 tahun terakhir.

Brand WI/PI kini kian melejit di tengah menurunnya kinerja merk-merk pesaing regional. Pada 2013, brand WI praktis tidak dikenal di dunia karena berada di posisi 70 dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF). Namun, pada 2015, peringkat kita naik pesat di posisi 50 dari total 141 negara, dan tahun ini naik 8 peringkat ke posisi 42 dunia.

"Menariknya, kinerja pariwisata Indonesia naik 8 level, di saat Malaysia turun 2 peringkat di posisi 26, Singapura juga turun 2 peringkat dan Thailand naik hanya 1 peringkat di papan 34. Tak hanya itu, kini brand WI sudah menjadi global brand karena exposure kita di mancanegara sudah cukup masif, seperti armada bis di ajang Piala Eropa 2016 dan billboard di Times Square, New York," ujar Arief.


(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya