290 Peserta Manca Ikuti JIHW, Menelusuri Prambanan dan Imogiri

Kota Budaya ini kembali menjadi tuan rumah event jalan kaki internasional satu-satunya di Indonesia dan di ASEAN.

oleh hidya anindyati diperbarui 16 Nov 2017, 13:30 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2017, 13:30 WIB
Kota Budaya ini kembali menjadi tuan rumah event jalan kaki internasional satu-satunya di Indonesia dan di ASEAN.
Kota Budaya ini kembali menjadi tuan rumah event jalan kaki internasional satu-satunya di Indonesia dan di ASEAN.

Liputan6.com, Jakarta Kegiatan sport tourism berskala Internasional digelar di Yogyakarta. Kota Budaya ini kembali menjadi tuan rumah event jalan kaki internasional satu-satunya di Indonesia dan di ASEAN. Yakni The 9th Jogja International Heritage Walk (JIHW).

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut sport tourism memiliki indirect impact atau media value yang tinggi. Bahkan lebih tinggi dari direct impactnya. “Karena itu, promosi dan informasi soal sport tourism itu harus ditangani dengan baik,” jelas Arief Yahya, Menpar RI.

Event jalan kaki yang merupakan seri ke-28 dari serangkaian event jalan kaki internasional dalam tahun 2017 ini akan berlangsung selama dua hari, yaitu pada Sabtu, 18 November 2017 dan Minggu, 19 November 2017. Rute jalan yang dilewati merupakan situs warisan budaya dengan pemandangan alam yang indah.

"Pada hari Sabtu, event jalan ini akan dimulai dan berakhir di Lapangan Brahma, Kompleks Candi Prambanan. Selama kurang lebih 6 jam, peserta akan menyusuri alam pedesaan di Kalasan yang melalui beberapa candi seperti Candi Kedulan, Candi Sambisari, dan Candi Sari," jelas Dahlia Puspa Sari, HR & Development Jogja Walking Association (JWA).

Pada hari berikutnya, Minggu (19/11) peserta kembali akan menyusuri alam pedesaan. Kali ini di kawasan budaya Imogiri, Bantul yang melalui beberapa obyek seperti Jembatan Silik di Dusun Karantengah, Kedungmiri, Sriharjo dan Jembatan Oya.

JWA sangat serius mempersiapkan event ini. JWA yang diketuai GKR Mangkubumi, putri sulung Sultan Hamengku Buwono X merupakan penyelenggara JIHW. Kepercayaan menyelenggarakan event berskala internasional ini diperoleh lewat perjuangan yang sangat keras. Malaysia yang sangat ingin mendapat kesempatan sebagai penyelenggara terus berupaya membangun reputasi. Karena itu, event JIHW benar-benar sangat prestisius.

Jogja International Heritage Walk merupakan event tahunan jalan kaki skala internasional yang memberi kesempatan bagi peserta memilih jarak rute yang ditentukan, yaitu 5 km, 10 km, dan 20 km perharinya.

Event jalan kaki ini, tidak hanya dimaksudkan untuk mempromosikan gaya hidup sehat melalui berjalan kaki semata, namun event ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan komunikasi dan interaksi antarmasyarakat yang berbeda agama, kebangsaan, bahasa dan latar belakang budaya.

Pada JIHW 2017 ini ada 290 orang peserta mancanegara yang berasal dari sekitar 45 negara, seperti Belanda, Belgia, Jerman, Perancis, Austria, Australia, Jepang, Korea Selatan, Rusia, China, Taiwan, Amerika Serikat, Kanada, dan lainnya. Sedangkan peserta lokal mencapai 1.500 orang.

"Komunikasi dan interaksi antarmasyarakat menjadi sesuatu yang sangat mahal di era “kids zaman now” di mana masyarakat menjadi lebih individualis, sehingga sering terjadi kesalahpahaman yang sebenarnya tidak perlu," tambah perempuan yang biasa disapa Lia ini.

Selain itu, event yang merupakan salah satu prime events Indonesia, juga bermaksud untuk memberikan pemahaman bagi masyarakat banyak untuk lebih mensyukuri hidup dan kehidupannya melalui penghargaan terhadap alam dan lingkungan sekitar.

Dengan berjalan kaki, tambah Lia, setiap orang diharapkan dapat menyadari betapa indahnya Indonesia, untuk selanjutnya menjaga keasrian, kebersihan dan kenyamanannya sehingga bisa menjadi rumah bersama.

"Tentu saja, pada akhirnya secara tidak langsung, event ini akan membantu dalam mempromosikan Indonesia, utamanya Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik," tandas Lia.

Dalam kesempatan ini, warga desa yang dilewati, baik di Kalasan maupun di Imogiri, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mempromosikan potensi yang dimilikinya. Termasuk di dalamnya adalah potensi ekonomi warga setempat, seperti hasil kerajinan maupun olahan pangan tradisional yang mungkin hanya ada di desa tersebut. Warga juga bisa menampilkan kesenian tradisional dan keramahtamahan yang dimilikinya.

Kendati acara berlangsung 18-19 November, rangkaian acaranya sudah dimulai sejak Jumat (17/11) berupa welcome dinner. GKR Mangkubumi bertindak selaku tuan rumah di acara yang digelar di Hyatt Regency Hotel ini. Pada acara ini hadir pula Duta Besar Jepang Masafumi Ishii dan Wakil Delegasi International Marching League (IML) John Willemstein.

Duta Besar Jepang Masafumi Ishii juga akan mengibarkan bendera start pada hari kedua bersama Gubernur DIY Hamengku Buwono X di Imogiri. Sejumlah tamu VVIP akan hadir seperti Gubernur Bali, Raja Ubud, beberapa pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang dan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

Sedangkan acara penutupan dilakukan dalam sebuah perhelatan farewell party di Bilik Kayu Resto pada 20 November 2017. Di acara ini akan dilangsungkan awarding bagi peserta yang finis sesuai aturan main. "Ada IML medal dan Royal Medal," tegas Lia.

Serangkaian kegiatan juga mengiringi JIHW ini seperti Lomba Mewarnai, Lomba Lukis Payung, Fun Walk, maupun berbagai pertunjukan kesenian tradisional.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya