Liputan6.com, Jakarta - SIAL Interfood 2018, pameran kuliner berskala internasional kembali digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 21-24 November 2018. Menginjak tahun ke-18, pameran ini digadang-gadang bisa menggambarkan Asia Tenggara sebagai acuan kuliner dunia.
"Asia Tenggara bukan lagi follower, tetapi membuat tren industri kuliner di dunia," kata Nicholas Trentesaux, Direktur SIAL Grup, dalam pembukaan pameran, Rabu (21/11/2018).
Ia menerangkan ada tiga faktor yang melatarinya menyatakan hal tersebut. Pertama, 71 persen konsumen di kawasan Asia Tenggara semakin menuntut produk-produk kuliner berkualitas tinggi. Kedua, semakin banyak warga di Asia Tenggara meminta transparansi produk dari produsen.
Advertisement
Baca Juga
"Ketiga, 80 persen konsumen di Asia Tenggara semakin peduli terhadap isu-isu lingkungan hidup, sosial, dan isu-isu global yang berdampak pada masalah lingkungan," ujar Trestesaux.
Ketiga faktor itu menuntut produsen di industri kuliner semakin inovatif menciptakan produk. Melalui pameran itu pula, ia menilai akan tergambar betapa cepat perkembangan industri makanan dan minuman di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan industri makanan dan minuman menjadi prioritas pemerintah Indonesia dalam kerangka revolusi industri 4.0. Apalagi, pendapatan dari industri kuliner ini meningkat 9,23 persen berdasarkan data Kementerian Perindustrian 2017.
"Angkanya jauh melebihi GDP Indonesia yang berada pada tingkat 5,1 persen. Dan hingga bulan ini, kontribusi industri makanan minuman di Indonesia sudah lebih dari 8 persen," ujarnya.
3 Top Strategy
Hal senada diungkapkan Plt Deputi Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Ni Wayan Giri. Ia menyatakan wisata kuliner di Indonesia menempati porsi yang sangat besar.
"Minimal 30 persen pengeluaran wisatawan mancanegara adalah untuk makanan dan minuman. Kalau devisa bisa mencapai Rp 20 triliun, 30 persennya berarti spending untuk makanan dan minuman," ujarnya.
Untuk mendukung perkembangan industri kuliner Indonesia itu, Kementerian Pariwisata menerapkan tiga top strategy. Ketiga hal itu terdiri dari menetapkan makanan nasional yang bisa mewakili kuliner Indonesia, menetapkan tiga destinasi Nusantara sebagai destinasi wisata kuliner unggulan, dan menggandeng 100 restoran diaspora di seluruh dunia.
"Semuanya berkolaborasi dalam skema yang kami sebut ABG Caem. A-nya akademisi, B-nya bisnis, G-nya government, C-nya community, dan M-nya media. Semua saling berperan penting untuk mengembangkan wisata kuliner di Indonesia," katanya.
SIAL Interfood 2018 diikuti hampir 1.000 peserta dari 35 negara. Tak hanya Indonesia, terdapat pula stand asal negara-negara sahabat, seperti Tiongkok, Korea, Turki, dan Jepang, yang menawarkan beragam produk olahan hingga bumbu masak.
Di pameran itu terdapat sejumlah promo menggiurkan dan sederet lomba kuliner yang diikuti para chef muda. Salah satu yang menarik perhatian adalah stand makanan Korea yang menawarkan camilan khas, yakni toppokki dan oden.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement