Mengulik Sejarah Muslim Uighur, Etnis Minoritas di Tiongkok

Keberadaannya sudah tercatat sejak zaman perdagangan Jalur Sutra, berikut sejarah panjang suku Uighur hingga disebut masuk kamp pendidikan.

oleh Asnida Riani diperbarui 23 Des 2018, 03:00 WIB
Diterbitkan 23 Des 2018, 03:00 WIB
Perempuan Uighur
Rebiya Kadeer, pemimpin Exiled Uighur di Foreign Correspondents' Club, Tokyo, Jepang, 30 Oktober 2009. (KAZUHIRO NOGI / AFP/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Sudah lama, begitu lama, sejak kasus kemanusiaan membelit Uighur, etnis minoritas pemeluk agama Islam di Tiongkok. Dilansir dari time.com, Sabtu, 22 Desember 2018, suku ini sendiri memiliki akar sejarah yang kuat di bagian barat Tiongkok, terutama kawasan Xinjiang.

Berdasarkan catatan perdagangan di Jalur Sutra yang pernah diobservasi Marco Polo, tidak seperti kebanyakan suku yang menjalani hidup nomaden di kawasan Asia Tengah, orang-orang Uighur dikenal sudah menetap di beberapa kota.

Berjalan menelusi pasar-pasar kuno di kampung para Uighur seperti Kashgar, Khotan, atau Yarkhand, terdapat bentuk fisik sangat identik dengan catatan tersebut. Orang Uighur dikenal berparas menawan dengan mata berwarna hazel maupun biru. Sekarang, kebanyakan orang Uighur memeluk agama Islam berpadu kepercayaan Sufisme.

Awal abad ke-20, Uighur telah mendeklarasikan kemerdekaan kawasan mereka. Xinjiang telah secara resmi ditetapkan sebagai wilayah autonomous di dalam Tiongkok, sama seperti Tibet di bagian selatannya.

Sejak tragedi 9/11 di Amerika Serikat, Tiongkok telah mengatakan bahwa separatis Uighur merupakan bagian dari Al Qaeda dan mengklaim mereka telah mendapatkan pelatihan di Afghanistan. Bukti yang sangat minim turut dihadirkan bersama klaim ini.

Lebih dari 20 orang Uighur ditangkap tentara Amerika Serikat setelah invasi mereka ke Afghanistan. Mereka dipenjara selama bertahun-tahun di Guantanamo Bay tanpa pengadilan dan sebagian besar dari mereka sekarang sudah dipindahkan ke tempat lain.

Tak sampai di situ, seiring prasangka tersebut, bahasa Uighur, di mana tertulis dalam alfabet Arab, mulai dihilangkan dari lembaga pendidikan tinggi. Suku Uighur yang masih berdiam di Xinjiang juga sering kali ditolak bepergian keluar, bahkan ke wilayah lain di Tiongkok. Orang Uighur yang berhasil pindah ke beberapa kota besar di Tiongkok sering kali dipandang sebelah mata.

Hingga akhirnya kini, menurut laporan kelompok-kelompok hak asasi manusia dan sebuah panel PBB, sekitar satu juta orang Uighur, Kazakh, dan kelompok minoritas lain ditahan di kamp-kamp penampungan internir di provinsi barat-jauh Xinjiang.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya