Sajian Menu Kepulauan Rempah-Rempah Indonesia Terhidang di London

Sajian spesial yang terinspirasi dari rempah-rempah Indonesia sengaja dihadirkan untuk mempromosikan negara ini yang akan menjadi tamu kehormatan dalam acara London Book Fair 2019.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 19 Feb 2019, 10:30 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2019, 10:30 WIB
[Bintang] Mengenal Kepulauan Banda Lewat Film Semi Dokumenter
Indofood dan Jalur Rempah Nusantara tumbuhkan nasionalisme anak bangsa melalui sejarah perdagangan rempah dunia. (Bintang.com/Daniel Kampua)

Liputan6.com, Jakarta - Sajian Indonesia terhidang saat jamuan makan siang bersama para food blogger di London. Bertempat di The Providores, Marylebone, London, jamuan yang digelar dalam acara Spice Island Revisited Lunch pada 13 Februari 2019 itu mengangkat menu yang mengangkat pulau rempah di Indonesia.

Chef Petty Elliott dan Chef Santhi Serad didapuk menghadirkan menu Indonesia pada publik London. Mereka memilih Run, Banda, Ternate, Tidore, dan Halmahera, sebagai inspirasi sajian siang itu.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, tema kepulauan rempah-rempah itu dipilih sebagai bagian dari narasi tentang 17.000 Islands of Imagination yang menjadi tema Indonesia Market Focus Country di London Book Fair 2019. Baik Petty dan Santhi berkolaborasi dengan Chef Peter Gordon dan tim kuliner mereka.

Jamuan tersebut digelar sebagai perkenalan Indonesia yang akan hadir sebagai Market Focus Country di London Book Fair 2019 yang akan berlangsung diGedung Olympia, Kensington, London, 12-14 Maret 2019. Kegiatan itu diinisiasi oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Tak hanya memperkenalkan Indonesia melalui makanan, Bekraf juga mempromosikan negeri ini melalui acara malam kebudayaan berjudul Islands of Imagination: An Indonesian Cultural Late di Asia House pada 15 Februari 2019.

"Lewat dua acara ini, Bekraf memperlihatkan dukungan penuh serta upaya dalam memperkenalkan industri kreatif ke dalam pasar global. Kami berharap publik London melihat potensi talenta-talenta kreatif Indonesia di dua acara ini," kata Kepala Bekraf, Triawan Munaf.

Sebagai acara yang bertujuan untuk mempromosikan Indonesia sebagai tamu kehormatan di London Book Fair pada Maret nanti, acara yang berlangsung dari pukul 4 sore hingga 9 malam waktu setempat itu mengundang sederet pihak berpengaruh, seperti kalangan media, influencer, para mitra Market Focus seperti British Council, British Library, Anglo Indonesia Society, anggota Darmasiswa, jejaring Asia House, dan jaringan diplomatik.

 

 

Dari Musik hingga Grafis

Penampilan Ubiet di London
Musisi Indonesia Ubiet, gitaris jazz Tesla Manaf, dan pemain gendang Melayu Shufiar Bachtiar membawakan reinterpretasi modern dari lagu-lagu keroncong S. Abdullah di acara Indonesia Cultural Late di London. (dok. Bekraf/Dinny Mutiah)

Sejumlah seniman, penulis, desainer fesyen, hingga perupa tampil di acara Indonesia Cultural Late ini. Beberapa acara utama di malam kebudayaan ini antara lain adalah pertunjukan musik langsung oleh musisi dan penyanyi Nyak Ina Raseuki (Ubiet), gitaris jazz Tesla Manaf, dan pemain gendang Melayu Shafur Bachtiar.

Dalam pertunjukan kali ini, Ubiet mengajak penonton untuk memahami tentang tentang suara dan lagu Indonesia dari masa lalu, masa kini dan masa depan, yang direpresentasikan dengan keberadaan dirinya dan dua musisi yang mewakili tiga generasi: Shafur dari generasi 20-an, Tesla generasi usia 30-an, dan Ubiet dari generasi 40-an.

Konsep Indonesia masa lalu dan masa kini, ditampilkan Ubiet lewat pengolahan lagu-lagu S. Abdullah, penyanyi pop Indonesia bergenre Melayu pada 1920-an. S. Abdullah adalah pendiri dan ketua Persatuan Arab Indonesia.

Tampil pula desainer Didiet Maulana yang menampilkan 10 rancangan busananya yang mengangkat kekayaan kain-kain tradisional Indonesia. Dipamerkan pula sejumlah busana kolaborasi Dian Pelangi dan desainer asal Inggris Nelly Rose dan Odette Steel.

Selain itu, juga tampil penyair Khairani Barokka, karya grafik dan ilustrasi dari Tommy Chandra, seni wayang kontemporer dari Herlambang Bayu Aji, dan karya visual kontemporer dari perupa Sinta Tantra.

"Kegiatan ini tidak hanya memperlihatkan betapa kaya dan beragamnya seni dan budaya Indonesia, namun sekaligus mendorong kemunculan talenta-talenta di bidang industri kreatif di Indonesia untuk tampil di hadapan publik London," kata Ketua Panitia Pelaksana Harian Indonesia Market Focus Country, Laura Bangun Prinsloo.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya