Liputan6.com, Jakarta - Batik merupakan salah satu aset kebanggaan bangsa Indonesia. Goresan canting dan malam yang ditumpuk pada kain menghasilkan paduan desain dan warna yang indah dan bahkan dikagumi dunia.
Melihat peluang besar, Veronica menaruh hatinya pada kota batik, Pekalongan. Ia melihat banyak anak muda yang putus sekolah di sana. Bergerak bersama Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) dan para volunteer, ia berkomitmen membantu anak Pekalongan menjadi batikpreneur.
Advertisement
Baca Juga
"Kita takut sebenarnya ngelawan mafia-mafia batik si supply chain-nya itu. Seperti pembatik, pengepul, sampai ke toko. Kita cuma takut dimusuhi orang se-kampung kan. Tapi ternyata, dengan teknologi bisa terobati," ujar Veronica Colondam, Founder YCAB, di temui di acara The Good Woman, Plaza Indonesia, Senin, 22 April 2019.
YCAB datang ke Pekalongan dan membuka kelas Rumah Batik yang berupa pengajaran batik. Beragam pelatihan disediakan, mulai dari mendesain, pewarnaan, hingga menjual lewat media sosial.
Veronica mengaku banyaknya pengusaha batik besar biasanya hanya mengambil dari pengrajin. Ia ingin sesuatu yang lebih besar, mendorong pengusaha batik kecil yang memproduksi hingga menjualnya sendiri.
"Mereka kan batik artist. Ini dalam skala kampung, skala Pekalongan, menciptakan batikpreneurship. Mereka harus bisa berkarya juga, lalu jual karyanya dari online," lanjutnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Rumah Batik
Salah satu murid dari Rumah Batik yang terbilang berhasil ialah Agung Prasetyo. Lelaki yang putus sekolah sejak duduk di bangku SMP itu pernah bermimpi besar untuk menjadi seorang pengusaha.
Belajar setahap demi setahap, mimpinya mulai berwujud nyata. Ia sudah bisa menciptakan lapangan pekerjaan dari bisnis batik.
"Tahun 2016 saya melangkah, saya ajari kakak saya. Di sekitar rumah pun ada pembatik. Saya coba pendekatan ke mereka. Saya coba datang ke dusun lain. Saya kasih canting buat membatik," ujar Agung Prasetyo dari akun YouTube YCAB Foundation, diunggah 30 Juli 2018.
Agung yang menjadi batikpreneur ini sekarang mempekerjakan 30 karyawan dengan omzet bisa Rp 50 juta per bulan . Ia menawarkan batik-batik karyanya lewat media sosial. Dengan sarana promosi yang tepat ditambah karya batik yang pas, ia kini banjir pesanan pribadi sampai membuat seragam kantoran. (Fairuz Fildzah)
Advertisement