Cerita Akhir Pekan: 6 Tempat Wisata di Jakarta yang Pernah Hits, Kini Tutup dan Sepi

Pernah hits dan ramai pengunjung, enam tempat wisata di Jakarta ini sekarang sudah sepi dan bahkan sudah tutup.

oleh Henry Hens diperbarui 22 Jun 2019, 10:01 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2019, 10:01 WIB
20161109-Pasar-Seni-Ancol,-Eksis-Dalam-Kesunyian-HF7
Beberapa payung menghiasi Pasar Seni Ancol, Jakarta, Rabu (9/11). Hingga kini, Pasar Seni Ancol masih menjadi tempat nongkrongnya para seniman tetap eksis walaupun harus teronggok bisu. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai ibukota negara, Jakarta punya banyak tempat wisata yang menarik. Sadar atau tidak untuk masyarakat yang tinggal di Jakarta sebenarnya kota yang tak terlalu besar ini memiliki banyak sekali destinasi wisata yang patut untuk dieksplorasi.

Meskipun tidak terlalu hits dibandingkan Bali yang menjadi destinasi wisata dunia, tapi Jakarta saat ini telah cukup banyak berbenah untuk mengembangkan sektor wisata. Misalnya dengan membuat Kepulauan Seribu sebagai salah satu Bali baru di Indonesia.

Selain itu ada sejumlah tempat wisata menarik di pusat maupun di pinggiran kota Jakarta. Ada yang ramai pengunjung tapi ada juga yang sepi peminat. Ada yang mampu bertahan lama tapi ada juga yang sudah tutup karena sepi pengunjung.

Penyebabnya tentu beragam. Ada yang kalah dengan perkembangan teknologi dan tren, Ada yang karena tergerus jaman atau kurang bisa beradaptasi dengan kemajuan jaman.

Dilansir dari beragam sumber, ada enam tempat wisata di Jakarta yang pernah hits dan selalu ramai pengunjung, tapi kini sudah sepi dan bahkan ada yang sudah lama tutup dan tidak beroperasi lagi.

Pasar Seni Ancol

Di era 80-an dan 90-an, Pasar Seni yang berada di kawasan Taman Impian Jaya Ancol (sekarang disebut Ancol Taman Impian), termasuk tempat wisata yang ramai pengunjung. Banyak karya para seniman Indonesia baik berupa lukisan, kerajinan tangan maupun seni lainnya, punya banyak peminat dan pembeli.

Selain itu ada panggung khusus yang menampilkan para penyanyi, pemusik maupun hiburan lainnya seperti melawak. Jauh sebelum ada Stand Up Comedy, dulu di Pasar Seni ada panggung lawak yang diisi beberapa pelawak top Indonesia.

Grup lawak legendaris Bagito bahkan pernah beberapa kali tampil serta beberapa pelawak yang pernah tergabung dalam grup Srimulat. Namun saat ini situasinya sudah jauh berubah. Meski hampir sebagian kios kios galeri lukis dan patung masih ada yang buka, tapi bisa dibilang sepi pengunjung apalagi pembeli.

Saat ini mereka lebih sering memanfaatkan teknologi seperti media sosial (medsos) atau relasi untuk menjual karya mereka. Para pengunjung Ancol di Jakarta Utara ini sepertinya lebih memilih pergi ke wahana permainan atau bermain di pantai.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Parkir Timur Senayan

Zona Atung, Asian Games 2018, GBK
Zona Atung, sebuah zona rekreasi selama Asian Games yang terletak di area Parkir Timur Senayan, Kompleks GBK Jakarta. (Bola.com/Benediktus Gerendo Pradigdo)

Label tempat tongkrongan anak muda kelas atas memang tak bisa lepas untuk kawasan yang dikenal dengan Parkir Timur (Parkit) Senayan. Meski tak memiliki fasilitas hiburan, kawasan yang berupa jalanan yang luas ini sering dimanfaatkan sebagai arena balapan terutama di malam hari.

Selain itu berbagai kelompok maupun komunitas penggemar mobil modifikasi juga banyak berkumpul di kawasan ini. Di pagi sampai sore hari, Parkir Timur biasanya digunakan untuk tempat belajar mengemudi mobil.

Di malam harinya, kawasan tersebut berubah total menjadi lebih ramai dan berwarna serta penuh mobil, terutama di akhir pekan. Terletak tak jauh dari kawasan Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Parkir Timur di era 80-an sampai 90-an jadi tempat nongkrong anak muda yang sangat hits.

Tak terhitung banyak acara yang ditujukan untuk muda, mulai dari otomotif sampai musik, digelar di tempat yang sangat luas tersebut. Kawasan ini juga pernah beberapa kali dipakai untuk tempat syuting iklan maupun film layar lebar.

Saat ini Parkir Timur dikembalikan fungsinya sebagai kawasan perparkiran GBK dan lahan penghijauan. Walaupun begitu tempat ini tak lagi jadi hits di kalangan remaja dan hanya ramai saat ada acara tertentu saja. 

Teater Mobil Ancol

Kawasan Ancol, Jakarta Utara memang identik dengan kawasan wisata. Warga Jakarta boleh bangga. Karena dulu di Ancol pernah ada drive-in cinema alias teater mobil di kawasan Ancol.

Lokasinya di seberang Taman Impian Jaya Ancol. Teater Mobil adalaha bioskop yang memutar film layar lebar seperti bioskop pada umunya, tapi penontonnya berada di dalam mobil mereka masing-masing yang diparkir dengan rapi. Drive-in Theatre yang didirikan pada 1970 ini adalah yang pertama dan satu-satunya di Indonesia.

Teater ini dibangun di lahan seluas 5 hektar dan di tengahnya berdiri tegak layar raksasa berukuran 19 x 40 meter. Sesuai namanya, kalau mau nonton di sini, kita harus pakai mobil.

Teater Mobil Ancol masih eksis sampai sekitar 1990-an dan setelah itu tidak beroperasi lagi. Kini, kawasan tersebut sudah berubah fungsi menjadi Stasiun Gondola atau kereta gantung dan lahan parkir. Namun sampai saat ini tulisan ‘Teater Mobil’ masih tetap ada.

Taman Hiburan Rakyat Lokasari

[Bintang] Rumah Laila Sari
Berada di sekitar taman hiburan Lokasari, Jakarta Barat, ini merupakan tempat berkumpul dan nongkrongnya artis-artis tempo dulu. Selain Mak Laila, sejumlah artis tempo dulu juga pernah tinggal di sana. (Bambang E.Ros/Bintang.com)

Di tahun 1970-an, Jakarta Barat punya kawasan budaya dan hiburan yaitu Prinsen Park dan Tangkiwood. Setelah pamornya sudah memudar, dua tempat tersebut diremajakan oleh Pemprov DKI pada 1985. Prinsen Park pun berganti nama menjadi Tempat Hiburan Rakyat (THR) Lokasari.

Saat itu Lokasari menjadi gedung bioskop—Merpati, Tamansari, Mangga Besar, dan Rukiah—lapangan basket, kolam renang, berbagai kios cendera mata, sekolah dansa, bar, dan restoran Happy World.

Lalu ada sejumlah restoran yang menyajikan menu makanan ekstrem seperti ular, monyet, tenggiling, buaya, dan biawak. Memasuki era 90-an, Lokasari berubah menjadi kawasan tempat hiburan malam dan restoran yang kembali nyaris tak pernah tidur.

Namun setelah berganti nama menjadi Plaza Lokasari, tempat rekreasi itu kini semata-mata menjadi pasar atau pusat perbelanjaan. Bahkan kemudian lebih identik dengan kawasan hiburan malam. Kenangan akan taman budaya dan kawasan wisata pun sudah sirna.

Kafe Tenda Semanggi

Nama Kafe Tenda Semanggi (KTS) sangat terkenal pada akhir dekade 1990-an. Konsep warung dengan nuansa kaki lima tapi tertata dengan rapi merupakan aplikasi dari tren berdirinya warung tenda kekinian. Tren tersebut  menjadi cikal bakal menjamurnya banyak warung tenda yang dikelola anak muda.

Selain itu sejumlah artis juga ada yang mendirikan warung tenda sebagai usaha sampingan. Melihat peluang tersebut, pengelola kawasan Sudirman akhirnya mendirikan KTS. Mereka menghadirkan konsep kenyamanan bagi pengunjung yang di dominasi anak muda dan sebagai salah satu tujuan wisata kuliner di Jakarta.

Hampir semua warung tenda di KTS menawarkan menu dengan harga terjangkau. Selain itu sejumlah acara hiburan juga sering digelar dan nyaris selalu ramai pengunjung. Salah satunya adalah berdirinya Comedy Café yang kemudian memunculkan sejumlah pelawak muda berbakat.

Namun seiring dengan hilangnya tren warung tenda, KTS yang saat itu sudah berjalan sekitar 10 tahun harus tutup dan berganti dengan bangunan tinggi serta perkantoran seperti SCBD. Beberapa tempat masih menyajikan kuliner dengan konsep resto dan kafe, tapi sudah tidak seramai dulu lagi.

Taman Ria Senayan

Taman Ria Senayan
Taman Ria Senayan di Jakarta, 1974. (dok.Instagram @bintangcorona/https://www.instagram.com/p/Bfe-exyF_U0/Henry

Di tahun 70-an dan 80-an, Taman Ria Senayan adalah salah satu tujuan wisata dan hiburan warga Jakarta. Berbagai fasilitas hiburan terbilang lengkap di tempat ini, Pengunjung juga bisa bersantai di tepi danau yang memiliki luas empat hektar yang memberi suasana ketenangan alami di tengah bisingnya kota Jakarta.

Awalnya bernama Taman Ria Remaja lalu berubah menjad Taman Ria Senayan, lokasinya yang mudah di jangkau dan berada di pusat kota, tepatnya di sebelah gedung DPR/MPR dan kantor pusat TVRI. Yang mungkin paling diingat adalah Kincir Ria atau wahana berbentuk roda besar yang berputar sehingga bisa melihat keindahan kelap-kelip lampu Ibu Kota dari lokasi yang tinggi.

Saat waktu libur sekolah, Taman Ria pun semakin ramai didatangi. Di tahun 80-an dan awal 90-an, grup lawak legendaris Srimulat sempat menjadikan Taman Ria Senayan sebagai tempat mereka manggung tiap akhir pekan.

Memasuki era 90-an, beberapa tempat hiburan memang sudah berdiri, antaranya Dunia Fantasi (Dufan) di kawasan Ancol. Buat mereka yang merasa Ancol terlalu jauh, bisa datang ke Taman Ria, Saat itu renovasi sudah dilakukan dengan dibuatnya berbagai wahana permainan yang tak jauh beda dengan di Dufan.

Harga tiket di Taman Ria pun jauh lebih murah. Namun memasuki awal 2000-an, Taman Ria Senayan yang berganti pengelola mulai ditinggalkan pengunjung. Satu persatu tempat hiburan, wahana permainan sampai kafe dan bar mulai berguguran dan akhirnya ditutup.

Pada 2010 kawasan yang memiliki luas sekira 10 hektar itu dibongkar dan langsung rata dengan tanah. Hanya ada satu bangunan yang tersisa di tempat itu sampai kini yaitu kawasan Restoran Pulau Dua. Berbagai rencana pembangunan seperti membuat pusat perbelanjaan, tak kunjung terlaksana.

Sampai sekarang kawasan Taman Ria Senayan masih dalam tahap pembangunan namun belum diketahui dengan pasti apakah akan kembali dibuat tempat hiburan atau yang lainnya. Yang pasti, banyak masyarakrat Jakarta yang masih mengenang Taman Ria Senayan sebagai salah satu tempat wisata favorit mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya