Kampung Sanan Jadi Daya Tarik Wisatawan untuk Memburu Tempe di Malang

Malang Raya memiliki tujuan wisata yang komplit. Mulai dari destinasi sejarah yang kaya dengan warisan budaya, hingga wisata kuliner dan perkampungan tematik

oleh Reza diperbarui 14 Jul 2019, 19:03 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2019, 19:03 WIB
Kemenpar
Malang Raya memiliki tujuan wisata yang komplit. Mulai dari destinasi sejarah yang kaya dengan warisan budaya, hingga wisata kuliner dan perkampungan tematik

Liputan6.com, Jakarta Malang Raya memiliki tujuan wisata yang komplit. Mulai dari destinasi sejarah yang kaya dengan warisan budaya, hingga wisata kuliner dan perkampungan tematik. Atas pertimbangan itu, Kemenpar mengangkat tema ‘Pengembangan Wisata Perkotaan Malang Raya’ dalam Focus Group Discussion (FGD) yang berlangsung di Hotel The 101 Malang OJ, Kamis (11/7).

Bicara soal kuliner, ada satu kudapan yang khas dari daerah ini, yaitu keripik tempe. Sentra pembuatannya berada di Kampung Tempe Sanan, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Hampir setiap hari kampung ini ramai dikunjungi. Baik oleh wisatawan maupun para pemudik yang berburu camilan untuk oleh-oleh.

Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Pedesaan dan Perkotaan Kemenpar, Vitria Ariani mengatakan, Kampung Tempe Sanan dihuni sekitar 2000-an kepala keluarga. Dari jumlah tersebut, lebih kurang 95 persen di antaranya menggeluti usaha pengolahan tempe. Baik membuat tempe sebagai bahan dasar lauk pauk, maupun membuat kripik tempe siap santap.

“Malang sendiri sebenarnya sudah menjelma menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Selain banyak destinasi yang bisa dikunjungi, di Malang juga sudah bertebaran outlet-outlet kue artis yang belakang mulai hits. Namun, eksistensi keripik tempe sebagai makanan rakyat tidak pernah tergerus dan tetap eksis hingga sekarang. Ini langsung untuk rakyat, dan spending ini dirasakan dan menetes hingga bawah. Salah satunya dari Kampung Sanan ini” ujarnya.

Keramaian Kampung Tempe Sanan bisa terlihat saat musim liburan atau moment lebaran. Ini membuktikan bahwa produk khas daerah tetap menjadi daya tarik yang luar biasa bagi wisatawan. Karenanya, sangat tepat jika pemerintah daerah, dalam hal ini Kota malang, turut membimbing masyarakat untuk terus berkreasi dalam mengolah tempe.

"Jadi, silahkan wisatawan untuk datang ke Malang dan datangi desa atau kampung-kampung yang sangat menarik dan natural. Salah satunya Kampung Sanan ini. Jika kita belanjakan uang kita di masyarakat kita ini, maka uangnya langsung ke rakyat, tidak ada kapitalis, langsung memakmurkan masyarakat kita,"kata wanita yang biasa Teh Ria itu.

Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Ni Wayan Giri Adyani menambahkan, pariwisata selalu memberi dampak luas bagi masyarakat. Termasuk meningkatkan perekonomian warga. Salah satunya dengan menyediakan oleh-oleh makanan khas seperti yang terlihat di Kampung Tempe Sanan.

“Kampung Tempe Sanan menjadi contoh sukses bagi daerah yang mengembangkan wisata perkotaan dan perdesaan. Banyak warga di sana yang sudah mandiri hanya dengan membuat tempe atau memproduksi keripik tempe. Omzet mereka pun bisa tembus puluhan bahkan ratusan juta dalam sebulan,” ungkapnya.

Apalagi, beberapa produsen kripik tempe mulai mengikuti perkembangan teknologi dengan melakukan pemasaran secara online. Langkah tersebut membuat jangkauan penjualan semakin meluas dan tak kenal musim. Artinya, masyarakat tak hanya mengandalkan kunjungan wisatawan semata.

Kampung Tempe Sanan mulai memproduksi keripik tempe pada tahun 1970-an. Awalnya, warga memproduksi keripik karena banyak tempe yang tersisa saat dijual di pasar. Kini, warga tak hanya memproduksi keripik tempe. Tetapi juga menjual keripik buah. Seperti keripik buah salak, apel, nangka, bahkan buah semangka dan buah naga.

Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya Kemenpar Oneng Setya Harini menambahkan, pengembangan wisata perkotaan harus dilakukan di Indonesia. Apa yang dilakukan Kemenpar dalam FGD, antara lain untuk meningkatkan pengetahuan pelaku wisata dalam pengembangan destinasi.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, pariwisata adalah kunci pembangunan, kesejahteraan dan kebahagiaan. Setidaknya ada beberapa alasan kenapa sektor pariwisata patut didorong perkembangannya. Pertama, dengan meningkatnya destinasi dan investasi pariwisata di Indonesia, menjadikan pariwisata sebagai faktor kunci dalam pendapatan ekspor. Termasuk penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha, dan infrastruktur.

“Kedua, pariwisata telah mengalami ekspasi dan diversifikasi secara berkelanjutan. Sehingga menjadi salah satu sektor ekonomi terbesar yang mengalami pertumbuhan tercepat di dunia. Hal ini dibuktikan bahwa meskipun negara-negara di dunia mengalami krisis global beberapa kali, namun jumlah orang yang melakukan perjalanan wisata di tingkat internasional menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun,” ungkapnya.

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya