Liputan6.com, Jakarta - Dunia fesyen yang makin berkembang di Indonesia tak lantas membuat desainer Auguste Soesastro senang. Ada kegelisahan yang dirasakannya kala membaca beragam ulasan fesyen di berbagai media lokal.
Yang paling sering adalah penyebutan yang salah kaprah dan minimnya pengetahuan dasar soal fesyen. Salah satu pengalaman yang paling membekas adalah saat seorang jurnalis mewawancarai perihal karyanya tanpa memiliki bekal pengetahuan yang cukup.
Advertisement
Baca Juga
"Saya pernah di-interview orang. Dia menanyakan hal-hal yang dasar. Saya sampai bingung menjelaskannya," celotehnya saat ditemui seusai peluncuran Kamus Mode di Jakarta, Selasa, 3 September 2019.
Penasaran, lelaki yang hobi berkebun itu menanyakan latar belakang si pewawancara. Ternyata, jurnalis tersebut hanya menggantikan tugas temannya yang sedang berhalangan, sedangkan sehari-hari biasa meliput olahraga.
Sejak itu, Auguste banyak melewatkan membaca ulasan fesyen yang ditulis media lokal. Ia merasa banyak media kurang akurat menuliskan tentang bidang itu. Kalau pun ada yang menarik perhatiannya, ia memastikan si penulis memiliki rekam jejak yang kredibel.
"Kita harus mengetahui yang nulis itu siapa. Itu nomor satu yang harus diperhatikan. Yang hoaks-hoaks itu karena kita tidak peduli yang pertama menulis," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Masih Disepelekan
Auguste menilai pangkal masalah berada pada kurangnya minat masyarakat, khususnya jurnalis, untuk membaca. Kalaupun membaca, bahannya belum tentu valid.
"Menurut saya, mode masih disepelekan. Masih dipandang hanya sebagai bentuk kreativitas, sebagai ladang bantu ekonomi, walau sekarang lebih ada keseriusan," ujarnya.
Istilah-istilah di dunia fesyen, sambung dia, bagaimana pun harus dipahami agar tidak menyesatkan pembaca. Pemilik label Kraton itu berharap ada keinginan para penulis mode menggali informasi secara lebih tepat. Dengan begitu, hasil tulisannya akan jauh berbobot dan bisa mengedukasi publik.
"Sebenarnya enggak rumit. Semua bidang kan ada istilah-istilah khusus juga. Misalnya, teknik pesawat terbang kan ada, tapi tidak banyak peminat saja. Nah, kalau fesyen, kan semua pemakai dan pengguna, harus ada keperluan untuk lebih mengerti, dong," kata dia.
Advertisement