Apa Perbedaan Cara Masak Mi Instan di Korea dan Indonesia?

Urutan memasak mi instan di Korea dapat dikatakan 180 derajat berbeda dengan Indonesia.

oleh Putu Elmira diperbarui 31 Okt 2019, 06:01 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2019, 06:01 WIB
Apa Perbedaan Cara Masak dan Makan Mi Instan di Korea dan Indonesia?
Ilustrasi memasak ramyun. (dok. screenshot YouTube Aaron & Claire's Korea/https://www.youtube.com/watch?v=uzj-Ji5xx7g/Novi Thedora).

Liputan6.com, Jakarta - Kecintaan masyarakat Indonesia terhadap dunia hiburan Korea tampaknya masih tinggi. Hal ini membuat banyak anak muda yang kerap meniru penampilan, budaya hingga mencoba makanannya.

Salah satu yang paling terkenal adalah mi instan Korea, yang disebut juga dengan ramyun. Dari segi rasa, memang jauh berbeda karena ramyun lebih pedas dari mi instan Indonesia, dan tekstur mi juga lebih kenyal.

Berbicara soal kemasan, bentuk dan komposisinya tak berbeda jauh dengan mi instan Indonesia. Tapi, yang harus diperhatikan adalah cara memasaknya. Cara memasak ramyun yang benar ternyata berbeda jauh dengan mi instan Indonesia, meskipun sama-sama mi instan.

Cara memasak mi instan Korea yang benar ini diungkapkan oleh Han Yoo Ra, seorang influencers asal Korea Selatan yang sudah lama tinggal di Indonesia pada acara Nongshim Farmer's Heart yang dilaksanakan di kantor KLY, Jakarta Pusat pada Senin, 28 Oktober 2019. Lantas, apa saja perbedaannya?

Hal yang harus diperhatikan pertama adalah peralatan yang digunakan. Bila di Indonesia rata-rata memasak mi menggunakan panci bergagang satu, di Korea mereka wajib menggunakan panci yang memiiki dua gagang dan berbahan aluminium.

"Pakai yang aluminium karena lebih cepat menghantarkan panas," tutur Han Yoo Ra.

Langkah berbeda selanjutnya adalah waktu memasukkan bumbu. Di Indonesia, bumbu akan dituangkan ke piring terlebih dahulu, baru kemudian mi yang sudah matang diaduk di sana. Tapi, di Korea justru kebalikannya. Bumbu dimasukkan terlebih dahulu ke air mendidih. Alasannya adalah agar kuah dapat lebih terasa bumbunya.

"Di Korea, kuah itu segalanya. Bahkan, kalau minya sudah habis dan kuahnya masih ada, aku biasa pakai nasi lagi karena enak banget," ungkap wanita kelahiran 13 Juni 1991 ini.

Setelah memasukkan bumbu, baru mi direbus hingga matang. Di Korea, saat merebus mi instan, panci harus ditutup dengan alasan agar lebih cepat matang. Setelah beberapa menit, tutup dibuka dan mi harus diaduk dengan cara diangkat-angkat menggunakan sumpit.

"Kita kasih udara ke minya biar kenyal," jelas Yoo Ra lagi.

Han Yoo Ra mengatakan bahwa sebenarnya ramyun di Korea tidak menggunakan banyak tambahan. Tapi, ada dua yang paling utama, yakni daun bawang dan telur. Keduanya berguna untuk menambah aroma dan cita rasa yang ada. Setelahnya, tutup kembali, tunggu hingga matang dan mi siap disantap.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Cara Makan Ramyun

Alasan Orang Korea Makan Ramyun di Tutup Panci
Han Yoo Ra saat memperagakan cara makan mi instan Korea (ramyun) dalam acara Nongshim Farmer's Heart yang dilaksanakan pada Senin (28/10/2019) di KLY Kapanlagi Youniverse Head Office, Jakarta Pusat. (dok. Liputan6.com/Novi Thedora)

Cara makan ramyun ala orang Korea juga berbeda dengan Indonesia. Bila di Indonesia kebanyakan menggunakan mangkuk atau piring, di Korea langsung menggunakan panci yang digunakan untuk memasak.

Hal ini seolah sudah menjadi budaya di sana. Saat mi sudah jadi, tutup panci digunakan sebagai wadah mi yang diambil sedikit demi sedikit. Kuahnya dibiarkan di dalam panci.

Han Yoo Ra mengatakan akan ada sensasi yang berbeda bila memakan langsung dari panci, dan bila dituang ke mangkuk. Rasa panas dan pedas ramyun akan lebih terasa bila disantap langsung dari tempat dimasakknya. Terlebih, di Korea ada mitos yang mengatakan bahwa orang yang pandai makan makanan panas, niscaya akan mendapatkan suami atau istri yang rupawan.

Selain untuk alasan itu, makan menggunakan panci langsung juga dapat menghemat piring yang harus dicuci. "Jadi, alasan makan di tutup panci itu karena malas cuci piring," terangnya.

Saat makan di panci, ada satu hal yang harus diperhatikan lagi. Bahan aluminium yang digunakan memang cepat menghantarkan panas, tapi bahan tersebut juga cepat untuk dingin kembali. Karenanya, kita harus cepat untuk memakannya agar dapat tetap hangat.

"Kalau sudah dingin tuh, rasanya jadi kurang maksimal," pungkas Han Yoo Ra lagi. (Novi Thedora)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya