Liputan6.com, Jakarta - Snorkeling sudah bukan kegiatan asing bagi para pecinta wisata bahari. Tak hanya dilakukan mereka yang sudah biasa, agenda hampir dikategorikan wajb ini juga dilakoni para pemula.
Sayang, edukasi tentang tak semata menjaga keselamatan manusia, tapi juga biota laut, bagi pemula dalam snorkeling masih cukup minim. Padahal, berkegiatan di laut harus punya rambu-rambu tertentu demi menjaga lingkungan.
"Pertama, jangan asar nyebur," kata Pendiri dan Direktur Eksekutif Divers Clean Action Tenia di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. Kewaspadaan ini dimaksudkan agar tidak ada karang terinjak.
Advertisement
Baca Juga
"Karena biasanya pemula panik, takut tenggelam, makanya mereka cari karang sebagai pijakan. Padahal, tindakan ini bisa merusak karang dan butuh waktu tidak sebentar untuk mereka (karang) bisa tumbuh lagi," sambung perempuan 24 tahun tersebut.
Lalu, pastikan barang yang dibawa jangan sampai terseret, lantaran berpotensi merusak terumbu karang. "Kadang kan ada orang yang bawa action cam dan cuma dikaitin terus menjuntai. Berenang, terus tidak tahu kan keseret dan kena karang," ujarnya.
Ketiga, belajar untuk jadi pelancong ramah lingkungan. Minimal, mengurangi atau sama sekali tidak menggunakan plastik sekali pakai. "Misal, lagi island hopping, snack yang dibawa jangan sampai sampahnya ditinggal. Bawa lagi. Apalagi, kalau itu pesisir yang pulaunya tidak berpenghuni," kata Tenia.
Sampah, termasuk plastik sekali pakai, sambungnya, bila dibuang secara sembarangan bisa sampai ke dasar laut dan menutupi karang. Kondisi ini membuat karang tak cukup terkena sinar matahari dan bisa mati dalam kurun waktu hanya empat hari.
"Terakhir, sun block. Ada beberapa kandungan kimiawi dalam sun block yang bisa menghambat pertumbuhan karang. Cari sun block dengan keterangan coral friendly," papar Tenia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Edukasi Berbagai Pihak
Dorongan untuk menjaga keberlangsungan ekosistem laut tak hanya gencar ditujukan pada wisatawan, tapi juga pelaku usaha wisata. Divers Clean Action sendiri aktif memberi edukasi pada sederet dive guide di sejumlah kawasan di Kepulauan Seribu.
"Lebih ke bagaimana memilah sampah, mengajarkan ke murid-murid mereka untuk tanggap memungut sampah saat menyelam, lalu dibawa ke daratan utama," tutur Tenia.
Dalam pemberian edukasi, mereka selalu membawa data, sekaligus mendorong pengurangan penggunaan barang yang sulit didaur ulang. "Karena dari yang kami temukan, 63 persen sampah di pesisir dan bawah laut adalah plastik sekali pakai," katanya.
Concern akan kebersihan laut, disebutkan Tenia, harus jadi prioritas, terutama di sejumlah taman nasional laut. Pasalnya, tak hanya manusia, tapi keselamatan hewan yang dilindungi di sana sangat mungkin terancam.
Advertisement