Liputan6.com, Jakarta - "Nasi pecel atau nasi pecel tumpang, mba, mas?" begitulah kalimat yang terus ditanyakan pemilik Nasi Tumpang Pecel Argapud Ely. Para pelanggan, entah tua maupun muda, lelaki atau perempuan, berjejal makan di bangku kayu berbentuk leter U mengelilingi meja penuh bahan pecel dan pecel tumpang beserta lauk tambahan.
Saking ramai, beberapa yang memutuskan membungkus pesanan mereka harus rela berdiri. Untung, tak butuh waktu lama menunggu pesanan jadi. Pasal, tangan Ely sudah sangat lincah membuat satu porsi pecel maupun pecel tumpang.
"Nasi pecel tumpang itu khas Jawa Timur, khususnya Nganjuk, Kertosono, dan Kediri. Tumpang itu (bahan dasarnya) dari tempe semangit. Tempe semangit itu tempe yang sudah dua hari-tiga hari, difermentasikan," papar Ely saat ditemui di kedai kaki lima miliknya di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan, Senin, 2 Desember 2019.
Advertisement
Baca Juga
Sesuai namanya, warung tenda sederhana ini menjual hanya pecel dan pecel tumpang. Misinya jelas, selain meraup rezeki, Ely bersama sang kakak, Deni Kustiawan, ingin memperkenalkan makanan asal kampung halaman mereka.
Kendati, bukan soal mudah nyatanya memperkenalkan kuliner khas ke warga Ibu kota, apalagi dengan rasa autentik tanpa embel-embel modifikasi ala lidah Jakarta. "Awal jualan di tahun 2017, menghabiskan tiga liter nasi saja kami harus buka dari pukul enam sore sampai tiga pagi," cerita Ely.
Tiga bulan pertama jadi waktu-waktu paling sulit. Padahal, kedai sederhana ini merupakan 'pintu keluar' Ely dari masalah ekonomi yang mendera. "Saya dari awal sudah mikir, jualan cuma buat (memenuhi kebutuhan) anak saya," tuturnya.
"Lama-kelamaan, dari mulut ke mulut, banyak orang yang mampir. Apalagi, marinir memang sekitar 60 persen itu orang Jawa Timur. Jadi, mereka sudah tahu dan mau coba. Di Jakarta kan jarang sekali yang jual ini (pecel tumpang)," sambung Deni.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Cuma Rp10 Ribu per Porsi
Pecel tumpang yang merupakan kuliner tak sebegitu banyak dijajakan di Jakarta ini dibanderol hanya Rp10 ribu di Nasi Tumpang Pecel Argapud. "Satu porsi pecel dan pecel tumpang itu ada nasi, sayur-sayuran, seperti kemangi, lamtoro, kenikir, daun singkong, taoge, dan pepaya buah yang diserut," katanya.
Sajiannya kian lengkap dengan keberadaan lauk tambahan terdiri dari satai usus dengan tiga pilihan rasa, yakni pedas manis, pedas, dan goreng, ati ampela, telur puyuh, telur ceplok-dadar, perkedel, telur asin, gorengan tahu-tempe, dan peyek.
"Satai-satai semuanya Rp3 ribu, peyek sama ati Rp5 ribu, tempe-tahu seribu rupiah. es teh-teh Rp3 ribu, jeruk-es jeruk Rp4 ribu," ujar Ely. Sekarang, Nasi Tumpang Pecel Argapud yang buka sejak pukul 18.00 sanggup menghabiskan 25 liter nasi per hari. "Paling lama pukul 9 (malam) atau 10 (malam) sudah habis," tuturnya.
Sementara lauk tambahan yang ludes setiap hari berjumlah ratusan tusuk. "Telur puyuh 3 kg, ati 50 tusuk, satai kikil 1 kg, perkedel 2 kg," kata Ely.
Uniknya, dalam penyajian, pecel dan pecel tumpang tak akan ditaruh di piring, melainkan pincuk. "Supaya makin terasa khas Jawa Timur-nya," aku Ely. Kebanyakan pelanggan, ceritanya, agak kagok saat awal makan. Tapi, setelah beberapa kali, makan dengan pincuk tak lagi jadi soal.
Sebelum berjualan pukul 18.00, dibantu dua orang pegawainya yang sengaja didatangkan langsung dari Jawa Timur, Ely lebih dulu mempersiapkan bahan sejak pukul 6 pagi. Dimulai dengan membuat peyek, bumbu pecel dan tumpang, membuat lauk tambahan, serta merebus ragam sayur.
"Masuk (bumbu) tumpang itu tempe fermentasinya sudah disiapkan tinggal rebus bareng bumbu. Setengah diblender, setengah diulek," ucapnya.
Deni mengatakan, usia bisnis yang baru dua tahun dianggap semata baru pengenalan. Karenanya, mereka belum ada rencana membuka cabang dalam waktu dekat. "Supaya kenal dulu. Kalau sudah kenal, nanti buka cabang jadi gampang," ujarnya.
Beralamat di Jl. Raya Cilandak Kko no.101, Ragunan, Jakarta Selatan, Anda tergoda mencicip sajian pecel dan pecel tumpang khas Jawa Timur?
Â
Â
Kami menerima kontribusi konten untuk rubrik Kuliner Malam Jumat, yaitu tempat kuliner yang cukup dikenal, punya ciri khas, dan masih buka pada malam hari. Konten harus berupa tulisan, foto dan video berdurasi sekitar 3 menit.
Tulisan berupa cerita mendalam tentang tempat kuliner malam yang diangkat sekitar 1.000 sampai 1.500 kata, foto minimal lima buah, dan video. Format konten video bisa dilihat dari video Kuliner Malam Jumat yang sudah ditayangkan.
Hasil liputan dikirim ke email: dinny.mutiah@kly.id. Tersedia hadiah menarik bagi yang karya terpilih. Untuk pertanyaan lebih detil tentang konten liputan Kuliner Malam Jumat, bisa ditanyakan melalui alamat e-mail yang sama.
Advertisement