Liputan6.com, Jakarta - Finlandia, negara yang terletak di Eropa Utara dijuluki sebagai negara paling bahagia. Kebahagiaan warga setempat akan semakin bertambah seiring kebijakan baru Perdana Menteri Finlandia, Sanna Marin, yang mendukung pengurangan hari kerja dalam seminggu.
Dilansir dari Independent.com, Selasa, 7 Januari 2020, Marin yang merupakan politikus Partai Demokrat Sosial berpendapat bahwa perubahan itu akan membuat orang menghabiskan lebih banyak waktu bersaman keluarga mereka.
Advertisement
Baca Juga
"Saya percaya orang-orang pantas untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga mereka, orang-orang terkasih, hobi dan aspek kehidupan lainnya, seperti budaya," ujarnya pada konferensi partainya di musim gugur 2019. "Ini bisa menjadi langkah selanjutnya bagi kita dalam kehidupan kerja," sambung perdana menteri termuda di dunia itu.
Marin sepakat untuk mengurangi hari kerja dari lima hari seminggu, menjadi empat hari kerja dalam seminggu. Selain itu, ia juga menyarankan alternatif jam kerja produktif, dari delapan jam sehari menjadi enam jam sehari.
Meski begitu, ide tersebut bukanlah kebijakan pemerintah di bawah administrasi koalisinya. Hal itu juga tercatat sebagai eksperimen terbaru Finlandia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di usia produktif. Hingga kini, pengurangan hari kerja itu masih belum diresmikan sebagai kebijakan nasional.
Simak Video Pilihan di Bawah Ini:
Bukan Isu Baru
Kebijakan pengurangan hari kerja yang diusung Sanna Amrin pernah diusulkan perdana menteri di negara Eropa lainnya. Misalnya di Prancis, mantan Perdana Menteri Prancis, Lionel Jospin juga mengusungkan hal yang sama, pengurangan jam kerja demi kesejahteraan warganya.
Lionel Jospin mengusung 35 jam dalam seminggu, yang berarti tujuh jam dalam satu hari. Hal ini telah ia terapkan tapi masih belum maksimal karena masih kurang persiapan dan sosialisasi. Partai Buruh Inggris juga mengajukan usul untuk waktu kerja empat hari dalam satu minggu.
Beberapa dewan lokal di negara tetangga Finlandia, Swedia, telah bereksperimen dengan waktu kerja enam jam per hari dalam beberapa tahun terakhir,. Hasil awal menunjukan peningkatan produktivitas para pekerjanya.
Para kritikus berpendapat mengurangi hari kerja bukan hal yang efektif, karena perusahaan harus membayar orang lebih banyak untuk menggantikan yang sedang berlibur. Hal itu akan membebani bisnis perusahaan. Tapi hal ini disangkal para pihak yang pro, menurutnya mereka perubahan hari kerja terjadi pasti akan ada peningkatan produktivitas.
Finlandia merupakan salah satu negara yang sudah tidak mengikuti peraturan di kebanyakan negara-negara Eropa. Hari kerja di Eropa pada dekade terakhir umumnya dua hari libur dalam seminggu dan delapan jam kerja dalam satu hari.
Namun, belakangan pemerintah Finlandia membantah rumor pengurangan hari kerja tersebut. Detail tentang bagaimana berita tersebut tersebar luas akan disampaikan dalam artikel berikutnya. (Adhita Diansyavira)
Advertisement