Cerita Akhir Pekan: Deretan Rempah Bahan Baku Jamu yang Naik Daun

Jamu terbuat dari rempah-rempah tradisional yang memiliki khasiat bagi tubuh.

oleh Putu Elmira diperbarui 14 Mar 2020, 10:01 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2020, 10:01 WIB
Rempah-Rempah Jamu
Sederet rempah-rempah tradisional sebagai bahan baku pembuatan jamu. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Jamu mendadak jadi bahan perbincangan hangat masyarakat Indonesia sejak Covid-19 mulai merebak. Minuman olahan yang terbuat rempah tradisional Nusantara ini bahkan kian banyak dicari.

Di sisi lain, eksistensi jamu telah ada sejak dahulu kala. Jamu dikenal memiliki beragam khasiat, mulai dari meningkatkan daya tahan tubuh hingga tubuh dapat terhindar dari penyakit.

Tak hanya itu, penyajian jamu saat ini dikemas dalam sentuhan yang lebih kekinian yang disuguhkan lewat kehadiran kafe-kafe jamu yang menjamur di Jakarta.

"Sekarang jamu naik daun terbukti banyak kafe yang dekat dengan milenial seperti Suwe Ora Jamu, Acaraki dan itu bagus berarti diterima kalangan modern, jauh sebelum kasus virus corona baru," kata Heru Wardana, Head of Kampoeng Djamoe Organik kepada Liputan6.com, Rabu, 11 Maret 2020.

Adapun jamu terbuat dari rempah-rempah Nusantara yang bisa jadi anti-bakteri terutama empon-empon, rimpang-rimpang seperti jahe, kunyit, temulawak, kencur, lengkuas, hingga lempuyang.

Proses pembuatan jamu kunyit asem.
Proses pembuatan jamu kunyit asem. (dok. Liputan6.com/Tri Ayu Lutfiani)

"Tanaman rimpang, jahe, empon-empon buat jamu itu semuanya ada unsur bahan aktif, anti-virus. Yang terpenting fungsi bahan-bahan alami ini lebih promotif, memperkuat imun sistem, antibodi, doping bahan alami," tambahnya.

Tingginya minat pada jamu belakangan ini berimbas pada ketersediaan rempah dan mempengaruhi harga jual di pasaran. Heru menambahkan, penanaman rempah-rempah juga membutuhkan waktu setidaknya selama 10 bulan.

"Demand tetap, banyak yang sudah mulai mau merasakan khasiat meski tidak langsung, lebih ke arah promotif mulai sadar konsumsi setiap hari. Pengguna lama tetap (minum jamu) jadi permintaan meningkat," jelas Heru.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Rempah Naik

Jahe Merah
Jahe merah. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Naiknya permintaan dan harga jamu juga dikatakan oleh seorang pedagang rempah-rempah dan bumbu dapur di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Nursabika. Rata-rata rempah yang diolah untuk jamu dan minuman hangat tradisional mengalami kenaikan.

"Iya betul naik harga, jahe dari harga Rp30 ribu jadi Rp35 ribu per satu kilogram. Jahe merah Rp60 ribu biasanya Rp40 ribu, jahe emprit dari Rp40 ribu jadi Rp50 ribu, lempuyang harga biasa Rp15 ribu sekilo," kata Nursabika kepada Liputan6.com, Jumat, 13 Maret 2020.

Jahe Emprit
Jahe emprit. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Perempuan yang sudah 22 tahun berjualan di Pasar Kebayoran Lama ini menyebut perubahan harga telah terjadi berbulan-bulan lalu. "Temulawak naik dari Rp15 ribu sekarang Rp25 ribu, kencur Rp70 ribu satu kilogram," tambahnya.

"Yang paling banyak dicari jahe, serai, kunyit, temulawak, kayu manis. Serai sempat Rp15 ribu per kilogram," kata pedagang asal Cirebon ini.

Nursabika menambahkan, biasanya yang membeli rempah-rempah Nusantara jualannya banyak pedagang jamu.

"Mereka belanja hari ini, besok ke sini lagi. Tapi ada juga yang beli buat konsumsi sendiri beli setengah, seperempat, atau ada yang ngambil sedikit kita yang kasih harga," ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya