Liputan6.com, Jakarta - Ogoh-ogoh kendati sekarang sangat lekat dengan perayaan Nyepi, nyatanya tak berawal demikian. Melansir laman resmi ISI Denpasar, Rabu (25/3/2020), sejak tahun 80-an, umat Hindu memanfaatkan ogoh-ogoh sebagai atribut acara mengelilingi desa dengan membawa obor.
Umumnya, ogoh-ogoh diarak menuju sema, yakni tempat persemanyaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat. Kemudian, ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa dibakar.
Karena bukan sarana upacara, ogoh-ogoh diarak setelah upacara pokok selesai diiringi irama gamelan khas Bali, Bleganjur Patung. Alat musik ini biasanya berbahan dasar bambu, kertas, dan kain.
Advertisement
Baca Juga
Benda-benda sederhana itu merupakan kreativitas dan spontanitas masyarakat demi memeriahkan upacara. Seiring waktu, ogoh-ogoh lekat dengan berbagai perayaan demi menyemarakkan suasana, termasuk saat Nyepi.
Ogoh-ogoh sendiri umumnya berbentuk boneka raksasa yang merupakan manifestasi Bhutakala. Dalam ajaran Hindhu Dharma, Bhutakala merupakan kekuatan Bhu (alam semesta) dan Kala (waktu) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk hidup di mayapada, surga, dan neraka, seperti naga, gajah, garuda, widyadari, serta dewa. Ogoh-ogoh biasanya dibuat dari styrofoam, bambu, koran bekas, kain, cat, kawat besi, dan kayu.
Makna Ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh melambangkan pengakuan manusia akan kuasa alam semesta dan waktu dengan kekuatan yang dapat dibagi dua. Pertama, kekuatan Bhuana Agung (alam semesta) dan kedua, Bhuana Alit (kekuatan dalam diri manusia).
Kedua kekuatan ini dapat digunakan untuk menghancurkan atau membuat dunia lebih baik. Masyarakat Bali percaya bahwa ogoh-ogoh mempresentasikan sifat buruk di dalam diri manusia. Karenanya, mereka membuat ogoh-ogoh sebelum perayaan Nyepi.
Setelah ogoh-ogoh selesai dibuat, lalu diarak berkeliling kota atau desa, ogoh-ogoh dibakar sebagai simbol telah hilangnya sifat buruk di dalam diri manusia. Sehingga, mereka siap melakukan tapabrata pada Hari Raya Nyepi keesok harinya.
Kendati demikian, pada Nyepi 2020, arak-arakan ogoh-ogoh dilarang Gubernur Bali Wayan Koster demi menekan pandemi corona COVID-19.
"Mohon kerja sama masyarakarat dengan gotong-royong, bersatu-padu dengan pemerintah menghindari polemik yang bisa memperkeruh suasana," ucap Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra dilansir dari Antara.
Advertisement