Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) memprediksi produk ekowisata di Indonesia akan sangat diminati pascapandemi COVID-19. Dengan kondisi normal baru, tren wisata para turis juga akan lebih memperhatikan protokol-protokol yang baru, khususnya terkait kesehatan, keamanan dan kenyamanan.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Event) Kemenparekraf/Baparekraf Rizki Handayani saat Webinar Ekowisata, Rabu, 20 Mei 2020, menjelaskan pandemi telah mengubah tipe dan pengelolaan destinasi, termasuk di dalamnya kegiatan ekowisata. Maka itu, para pemangku kepentingan wajib mengevaluasi dan menata ulang pola perjalanan ekowisata yang beradaptasi dengan kondisi normal baru.
Advertisement
Baca Juga
"Kami prediksikan kegiatan wisata berbasis alam atau outdoor paling cepat rebound, karena ecoturism bukan mass tourism tetapi wisata minat khusus," kata Rizki, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Ia menyatakan pemerintah mendukung penuh pengembangan ekowisata di Indonesia. "Ke depannya, kami akan konsentrasi di wisata Ecotourism dan Wellness Tourism," sambung Rizki.
Direktur Indonesia Ecotourism Network (INDECON) Ary S. Suhandi mengungkapkan hal senada. Ekowisata, wisata petualangan, dan wellness tourism diperkirakan menjadi produk wisata yang paling diminati turis usai pandemi. Namun, pola bergeser dengan kegiatan yang melibatkan grup kecil dan aktif di luar ruang, seperti kegiatan edukasi alam untuk keluarga hingga aktivitas yang berkontribusi pada konservasi alam.
"Adventure juga berpeluang besar, khususnya kegiatan dalam grup kecil dan aktivitasnya dinamis, seperti trekking, snorkeling, dan diving. Wellness Tourism juga diprediksi cepat rebound. Banyak orang membutuhkan kebugaran pascakerja rutin yang tinggi dengan market-nya adalah orang dari kota," ujarnya.
Â
Bukan Semata Devisa
Ary menjelaskan, ekowisata merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepedulian wisatawan pada pentingnya menjaga kualitas lingkungan kawasan tempat mereka berwisata. Hanya saja, perlu penyempuranaan terkait konteks ekowisata, yakni keuntungan devisa bukanlah kiblat satu-satunya, tetapi juga memikirkan kelestarian dan pelibatan masyarakat lokal.
"COVID-19 mengajarkan kita banyak hal, selain mitigasi risiko juga salah satunya tentang pentingnya manajemen pengunjung, mengatur kuota, hingga membagi kelompok besar ke dalam kelompok kecil pada saat kegiatan wisata," katanya.
Sementara itu, Direktur Via Via Tour & Travel Sry Mujianti mengatakan, pascapandemi akan terjadi pola perjalanan wisata baru. Kombinasi alam dan budaya biasanya menjadi pilihan utama wisatawan. Hal ini akan semakin lengkap apabila didukung dengan interpretasi yang kuat di setiap destinasi.
"Sebagai contoh, untuk klaster Jogja-Solo-Semarang (Joglosemar) biasanya menghubungkan kota-desa kemudian ada klaster Jawa Timur, mulai dari Malang hingga Banyuwangi. Wisatawan akan lebih memilih untuk melakukan perjalanan dengan jarak yang relatif dekat atau menempuh waktu lebih singkat," ujarnya.
Â
Advertisement