Liputan6.com, Jakarta - "Ini bra yang tersisa," kata Lea Ramsay, seorang mahasiswi Prancis berusia 22 tahun, dikutip dari laman France24.com, Selasa (25/8/2020).
Ia mengaku sudah tiga bulan terakhir tak memakainya lagi, terutama saat Prancis memasuki musim panas. Koleksi bra yang ada hanya tersimpan di laci.Â
Lea mengaku menjadi bagian dari gerakan No Bra, tren yang berkembang di seluruh Prancis, di mana perempuan tak lagi mengenakan pakaian dalam mereka itu. Kebiasaan baru itu meningkat diyakini akibat lockdown yang dipicu pandemi Covid-19.
Advertisement
Baca Juga
Lantaran jarang keluar rumah, para perempuan Prancis pun terbiasa untuk tak mengenakan bra selama beraktivitas sehari-hari. Pemakaian bra dianggap merepotkan, termasuk bagi Lea.
Ia mengaku sengaja pindah ke rumah temannya untuk menjalani lockdown. Saat mengemas pakaian, ia biasanya harus membawa tiga bra agar bisa bergantian memakainya. Tapi kali itu, ia hanya membawa satu saja.
"Aku hanya keluar untuk berbelanja atau semacamnya, jadi aku pilih tak memakainya (bra)," ujarnya lagi.
Lea bukan satu-satunya perempuan Prancis yang tak memakai bra di tempat umum. Menurut survei terbaru yang dilakukan Ifop, dibandingkan masa sebelum krisis Covid-19, jumlah perempuan di negeri itu yang mengaku tak pernah atau jarang menggunakan bra meningkat delapan persen selama karantina wilayah berlangsung.
Survei itu juga menemukan sebanyak tujuh persen responden menyatakan tidak akan menggunakan bra selamanya. Tren tersebut bahkan lebih banyak lagi dipraktikkan perempuan berusia di bawah 25 tahun, 18 persen di antaranya mengatakan mereka kini terbiasa tak mengenakan bra di tempat publik.
"Jumlah perempuan yang menyerah menggunakan bra selama lockdown meningkat tiga kali lipat dan bahkan lebih banyak lagi di antara wanita muda yang berusia 25 tahun ke bawah, yakni meningkat empat hingga lima kali lipat," kata Jean-Philippe Dubrulle, Direktur Penelitian Ifop, kepada AFP.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Alasan Tanggalkan Bra
Kenyamanan menjadi alasan nomor satu dari mereka yang tak lagi memakai bra. Tetapi, dari poling yang dilakukan, banyak pula yang memandangnya sebagai ekspresi kebebasan dan feminisme.
Sementara, 32 persen dari responden perempuan berusia di bawah 25 tahun mengatakan keputusan mereka tanpa bra dimotivasi keinginan untuk melawan seksualisasi payudara perempuan. Namun, ketakutan atas reaksi para pria juga menghambat lebih banyak perempuan bergabung dalam gerakan No Bra.
Banyak dari perempuan yang tetap menggunakan bra karena takut terjadi pelecehan verbal maupun fisik di jalan. Mereka juga tak nyaman bila dipandangi para pria.
"Di antara perempuan yang tidak mempraktikannya, hambatan utama adalah ketakutan menjadi objek pelecehan verbal. Ketakutan dianggap perempuan pesanan, sesimpel itu. Maka tidak mengherankan bila perempuan muda yang mempraktikkan No Bra sebagian besar karena mereka yang paling menentang manifestasi patriarki ini, budaya pemerkosaan, dan semua penilaian yang menekankan pada tubuh perempuan," jelas Dubrulle. (Vriskey Herdiyani)
Advertisement