Liputan6.com, Jakarta - Kampung Jodipan di Malang bisa dibilang salah satu satu pelopor tren kampung warna-warni di Indonesia. Berawal dari proyek mahasiswa PKL untuk mengubah wajah kampung kumuh menjadi lebih apik, tak disangka malah berkembang menjadi salah satu destinasi wisata andalan di Kota Apel.
Namun, pandemi Covid-19 berimbas pula kepada Kampung Warna-warni Jodipan. Menurut M Rasidi, pembina Kampung Warna-warni Jodipan, jumlah pengunjung sebelum pandemi Covid-19 bisa mencapai seribuan orang per hari. Kini, dikunjungi seratus tamu dalam sehari saja sudah sangat lumayan.
Advertisement
Baca Juga
Bahkan, selama enam bulan sejak Maret 2020, kampung tersebut ditutup sepenuhnya dari wisatawan demi mencegah penyebaran infeksi Covid-19. "Kita baru buka kembali September kemarin," kata Rasidi saat dikunjungi pada Selasa, 8 Desember 2020.
Sepi tergambar dari kondisi kampung yang berada di tepi Sungai Brantas itu. Jumlah wisatawan yang datang saat itu masih bisa dihitung jari. Rombongan keluarga dalam jumlah terbatas lebih banyak dibandingkan pengunjung generasi Z. Mereka memanfaatkan beragam sudut sebagai latar foto mereka.
Di sisi lain, anak-anak kampung memanfaatkan lengangnya situasi untuk bermain. Mereka terlihat lepas untuk bercengkerama dengan kawan sebaya tanpa takut mengganggu tamu. Sementara, sebagian rumah tetap membuka warung mereka, berharap dapat pemasukan tambahan dari orang yang ingin jajan.
Mengingat dibuka di masa pandemi, pengelola wajib menerapkan protokol kesehatan di Kampung Jodipan. Di setiap pintu masuk disediakan tempat cuci tangan yang layak. Pengunjung juga wajib memakai masker selama berada di kampung Jodipan. Di beberapa sudut juga dipasangi papan peringatan tentang aturan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, dan menjaga jarak aman.
Namun, tidak adanya petugas yang berpatroli membuat penegakkan disiplin protokol kesehatan masih kurang. Terlihat beberapa warga setempat santai beraktivitas di luar rumah tanpa masker, bahkan petugas tiket yang berjaga di pintu masuk sempat lalai memakai masker dengan benar.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Wisata Kerakyatan
Walau tak banyak pengunjung, bukan berarti suasana Kampung Warna-warni Jodipan jadi muram. Kesan ceria masih kuat lantaran warna-warni di setiap sudut masih melekat dengan baik. Rasidi mengungkapkan rahasianya terletak pada pengecatan ulang yang dilakukan enam bulan sekali. Sumber dananya diperoleh dari perusahaan cat yang mengikat kontrak dengan kampung tersebut.
Warga juga menata ulang, menambah dekorasi baru untuk menyegarkan suasana. Salah satunya mengecat topeng malang untuk ditaruh di beberapa sudut kampung. Ada pula gambar lukisan tiga dimensi yang menambah spot foto. Dengan peremajaan itu, warga tak perlu ke luar kampung untuk mencari hiburan. Sementara, pengunjung dari luar akan merasakan pembaruan, terutama mereka yang sudah berkali-kali ke Jodipan.
"Beda-beda supaya enggak bosen. Termasuk lukisan, berubah sama sekali," kata Rasidi.
Rutinitas itu tidak berubah walau masa nol pemasukan sekalipun. Pada waktu itu, para pengurus kampung wisata mengandalkan tabungan kas. Sekitar 80 persen isi kas habis untuk membiayai operasional kampung yang tak sedikit. Biaya kebersihan, misalnya, semua diambil dari kas lantaran warga sudah tidak lagi dibebani hal itu sejak beberapa tahun lalu. Tujuannya untuk mengubah perilaku masyarakat perihal kebersihan.
"Biaya retribusi sampah diputihkan. Warga enggak sudah bayar biaya kebersihan, keamanan, diputihkan semua. Dengan satu syarat, jangan buang sampah sembarangan, jaga kebersihan. Petugas sampah honornya dinaikkan tiga kali lipat. Pengumpulan sampah modelnya jemput bola. Jadi, warga di sini dibikin manja," tutur Rasidi.
Belum lagi dana kas untuk membiayai beragam kegiatan sosial warga. Menurut Ketua RW 02 Kampung Jodipan, Soni Parin, kampung wisata Jodipan adalah bentuk wisata kerakyatan. Rakyat yang berusaha merawat dan mempercantik lingkungan mereka, sehingga hasilnya dikembalikan kepada rakyat lagi lewat beragam paket bantuan sosial, seperti pembagian sembako senilai Rp125 ribu per KK dan biaya santunan tahlilan dan pemakaman warga yang meninggal.
"Di masa pandemi, jika kita pasrah terhadap pandemi, susah kita. Kalau hanya bersandar dari kas saja, nggak kurang 80 persen habis. Makanya, saya bikin proposal ke sana kemari," imbuh Rasidi seraya menyebutkan sejumlah donatur yang bersedia menyumbang untuk keberlangsungan warga kampung tematik itu.
Ingin ikut membantu warga Jodipan? Cukup siapkan uang Rp5 ribu untuk tiket masuk dan disiplin menjalankan protokol kesehatan tanpa harus diingatkan ya! Selamat berkunjung.
Advertisement