Cerita Akhir Pekan: Buka Tutup Perbatasan Negara-Negara Dunia untuk Wisatawan Mancanegara

Wacana terbaru, ada beberapa negara, termasuk Thailand, yang akan memperbolehkan wisatawan mancenegara masuk tanpa karantina setelah mengantongi sertifikat vaksinasi COVID-19.

oleh Asnida Riani diperbarui 17 Feb 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2021, 08:30 WIB
Patung Buddha Raksasa
Sebuah foto udara menunjukkan masker diletakkan pada wajah patung Buddha raksasa di kuil Wat Nithet Rat Pradit di Pathum Thani di luar Bangkok, Thailand, 12 Mei 2020. Pemasangan masker tersebut sebagai tanggapan terhadap penyebaran pandemi Covid-19. (Photo by Mladen ANTONOV / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Hampir setahun sejak langkah-langkah strategis dalam menekan transmisi virus corona baru diambil sejumlah negara di dunia. Satu aturan yang hampir secara rata diambil adalah menutup perbatasan bagi wisatawan mancanegara, dalam kasus ini perjalanannya masuk dalam kategori non-esensial.

Sejak beberapa bulan lalu, sejumlah negara, termasuk Thailand yang dinilai berhasil mengatasi wabah pandemi COVID-19, sebenarnya telah membuka perbatasan negara mereka. Hanya saja, kunjungannya mewajibkan sejumlah syarat demi menjaga tak terciptanya klaster baru di dalam negeri.

Melansir laman Lonely Planet, Jumat, 29 Januari 2021, pada Oktober lalu, pihaknya telah memperkenalkan visa jangka panjang. Dengan Visa Turis Khusus (STV), pelancong hanya bisa masuk dari tujuan tertentu. Menurut halaman informasi tentang visa, wisatawan dari negara berisiko rendah akan diizinkan masuk.

Kedutaan Thailand di Finlandia dan Singapura sama-sama memuat instruksi di situs web mereka tentang cara mengajukan visa. Beberapa penerbangan dari Tiongkok pun telah tiba. Tapi, keputusan ini sebenarnya diambil justru setelah Negeri Gajah Putih melaporkan kasus COVID-19 pertama setelah 100 hari tanpa transmisi pada awal September 2020.

Menurut survei terbaru oleh Dewan Pariwisata Thailand (TCT), berdasarkan laporan Asean Post, beberapa penduduk lokal dan operator pariwisata ingin Thailand membuka kembali perbatasan secara sepenuhnya untuk wisatawan mancanegara dengan karantina 14 hari yang masih berlaku.

Studi tersebut dilakukan pada 785 operator terkait pariwisata dan 1.444 penduduk setempat pada 11 November--10 Desember 2020. Namun, baru-baru ini juga dilaporkan bahwa Thailand sedang mempertimbangkan mengizinkan pelancong yang divaksinasi untuk melewatkan karantina 14 hari.

Di bawah rencana bertajuk "Welcome Back to Thailand Again," kerajaan berharap melihat para turis internasional kembali pada kuartal ketiga 2021. Menurut Chamnan Srisawat, presiden TCT, operator perjalanan Thailand telah memulai pembicaraan dengan agensi di pasar potensial, seperti Tiongkok, untuk memulai kembali pemasaran destinasi dan mempersiapkan perjalanan masa depan.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penundaan Travel Bubble

Jelang Natal, Begini Suasana Bandara Changi Singapura di Tengah Pandemi COVID-19
Orang-orang berada di terminal 3 Bandara Changi Singapura (7/12/2020). Bandara Changi Singapura tampak sepi jelang menyambut Natal di Tengah Pandemi COVID-19. (Xinhua/Then Chih Wey)

Sebelum transmisi COVID-19 angkanya kembali naik di Hong Kong, wilayah otonomi spesial ini telah banyak bicara soal travel bubble dengan Singapura. Semula, penerbangan Singapura-Hong Kong dan rute sebaliknya bahkan sudah dijadwalkan pada 22 November 2020, namun terpaksa ditunda.

Penundaan tersebut rencananya hanya akan berlangsung selama dua minggu, namun berkaca pada kondisi di lapangan, di mana sekarang Hong Kong tengah memberlakukan aturan penguncian wilayah, membuat kebijakan ini tak dilanjutkan hingga waktu tak ditentukan.

Sejak Juni tahun lalu, menurut laporan The Guardian, Uni Eropa telah membuat daftar negara yang pelancongnya boleh memasuki wilayah mereka dengan evaluasi per dua minggu. Namun, pukulan kuat mesti diterima Kroasia, Bosnia, dan Slovenia yang sempat melaporkan lonjakan kasus secara signifikan pada akhir Oktober 2020.

Alhasil, aktivitas non-esensial sempat dilarang selama periode itu untuk menekan laju penyebaran COVID-19. Sekarang, mengutip DW, Uni Eropa telah memperkenalkan sistem "lampu lalu lintas virus corona baru." Ini membuat wilayahnya terbagi jadi zona hijau, oranye dan merah. Selain itu, terdapat warna abu-abu untuk wilayah yang datanya tak cukup.

Kendati pergerakan turis mancanegara sempat tercatat, namun saat ini, warna merah mendominasi wilayah-wilayah Uni Eropa. Perjalanan ke Prancis, Spanyol, Italia, dan Inggris Raya tercatat jadi yang paling dibatasi, mengingat catatan kasus maupun kematian akibat virus corona baru masih sangat mengkhawatirkan.

Buka Perbatasan untuk Turis Mancanegara

Melihat Habitat Flamingo di Tengah Mewahnya Kota Dubai
Burung flamingo terbang bermigrasi melewati gedung tertinggi di dunia, Burj Khalifa di Dubai, Uni Emirat Arab (28/1). Meski terdiri dari gedung-gedung mewah, pemerintah Dubai tetap menjaga habitat burung flamingo. (AP Photo / Kamran Jebreili)

Uni Emirat Arab (UEA) jadi salah satu negara yang dengan percaya diri membuka perbatasan mereka untuk pelancong internasional pada awal Juli 2020. Namun, dalam langkah mencegah penyebaran COVID-19, pihaknya mengajukan sejumlah syarat kedatangan yang terus diperbaharui, menurut laporan Conde Nast Traveller.

Pada 24 September 2020, Federal Authority for Identity and Citizenship UEA mengumumkan dimulainya kembali aktivitas penerbitan berbagai visa, termasuk pariwisata. Namun, pihaknya harus melihat kenaikan kasus empat kali lipat, yakni hingga empat ribu per hari pada awal November 2020.

Melansir laman FT, infeksi yang memecahkan rekor selama dua minggu terakhir telah memaksa Dubai memberlakukan beberapa pembatasan baru, seperti meningkatkan pengujian pada kedatangan dan melarang hiburan langsung, bahkan saat vaksinasi UEA semakin cepat.

“Sungguh sial jadi kota pesta para jet-set selama pandemi global," kata Jim Krane, peneliti di Institut Baker Universitas Rice dan penulis Dubai: The Story of the World’s Fastest City. Dokter di seluruh UEA pun menggemakan sentimen tersebut.

"Kegilaan tahun baru di Dubai jelas merupakan peristiwa yang sangat meluas. Setelah itu, kasusnya cepat naik dan ada varian baru (COVID-19) juga," kata seorang dokter ekspatriat yang tak mau namanya disebutkan. Inggris Raya sekarang telah resmi melarang penerbangan dari Dubai dan Abu Dhabi.

Namun, sebagaimana Thailand, ada juga negara-negara yang mempertimbangkan memperbolehkan pelancong internasional masuk tanpa karantina setelah menerima vaksinasi. Seychelles dan Rumania ada dalam daftar tersebut.

Berdasarkan laporan traveller.com.au, Islandia juga berencana mengesampingkan aturan karantina bagi pengunjung dengan sertifikat vaksin internasional, di mana sudah berlaku bagi pelancong yang dapat membuktikan bahwa mereka sebelumnya terkena virus. Negara itu sendiri akan menyelesaikan sistem bagi warganya yang telah divaksinasi penuh untuk mendapat sertifikat vaksinasi COVID-19.

Pada Desember 2020, Siprus juga mengumumkan rencana mengesampingkan persyaratan pengujian untuk kedatangan yang telah divaksinasi, menjadikannya destinasi pertama yang mengeluarkan wacana tersebut. Namun, kementerian kesehatan negara itu belum memastikan apakah ini akan berjalan sesuai rencana, bulan Maret mendatang.

Bagaimana dengan Indonesia?

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno berkunjunga ke Bali. (Istimewa)
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno berkunjunga ke Bali. (Istimewa)

Staf Ahli Manajemen Krisis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, Henky Hotma Parlindungan Manurung, mengatakan bahwa Indonesia dalam beberapa waktu ke depan belum akan melihat kedatangan turis internasional.

Kebijakan membuka perbatasan untuk wisatawan mancanegara (wisman), katanya, merupakan kesepakaian antar kementerian yang tak bisa diputuskan satu pihak. "Masih terus dibahas," katanya dalam virtual talkshow bertajuk "Strategi Kebangkitan Pariwisata di Tengah Pandemi," Jumat, 29 Januari 2021.

Sementara, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, telah menyebut tengah mempersiapkan konsep travel bubble antara Batam, Bintan, dan Singapura, di samping memaksimalkan potensi wisata bahari dan olahraga di Batam dan Bintan.

Bali semula akan jadi gerbang pertama kedatangan wisman. Namun, melihat jumlah kasus COVID-19 yang masih tinggi, rencananya yang semula dijadwalkan pada 11 September 2020 ini belum bisa dieksekusi sampai waktu belum ditentukan.

"2021 menurut kami pariwisata akan tetap mengandalkan kunjungan wisatawan nusantara (wisnus)," kata Henky. Karenanya, pihaknya tengah memaksimalkan sertifikasi Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) (CHSE), juga penerapan protokol kesehatan.

"Sehingga akan lebih siap dalam menerima kunjungan wisnus, dan wisman nantinya," tandasnya.

Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah

Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya