Liputan6.com, Jakarta - Memaafkan orang lain memang tidak selalu mudah. Kendati demikian, Anda bisa belajar untuk perlahan melakukannya secara tulus, terlepas dari kesalahan dan cara orang tersebut meminta maaf, dan mendapat manfaat baik bagi kesehatan tubuh.
Konsep memaafkan sebenarnya sudah ada di kitab suci setiap agama. Sekarang, para ahli di seluruh dunia meneliti lebih dalam manfaat memaafkan yang kemudian tercatat mengutungkan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental.
Dilansir dari laman AsianOne Senin, 8 Maret 2021, pada tahun 2015, Vishen Lakhiani, CEO Mindvalley, sebuah perusahaan pendidikan kebugaran daring berbasis di Malaysia, menghadiri acara ketenangan batin selama seminggu di Amerika Serikat. Itu dilakukannya guna melengkapi praktik memaafkan yang sering diabaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Baca Juga
Kegiatan ini berlangsung di Biocybernaut Institute, fasilitas pelatihan neurofeedback di Sedona, Arizona. Lakhiani menghabiskan kira-kira lima jam setiap hari untuk memaafkan orang-orang atas kesalahan yang dirasakannya, mulai dari guru sekolah, mitra bisnis, sampai anggota keluarga.
Setiap kali ia memaafkan orang lain, gelombang alfanya tercatat melonjak. Lakhiani juga mengaku merasakan kebebasan yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
"Salah satu hal terbesar yang terjadi ketika Anda berlatih memaafkan secara terkendali adalah munculnya rasa kasih. Anda akan merasakan satu kesatuan dengan kehidupan dan alam," kata Lakhiani.
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kata Para Ahli
Para ahli pun mencatat ragam penemuan setelah mempelajari program pelatihan "memaafkan secara sadar" selama tujuh hari yang dijalani Lakhiani. "(Latihan itu) menghasilkan perubahan gelombang otak yang identik dengan apa yang terlihat di negara-negara tingkat lanjut," kata Dr James Hardt, presiden dan pendiri Biocybernaut Institute.
Praktik klinis ini dapat melatih otak membantu mengakses fungsi tertinggi mereka, yaitu neurofeedback, sejenis pengendalian diri dengan mengukur gelombang otak dan memberi umpan balik.
Manfaat dari mengubah gelombang otak ini antara lain kualitas tidur lebih baik, kreativitas lebih besar, IQ lebih tinggi, kecerdasan emosional lebih memadai, dan meningkatkan rasa spiritualitas, menurut Hardt.
Lakhiani menggambarkan ketika melakukan praktik itu, ia mengalami penurunan tingkat kemarahan, peningkatan perasaan cinta, peningkatan kapasitas untuk percaya, perasaan bebas dari peristiwa masa lalu, dan peningkatan kesehatan secara keseluruhan. (Muhammad Thoifur)
Advertisement