Cerita Akhir Pekan: Cara Menghemat Energi dengan Memanfaatkan Teknologi

Teknologi yang mampu mengatur penggunaan AC, termasuk salah satu upaya untuk lebih hemat energi.

oleh Henry diperbarui 27 Mar 2021, 11:44 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2021, 10:00 WIB
ilustrasi listrik
ilustrasi hemat energi dan listrik (sumber: Pexel)

Liputan6.com, Jakarta - Pemakaian listrik memang sangat penting. Semakin banyak atau semakin sering menggunakan listrik, maka pembayarannya juga semakin besar. Karena itu sangat penting untuk hemat energi atau listrik.

Di masa pandemi masalah tagihan listrik yang tinggi jadi persoalan banyak orang, Bahkan sebelum pandemi terjadi, sudah banyak yang merasa tagihan listrik di rumah maupun tempat tinggalnya cukup besar. Sedangkan di masa pandemi ini penggunaan listrik tentu semakin bertambah karena kita lebih banyak berada di rumah.

Kita terkadang harus menyalakan barang elektronik selama hampir 24 jam, sehingga tagihan melonjak berkali-kali lipat. Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk menghemat pemakaian ini? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar bisa menghemat energi. Caranya ternyata cukup simpel dan bisa dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.

Menurut Fabby Tumiwa selaku Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), ada beberapa hal simpel yang bisa dilakukan dan secara tidak langsung memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk bisa menghemat energi. Pertama, kurangi pemakaian lampu terutama di siang hari.

Kedua, bagi yang mempunai AC atau pendingin udara, sebaiknya digunakan seperlunya saja karena membutuhkan daya listrik atau energi yang cukup besar. Fabby mengungkapkan, yang paling banyak membutuhkan tenaga listrik adalah AC, lalu disusul pompa air, rice cooker dan pemanas air, sedangkan yang paling sedikit menghabiskan listrik adalah lampu.

"AC itu bisa menggunakan 50 sampai 60 persen listrik di rumah. Semakin banyak AC dipakai konsumsi listrik akan semakin besar. Disarankan untuk mengatur suhu AC , terutama di malam hari di suhu 23 sampai 24 derajat, gunakan timer untuk mengatur lama waktu AC bekerja," terang Fabby Tumiwa pada Liputan6.com, Jumat, 26 Maret 2021.

Untuk pompa air, sebaiknya juga lebih dibatasi, karena selain untuk menggemat listrik sekaligus bisa menghemat air. Ketiga, usahakan pakai perangkat hemat energi, misalnya untuk AC, pilihlah tipe inverter, menggunakan lampu LED, dan cermat dalam menggunakan water heater.

Fabby menambahkan, kemajuan teknologi memang membuat kita semakin bergantung pada listrik, tapi sekarang ini sudah banyak produk keperluan rumah tangga yang sudah sangat maju sehingga bisa lebih hemat energi dan lebih ramah lingkungan.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

Produk Hemat Listrik dan Ramah Lingkungan

Menghasilkan Energi Listrik
Ilustrasi Penggunaan Energi Listrik Credit: pexels.com/Baxt

Tips keempat adalah hindari phantom load, yaitu konsumsi listrik dari perangkat listrik yang ada di posisi stand by pada saat digunakan.

"Phantom load ini bisa menyumbang 5 sampai 10 persen dari konsumsi listrik kita. Jadi untuk perangkat listrik yang tidak digunakan lebih baik dimatikan total (switch off) dan hindari mode stand by, contohnya televisi dan DVDV yang sering matikan lewat remote saja tapi kabelnya tidak dicabut, ya itu kan aliran lsitriknya tetap ada, jadi sebaiknya kabelnya dicabut juga," tuturnya.

Sementara untuk mereka yang masih harus bekerja dari rumah maupun belajar atau sekolah dari rumah, disarankan untuk menggunakan laptop dibandingkan PC (Personal Computer) yang membutuhkan listrik cukup banyak. Selain itu, ada beberapa hal lagi yang bisa dilakukan untuk menghemat energi dengan memanfaatkan teknologi.

Menurut Agung Feinnudin selaku Sub Koordinator Pengawasan Manajemen Energi di Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE)- Kementerian ESDM, sekarang ini sudah banyak produk dan peralatan rumah tangga yang lebih hemat energi berkat kemajuan teknologi yang semakin berkembang. Selain itu, sekarang ini banyak beredar berbagai produk yang mengkllaim bisa untuk menghemat listrik, namun belum tentu efektif karena umumnya dibuat tanpa melewati penelitian.

"Kita sudah pernah mengundang beberapa pembuat alat-alat penghemat listrik agar mereka presentasi sehingga produknya bisa dibuat dalam jumlah banyak, tapi tentunya harus melewati sejumlah proses. Nah, terkadang mereka ini datang di awal saja, sesudah itu tidak ada kelanjutannya," ujar Agung saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 26 Maret 2021.

"Padahal kita di ESDM ini sangat terbuka kalau memang ada orang-orang yang bisa membuat alat-alat untuk menghemat energi. Tentuya harus melewati banyak tahapan, seperti dilakukan penelitain lebih dulu," lanjutnya.

 

Gerakan 3M

ilustrasi AC
ilustrasi AC (sumber: Unsplash)

Agung Feinuddin menambahkan, biasanya alat-alat yang banyak beredar termasuk dalam kategori kapasitor bank.  Alat tersebut berupa kumpulan dari beberapa kapasitor yang dihubungkan secara seri atau paralel satu sama lain untuk menyimpan energi listrik.

Penyimpanan yang dihasilkan kemudian digunakan untuk menetralkan atau memperbaiki kelambatan faktor daya dan meningkatkan jumlah keseluruhan energi yang tersimpan. Kapasitor bank ini punya sejumlah fungsi dan salah satunya adalah menghemat listrik.

"Angka penghematan yang dihasilkan ini tentunya tergantung pada peralatan elektronik atau kelistrikan yang digunakan pada rumah atau tempat industri. Awalnya kapasitor bank ini dipakai untuk industri seperti di pabrik-pabrik. Tapi sekarang sudah makin berkembang dan mulai banyak digunakan di rumah-rumah dan sudah banyak dijual online," ungkapnya.

"Tujuan untuk ditambahkan kapasitor bank agar kualitas listrik menjadi lebih baik artinya losses listrik akan berkurang dari voltage drop, ada kesetimbangan arus dan tegangan. Tapi kalau ditanya apakah bisa hemat energi sampai 40 persen, saya belum bisa jawab, karena perlu ada banyak pembuktian dan mungkin ada dikasus-kasus tertentu saja," sambung Agung.

Sementara dari Kementerian ESDM sendiri, sudah pernah mencanangkan gerakan 3M untuk menghemat energi. Menurut Agung, 3M itu adalah mematikan lampu dan peralatan lainnya kalau tidak digunakan, lalu mencabut power listrik, karena power listrik yang tersambung masih menggunakan listrik walaupun kecil. Kita biasa menyebutnya dengan vampir energi.  Lalu M satu lagi, mengatur suhu AC sekitar 25 derajat.

Kalkulator Energi

Ilustrasi televisi (iStock)
Ilustrasi televisi (iStock)

Agung menambahkan, Dirjen EBTKE juga punya program atau aplikasi Kalkulator Energi EBTKE. Dengan aplikasi ini, kita bisa tahu penggunaan energi di rumah, rekomendasi dan tips aksi hemat energi di rumah, dan hemat tagihan listrik melalui aplikasi Kalkulator Energi Rumah Tangga.

Aplikasi ini bisa diunduh, dan nantinya kita juga bisa tahu perhitungan penggunaan listrik dalam rupaih, tapi itu berupa perkiraan meskipun bisa saja hasilnya tidak beda jauh dengan tagihan listrik sebenarnya.

Meski sudah beberapa produk yang mengklaim bisa menghemat listrik atau energi, cara-cara yang lebih simpel seperti 3M tadi sudah cukup untuk bisa menghemat listrik.

"Kalau ada peralatan elektronik yang tidak dipakai, ya matikan saja dan cabut kabelnya. Ada anggapan kalau mencabut kabel televisi misalnya, nanti saat kabelnya dtusukkan kembali maka akan memakan daya listrik yang cukup besar. Itu sudah tidak berlaku, karena memang bisa terjadi pada televisi lama yang teknologinya belum begitu bagus. Beda dengan televisi sekarang, apalagi yang LED atau LCD yang sudah lebih hemat listrik," tutup Agung Feinuddin.

Infografis Keluhan Lonjakan Tagihan Rekening Listrik

Infografis Keluhan Lonjakan Tagihan Rekening Listrik. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Keluhan Lonjakan Tagihan Rekening Listrik. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya