Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 makin mempercepat proses digitalisasi. Apa-apa serba digital lantaran interaksi langsung antar-manusia dibatasi. Situasi ini menuntut adaptasi dalam cara berkomunikasi dengan orang lain.
Anita Rahardja, dosen Desain Komunikasi Visual Universitas Bina Nusantara (Binus), menerangkan bahwa selain bahasa verbal, ada bahasa non-verbal yang tak kalah kuatnya memengaruhi lawan bicara. Salah satunya lewat visual.
Advertisement
Baca Juga
"Visual ini jadi sangat penting, apalagi kita online terus," kata Anita dalam sesi Bimtek Dampak Warna dalam Meningkatkan Ekonomi Secara Kreatif di Era Pandemi. Bimtek tersebut digelar sebagai bagian Pameran Grafis Kemenparekraf Karya untuk Indonesia yang digelar Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Rabu, 25 Agustus 2021.
Menurut Anita, visual bisa dihadirkan lewat beragam wujud. Satu di antaranya adalah warna. "Warna punya kemampuan untuk menarik perhatian orang yang kadang-kadang kurang disadari," sambung dia.
Saat satu benda yang sama ditampilkan dalam warna berbeda, efek yang ditangkap orang akan berbeda. Warna juga sering diasosiasikan dengan karakter atau emosi, terlepas dari nalar. Hal itu tidak salah, bahkan bisa dimanfaatkan untuk memengaruhi orang lain.
"Di dunia desain, kita bicara tentang produk, warna dapat membantu daya ingat," imbuh dia. Warna juga dapat membantu menarik pelanggan baru. Selain itu, warna juga dapat memengaruhi emosi dan perilaku seseorang.
"Saya sering perhatikan mahasiswa dan mahasiswi saya karena mereka objek penelitian paling dekat, sering ketemu. Suatu waktu ada mahasiswa datang dengan pakaian yang warnanya muda. Entah bagaimana tingkah lakunya jadi lebih lembut. Suatu hari dia datang pakai baju warna gelap, biru atau hitam saya lupa, dia jadi lebih cuek, lebih santai," ia menjabarkan contoh sederhana perihal warna yang memengaruhi perilaku.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3 Warna Dasar
Sementara Mita Purbasari, sesama dosen DKV Binus, menekankan bahwa tidak ada satu warna yang cocok untuk semuanya. Pemilihan warna apa yang ingin ditampilkan, terutama saat akan menarik perhatian orang lain, bergantung kepada beberapa faktor.Â
"Kita tentukan dulu tujuan mau gunakan warna-warna itu, pesan yang mau disampaikan apa, targetnya siapa, karakter apa yang mau kita bangun," ia membeberkan.
Setelah detail itu terjawab, barulah bisa memilih warna yang dirasa tepat. Dari sederet warna, tiga di antaranya adalah warna dasar. Masing-masing menunjukkan karakter berbeda.
Merah, misalnya, kerap diasosiasikan dengan mawar hingga darah. Dengan asosiasi tersebut, warna merah kerap dimaknai sebagai cinta, kekuatan, bahaya, hingga petualangan. "Warna ini salah satu dari dua warna yang paling populer. Strong banget," sambungnya.
Berikutnya adalah biru, yang diasosiasikan dengan karakter tenang dan percaya. "Makanya, warna biru juga banyak dipakai industri-industri perbankan," kata Mita.
Terakhir adalah warna kuning yang sifatnya lebih gembira. Tetapi karena masuk warna terang, kuning biasanya tidak berdiri sendiri supaya bisa dilihat orang dengan baik.
Â
Advertisement
Tips Gunakan Warna
Mita pun menerangkan bahwa secara umum, warna terbagi menjadi warna sejuk dan warna hangat. Merah dan turunannya mewakili warna hangat, sementara warna sejuk diwakili biru dan turunannya.
Dari palet warna yang tersedia, ia menyarankan agar pilih satu warna dominan saja agar tidak terlalu ramai. Boleh disertai dengan warna pendukung lain, namun jumlahnya juga harus dibatasi.
"Terkait desain, jangan terlalu banyak gunakan warna. Maksimal cuma tiga," ucapnya.Â
Â
Â