Memulai Gaya Hidup Plant-based dari Kamar Mandi

Jika memulai gaya hidup plant-based dari makanan masih sulit, Anda mungkin mau mencobanya dalam memilih produk skincare.

oleh Asnida Riani diperbarui 22 Okt 2021, 05:03 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2021, 05:03 WIB
skincare-kezo
ilustrasi skincare berbahan nabati/pexels

Liputan6.com, Jakarta - Plant-based jadi istilah yang mulai familiar bagi banyak orang. Gaya hidup yang memanfaatkan kebaikan bahan nabati ini tidak hanya bisa dimulai dari piring, namun juga kamar mandi, kata vegan advocat, Annabella.

"Maksudnya, pelan-pelan, satu-satu, pakai plant-based skincare. Perubahannya tidak harus dilakukan langsung dalam semalam, dan bathroom is always a great place to start," katanya dalam BASE Talk edisi ke-3 bertema "Plant-Powered Day," Kamis, 21 Oktober 2021.

Pemilik akun Instagram @justannabella ini mengaku pertama kali mengadopsi gaya hidup plant-based saat dilanda masalah kulit. "Saat itu (sekitar tahun 2016) mukaku jerawatan," Anna bercerita.

Sebagai permulaan, Anna mengaku saat itu baru lima kali seminggu mengonsumsi menu vegan. "Tapi, itu pun sudah kelihatan bedanya," tuturnya, menambahkan bahwa perbedaan mulai dirasakannya di minggu pertama.

Soal menu harian, ia menyebut rutin mengonsumsi smoothie bowl. Kemudian, memasak whole-food plant-based, jarang memakai minyak, dan tidak mengonsumsi makanan proses. "Aku manfaatin semua bahan (nabati) yang bisa kutemukan, seperti brokoli, tempe, dan tahu," katanya.

Setelah mantap berkomitmen dengan gaya hidup plant-based, ide ini diperluaskan dari sekadar menu makanan, namun juga merambah skincare, makeup, dan busana. "Kalau agak susah dari makanan, makanya aku menyarankan dari kamar mandi, karena nanti enggak sadar tahu-tahu semua produk di dalamnya vegan dan cruelty free," ucap Anna.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Skincare Berbahan Tanaman

Melindungi Kulit dari Bahaya Sinar UVA, UVB dan Blue Light dengan Personalisasi Sunscreen Vegan
Base Skincare menghadirkan varian sunscreen vegan yang dapat melindungi kulit dari paparan sinar UVA, UVB, dan bluelight (Foto: BASE)

Salah satu merek skincare lokal yang memanfaatkan kekuatan tanaman sebagai bahan utama produk mereka adalah BASE. Dalam mengembangkan produk, biochemist, sekaligus co-founder BASE Ratih Permata Sari menyebut pihaknya bertopang pada tiga poin kunci.

Itu adalah sifat fitokimia yang luar biasa, alternatif bersahabat untuk kulit sensitif, dan berdampak baik bagi lingkungan. "Kulit sensitif ini juga termasuk dalam kasus Anna yang memanfaatkan diet vegan untuk mengatasi jerawat," tuturnya.

Lebih lanjut Ratih menjelaskan, bahan berbasis tanaman kebanyakan lebih mudah diproses kulit. Ia merujuk pada studi BioMed International yang menunjukkan bahwa bahan berbasis tanaman seperti tebu, bayam, dan minyak zaitun diserap lebih cepat dan lebih efisien daripada minyak hati ikan hiu.

Dalam upaya mengurangi dampak lingkungan, selain menyiapkan tempat sampah daur ulang di Plaza Indonesia, Jakarta, pihaknya juga mendorong penggunaan kembali kemasan bekas pakai produk mereka. "Kami juga lagi buat peta jalan sampah untuk 10 tahun ke depan," katanya.

Itu mengarah pada kewajiban produsen dalam pengurangan sampah telah diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.

Riset Dulu

[Fimela] Vegan
Ilustrasi vegan | unsplash.com/@brookelark

Pada akhirnya, gaya hidup plant-based juga tentang menu makanan harian. Co-founder, sekaligus Chief Innovation Officer Burgreens and Green Rebel Max Mandias menyebut penting untuk riset sebelum menerapkan gaya hidup plant-based.

"Starts small dan membutuhkan proses transisi tersendiri. Riset dapat dimulai dari latar belakang personal kenapa ingin menjalani gaya hidup vegan atau plant-based ini," katanya.

Dalam paradigma lama, Max menjelaskan, orang cenderung mempertimbangkan semata konsumsi protein harian. "Padahal ada satu nutrisi lain yang juga penting, tapi justru tidak jadi perhatian banyak orang: serat," ucap Max.

Soal narasi tidak relevannya diet vegan karena orang Indonesia "masih banyak yang kekurangan gizi dan tingginya angka stunting," Max menyebut, berbicara stunting, ada beberapa kriteria penentu.

"Apa cukup kalori, protein, memakan diversifikasi makanan atau tidak. Orientasinya tidak hanya pada makanan berbasis tumbuhan, namun juga nutrisi berbasis nabati yang menyokong pertumbuhan anak. Makanya fenomena ini harus di-zoom in," paparnya.

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan
Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya