4 Karya Warisan Budaya Takbenda Indonesia Asal Sumatra Selatan (Bagian 1)

Sebanyak sembilan karya budaya asal Sumatra Selatan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021, berikut empat di antaranya.

oleh Putu Elmira diperbarui 26 Des 2021, 22:46 WIB
Diterbitkan 23 Des 2021, 08:02 WIB
Manisnya Gula Puan, Cemilan Khas Para Bangsawan Palembang
Gula Puan menjadi salah satu cemilan para bangsawan dari Kesultanan Palembang Darussalam, yang kini terus dilestarikan (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Jakarta - Sembilan karya budaya asal Sumatra Selatan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021. Karya budaya tersebut terdiri atas adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan, seni pertunjukan, serta pengetahuan kebiasaan perilaku mengenai alam semesta.

Pada bagian pertama ini akan mengulas empat karya budaya asal Sumatra Selatan tersebut. Simak rangkuman selengkapnya seperti dikutip dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, Rabu, 22 Desember 2021, berikut ini.

1. Gulo Puan

Gulo Puan jadi kegemaran para bangsawan Palembang pada masa kesultanan. Sajian ini diolah dari susu kerbau rawa di pedesaan kawasan rawa-rawa Sumatra Selatan.

Makanan pelengkap ini adalah salah satu hasil dari kekayaan alam Sumatra Selatan dan kini keberadaannya terbilang langka. Gulo Puan berasal dari kata puan yang berarti "susu" dalam bahasa daerah Sumatra Selatan.

Gulo Puan dapat berarti "gula susu" sesuai bahan dasarnya, yakni gula dan susu yang dibuat menjadi sejenis karamel. Tekturnya lembut sedikir berpasir dengan warna coklat.

2. Tepung Tawar Perdamaian

"Tepung tawar tolak bala adalah satu dari tiga jenis tradisi tepung tawar yang biasa diadakan pada momen tertentu, tradisi ini sudah ada sejak zaman Palembang bahari (kesultanan), 'jaman bingen' kami menyebutnya," kata Anna Kumari, seniman dan budayawan Kota Palembang, dilansir Antara.

Menurutnya selain untuk tolak bala, tradisi tepung tawar biasa diadakan pada acara pernikahan dan perdamaian. Dalam pelaksanaannya tidak melibatkan tepung, tetapi sepiring besar ketan kunyit dan ayam panggang.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

3. Sedekah Serabi

Sedekah Serabi
Sedekah Serabi (dok. warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Sedekah serabi telah digelar sejak zaman nenek moyang menganut aliran animisme. Zaman itu sedekah serabi dilaksanakan untuk mengobati penyakit yang tak kunjung sembuh dan dilakukan oleh dukun.

Dukun akan menyusuri penyebab penyakit, jika asal penyakit telah diketahui keluarlah perintang untuk sedekah serabi, dengan jumlah serabi ditentukan oleh tetua adat/dukun, misal 14 atau 44 kelipat (bulatan serabi) yang rasanya tawar dan berwarna putih tanpa ada makanan tambahan lain.

Sedekah serabi ini dinamakan sedekah serabi petunggu. Dengan syarat yang memasak harus dalam keadaan suci, sudah berwudhu dan tidak dalam keadaan datang bulan.

Setelah agama Islam berkembang di daerah Empat Lawang terjadi pergeseran fungsi sedekah serabi. Kini, sedekah serabi digunakan untuk menunaikan nazar atau jika tercapaianya suatu keinginan. Mantra-mantra dan sesajipun diubah dengan doa-doa kepada Allah SWT. Biasanya dilaksanakan sesudah Maghrib pada malam Jumat.

4. Sedekah Rame

Sedekah Rame
Sedekah Rame (dok. warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Sedekah rame adalah upacara adat yang dilaksanakan dengan tujuan untuk membersihkan kampung dari hal-hal buruk yang menimpa kampung tersebut. Hal-hal buruk yang dimaksud antara lain terjadinya bencana alam, panen pertanian yang gagal atau hal-hal buruk lainnya.

Maka, upacara sedekah rame juga disebut oleh masyarakat setempat sebagai upacara bersih dusun. Sedekah rame dahulunya dilaksanakan rutin setiap tahunnya dan pelaksanaannya sebelum masa bercocok tanam.

Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO

Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO
Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya