Liputan6.com, Jakarta - Keriuhan upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI pada Rabu, 17 Agustus 2022, masih meninggalkan kesan. Salah satunya soal penampilan Reza Rahadian yang mengenakan beskap hitam.
Pemeran film 'Habibie dan Ainun' itu bak seorang pangeran Jawa. Reza yang juga mengenakan blangkon mengingatkan pada karakter Sosrokartono, kakak Kartini yang diperankannya di film Kartini beberapa tahun lalu.
Advertisement
Di balik tampilan itu ternyata ada tangan desainer Auguste Soesastro yang berperan. Pendiri label Kraton itu adalah kreator beskap hitam yang dikenakan Reza. Ia mentransformasi beskap tradisional agar tetap relevan dengan konteks saat ini tanpa menghilangkan akar budaya yang telah melekat selama ini.
"Beskap yang dipakai Reza kemarin merupakan bagian koleksi tema Javanese Invasion pada tahun 2019 lalu," kata Auguste dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Kamis, 18 Agustus 2022.
"Saya sangat berterima kasih kepada masyarakat yang menyambut baik hasil karya saya yang dipadupadankan dengan sangat baik oleh Hagai Pakan selaku penata gaya yang mewujudkan overall look dari Reza Rahadian," ia melanjutkan.
Auguste tak asing dengan pakaian-pakaian tradisional Indonesia. Ia memiliki visi sendiri soal evolusi pakaian tradisional Indonesia menjadi bentuk yang modern. Menurutnya, memodernisasi busana tradisional Indonesia tidak cukup dengan memodifikasi batik atau menempelkan kain-kain tradisional sebagai aksen pakaian modern.
"Saya memiliki ketertarikan yang amat besar untuk kembali merekonstruksi pakaian-pakaian masyarakat tradisional, khususnya di Pulau Jawa, untuk tetap relevan di hari ini, dan menjadi satu identitas yang kuat agar membangun identitas yang otentik bagi cara berbusana orang Indonesia yang majemuk," jelas Auguste.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kurang dari Satu Hari
Tampilan apik Reza Rahadian tak lepas dari kreativitas Hagai Pakan selaku stylist yang sudah berkolaborasi dengan aktor itu sejak 2008. Pekerjaannya kali ini tak kalah menantang, karena ia memiliki waktu kurang dari satu hari untuk menyiapkan konsep tampilan.
Hagai ingin gaya yang ditampilkan tetap sederhana tetapi bisa mencerminkan jiwa progresif dari Reza Rahadian. "Saya lalu memilih apakah akan menggunakan gaya Jawa atau Bali. Akhirnya, gaya Jawa yang saya pilih," ujarnya.
Ia teringat pada koleksi Auguste Soesastro yang menurutnya sesuai dengan harapan tampilan akhir yang ingin diwujudkannya. Ia lalu memadupadankannya dengan aksesori dari Tulola dan kain batik motif kawung dengan sentuhan gurdo alias motif sayap burung garuda untuk memperkuat kesan aristrokrat.
"Saya berterima kasih, publik mengapresiasi karya yang saya kerjakan bersama Kraton dan Tulola yang melalui proses kreatif yang baik, sehingga mampu menghasilkan tampilan yang memukau banyak pihak," kata alumnus Jurusan Komunikasi Universitas Indonesia.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Label Kraton
Auguste melahirkan label Kraton pada 2008 di New York, Amerika Serikat, saat ia merintis karir sebagai perancang busana dari rumah mode Ralph Rucci. Label itu hadir untuk mempromosikan aspek terbaik dari seni dan budaya Indonesia kepada dunia fesyen internasional.
Melalui label itu, dikutip dari laman resmi Auguste, KRATON, yang berarti istana, sangat dipengaruhi oleh warisan bangsawan Indonesia, keanggunan yang kaya dan halus yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Iia ingin memastikan warisan unik Indonesia tetap lestari untuk generasi mendatang.
Kraton mengombinasikan konstruksi dan teknik pengerjaan yang apik dari garis couture dan kepraktisan pakaian siap pakai. Ia memastikan karyanya dibuat dalam jumlah terbatas sesuai dengan standar perdagangan yang adil.
"Akar budaya Indonesia begitu luas untuk membuka berbagai inspirasi karya, yang selama ini saya terus torehkan lewat penciptaan look yang lean and clean, namun tersimpan pola dan pengerjaan yang kompleks dalam proses pengerjaannya," ia menambahkan.
Kegelisahan Auguste
Dunia fesyen yang makin berkembang di Indonesia tak lantas membuat Auguste senang. Ada kegelisahan yang dirasakannya kala membaca beragam ulasan fesyen di berbagai media lokal.
Yang paling sering adalah penyebutan yang salah kaprah dan minimnya pengetahuan dasar soal fesyen. Salah satu pengalaman yang paling membekas adalah saat seorang jurnalis mewawancarai perihal karyanya tanpa memiliki bekal pengetahuan yang cukup.
"Saya pernah di-interview orang. Dia menanyakan hal-hal yang dasar. Saya sampai bingung menjelaskannya," celotehnya saat ditemui seusai peluncuran Kamus Mode di Jakarta, Selasa, 3 September 2019.
Penasaran, lelaki yang hobi berkebun itu menanyakan latar belakang si pewawancara. Ternyata, jurnalis tersebut hanya menggantikan tugas temannya yang sedang berhalangan, sedangkan sehari-hari biasa meliput olahraga.
Sejak itu, Auguste banyak melewatkan membaca ulasan fesyen yang ditulis media lokal. Ia merasa banyak media kurang akurat menuliskan tentang bidang itu. Kalau pun ada yang menarik perhatiannya, ia memastikan si penulis memiliki rekam jejak yang kredibel.
"Kita harus mengetahui yang nulis itu siapa. Itu nomor satu yang harus diperhatikan. Yang hoaks-hoaks itu karena kita tidak peduli yang pertama menulis," kata dia.
Advertisement