Liputan6.com, Jakarta - Orang yang tidak kenal akan menyangka Colleen dan John Darnell hanyalah sepasang suami istri yang menyukai busana vintage. Gaya mereka seolah menghadirkan karakter di novel Agatha Christie atau Indiana Jones ke dunia nyata.
Faktanya, mereka adalah ahli sejarah Mesir Kuno yang berbasis di Durham, Connecticut, Amerika Serikat. Mereka bahkan sudah menerbitkan buku berjudul Egypt’s Golden Couple: When Akhenaten and Nefertiti Were Gods on Earth. Buku itu mengulas sosok Firaun Akhenaten yang menyembah matahari dan istrinya, Nefertiti.
Advertisement
Baca Juga
"Mereka sangat menarik," kata Colleen, dikutip dari NY Post, Minggu, 13 November 2022. "Sangat jarang (keduanya) dibahas bersama."
Akhenaten dan Nefertiti mencoba membuat kembali agama dan indentitas Mesi. Namun, usaha keduanya terhenti setelah putra mereka, Tutankhamun, naik takhta di usia 9 tahun pada 1332 SM. Dalam waktu kurang dari satu dekade, para penasihat Raja Tut menghancurkan hampir semua jejak pasangan kontroversial sekaligus ibu kota baru yang mereka bangun. Pasangan tersebut seolah dihapus dari catatan sejarah.
Kisah tersebut disusun ulang oleh pasangan Darnell dengan memanfaatkan catatan sejarah, karya seni, dan penemuan arkeologis mereka sendiri. Keduanya berusaha menjelaskan kesalahpahaman yang ada, yang menurut mereka, masa pemerintahan Akhenaten dan Nefertiti telah mengubah jalan sejarah Mesir.
Seperti pasangan Raja dan Ratu Mesir, kehadiran Colleen dan John juga menarik perhatian. Sosok mereka kerap mengungguli patung dan artefak yang terlihat dari tatapan maupun senyuman pengunjung. "Kami berpakaian seperti ini setiap hari," Colleen memberi tahu.
Dari Situs Kuno hingga Museum
Pasangan Darnell membuktikan ucapannya. Mereka menggali reruntuhan kuno di Jodhpur, India, menggunakan sepatu spats dan helm empulur. Mereka juga mengenakan pakai formal vintage lengkap dengan dasi putih saat bepersiar di sepanjang Sungai Nil.
Mereka menarikan Charleston dengan gaun flapper. Mereka juga terkadang mengendarai mobil antik Model T.1923 bersama anjing mereka Basenjis, yang merupakan ras Mesir kuno. Mereka berusaha menghubungkan setiap foto ataupun video yang diunggah ke Instagram dengan Mesir kuno, termasuk video Colleen mengenakan pakaian Space Age 1960an di Hotel TWA yang bergaya abad pertengahan.
Saat mengunjungi Museum Seni Metropolitan Mesir (Met), Colleen yang mengajar sejarah seni di Universitas Hartford dan Naugatuck Valley Community College itu, mengenakan gaun rayon cokelat era 1930an dengan jubah berbulu yang serasi. Ia menata rambut hitamnya bergaya bob seperti Cleopatra.
Sementara, John mengenakan jas double-breatsed bergaya era akhir 30an atau awal 40an dan dipadukan dengan dasi bermotif dan topi Bowler. Jubah Inverness kotak-kotak disampirkan di bahunya. Dia juga mengeluarkan kacamata berlensa.
"(Ini) cara untuk mengatalogkan karya (vintage kami), berbagi foto, dan berbicara tentang Egyptology pada saat yang sama," kata John (60).
Advertisement
Lebih Meyakinkan
John mengaku sudah mengenakan gaya vintage sejak menghabiskan masa kecil di Alabama. Sang ibu yang mengenalkannya ke pengetahuan tentang sejarah Mesir lewat kebiasaan membacakan buku sebelum tidur, kerap mendandaninya dengan busana lama.
"Saya sangat menyukai plus-fours pada usia yang sangat dini," katanya, merujuk pada celana cropped yang menggembung. "Aku tidak suka celana yang jatuh pas di pergelangan kakiku."
John pula yang membangkitkan minat Colleen pada gaya busana vintage hingga ia memutuskan membuat akun Instagram @vintage_egyptologist pada Januari 2017. Saat ini akun mereka sudah memiliki sekitar 227 ribu pengikut dan bahkan mengundang sponsor. Mereka beralasan dengan mengenakan pakaian dari masa lalu, mereka menjadi sejarawan yang lebih baik.
"Anda benar-benar mengalami seperti apa periode sebelumnya," kata John.
Ia mencontohkan kemeja era 1920-an dengan jahitan depan membuat pemakainya bergerak dan berinteraksi dengan dunia secara berbeda. "Jika Anda bisa mendapatkan wawasan ini dengan mengenakan sesuatu yang (berusia) 100 tahun… menjadi sedikit lebih mudah (untuk membayangkan) apa yang bisa dan tidak bisa kita ketahui tentang masyarakat kuno."
Tetapi, gaya flamboyan pasangan Darnell membuat beberapa arkeolog dan sejarawan salah paham. Sebuah artikel yang ditulis oleh tiga akademisi di laman Hyperallergic menggambarkan Instagram mereka sebagai "narsis dan kolonial yang menggelikan" dan menuduh Darnell menjajakan "Egiptologi vintage tipe supremasi kulit putih".
Tudingan Sejarawan
"Ini sangat bermasalah," ucap Monica Hanna, seorang ahli Mesir Kuno yang mengajar di Mesir.
Dia menilai cara pasangan Darnell yang berkeliaran di kuil-kuil kuno dengan pakaian dari era ketika Mesir sedang berjuang untuk melepaskan diri dari kekerasan pemerintahan kolonial Inggris - dan ketika negara-negara Barat bergegas untuk melepaskan sebanyak mungkin harta dan kekayaan Mesir - sangat tidak sopan.
"Ini tidak hanya mencoba menghidupkan kembali periode bersejarah, tetapi juga (mengatakan) bahwa masa penjajahan seperti itu dapat kembali dan dapat dihidupkan kembali," kata Hanna. "Ini adalah sesi pemotretan murah yang juga memiliki implikasi etis. Saya pikir tidak ada yang bisa berpura-pura tidak. Mereka seharusnya tidak diizinkan di ruang itu."
"Saya pikir jika Anda akan berlatih Egyptology di tahun Tuhan kita 2022, Anda tidak bisa berpura-pura bahwa itu tahun 1922," imbuh arkeolog Sarah Parcak.
"Ini berbahaya bagi rekan-rekan Mesir kami. Ini berbahaya bagi publik. Dan juga, kami telah pindah — 1922 adalah 100 tahun yang lalu! Sains dan arkeologi adalah tentang melihat ke depan saat Anda melihat ke belakang. Kami menggunakan laser dan sinar-X serta teknologi mutakhir; Saya menggunakan citra satelit. Mengapa kita melihat ke belakang seperti keadaan lapangan 100 tahun yang lalu?"
Meski begitu, pasangan Darnell berdalih bahwa mereka telah berkolaborasi erat dengan rekan-rekan Mesir mereka. Lagi pula, mereka mengklaim hel empulur, sepatu spat, dan celana khaki praktis untuk menggali di gurun dan menghindari hewan merayap yang menyeramkan.
Advertisement