Susul Jepang, AS Wajibkan Pelancong dari China Lampirkan Hasil Tes Covid-19 Mulai 5 Januari 2023

Keputusan China yang melonggarkan kebijakan nol Covid-19 secara tiba-tiba dan menghilangkan data pelacakan membuat sejumlah negara khawatir, termasuk Amerika Serikat dan Jepang.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 29 Des 2022, 11:02 WIB
Diterbitkan 29 Des 2022, 11:02 WIB
Hiruk Pikuk Perjalanan Warga AS Sambut Libur Natal dan Tahun Baru
Seorang wanita berjalan ke konter tiket Southwest di Bandara Internasional Los Angeles, Los Angeles, Amerika Serikat, 19 Desember 2022. Liburan Natal dan Tahun Baru bagi sebagian warga Amerika Serikat dan Eropa tahun ini menghadirkan kekhawatiran karena tekanan ekonomi. (AP Photo/Jae C. Hong)

Liputan6.com, Jakarta - Menyusul Jepang, Amerika Serikat (AS) bakal mewajibkan seluruh pelancong dari China untuk melampirkan hasil negatif tes Covid-19 sebelum terbang. Hal itu sebagai respons peningkatan kasus penyakit infeksi yang drastis di Negeri Tirai Bambu.

Dikutip dari CNN, Kamis (29/12/2022), penumpang pesawat tujuan AS dari China diminta menjalani tes Covid-19 tidak lebih dari dua hari sebelum jadwal penerbangan mereka. Pejabat kesehatan federal mengatakan, mereka harus menunjukkan bukti tes negatif sebelum masuk ke pesawat. 

Hasil tes yang diterima bisa PCR ataupun tes antigen mandiri yang terdaftar melalui layanan telemedis. Syarat itu berlaku baik untuk penumpang yang terbang langsung ke AS dari Tiongkok, termasuk Hong Kong dan Makau, serta penumpang yang transit di destinasi populer, termasuk Seoul, Toronto, dan Vancouver.

Penumpang yang dites positif lebih dari 10 hari sebelum penerbangan mereka dapat memberikan dokumentasi pemulihan sebagai pengganti hasil tes negatif Covid-19. Aturan baru itu mulai berlaku pada pukul 12.01 waktu AS pada 5 Januari 2023.

Pengetatan itu diambil karena pejabat AS memiliki kekhawatiran mendalam tentang kurang transparannya Tiongkok terkait peningkatan kasus yang baru-baru ini terjadi, terutama setelah mereka tidak membagi informasi pengurutan genom yang dapat membantu mendeteksi jenis baru virus corona.

"Kami tahu langkah-langkah ini tidak akan menghilangkan semua risiko atau sepenuhnya mencegah orang yang terinfeksi memasuki Amerika Serikat," kata seorang pejabat kesehatan federal. "Namun, secara bersama-sama mereka akan membantu membatasi jumlah orang yang terinfeksi dan memberi kami peringatan dini tentang varian baru."

Program Pengawasan Genomik

China Laporkan Penurunan Kasus Harian COVID-19
Warga menjalani tes usap di tempat pengujian virus corona COVID-19, Beijing, China, Rabu (14/12/2022). Mulai hari ini, Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan penurunan kasus harian COVID-19 sejak pemerintah melonggarkan pengujian PCR setelah kasus harian mencapai rekor tertinggi. (AP Photo/Andy Wong)

Pejabat kesehatan AS mengatakan, 5 Januari 2023, dipilih untuk memberi maskapai penerbangan waktu yang cukup dalam menyesuaikan operasi guna menerapkan aturan baru. Para pejabat belum memperkirakan sampai kapan aturan tersebut diberlakukan dengan mengatakan mereka akan "memantau situasi di lapangan dan menyesuaikan sesuai kebutuhan."

Selain itu, para pejabat mengumumkan bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memperluas program Pengawasan Genomik Berbasis Pelancong di bandara Seattle dan Los Angeles. Total ada tujuh bandara yang berpartisipasi dengan sekitar 500 penerbangan mingguan dari setidaknya 30 negara yang tercakup, termasuk sekitar 290 penerbangan mingguan dari Tiongkok dan sekitarnya.

"Kami memperluas itu untuk berharap dapat mengambil varian apa pun yang mungkin muncul serta untuk mengurangi penularan varian baru dengan memperkenalkan program pengujian pra-keberangkatan ini," kata seorang pejabat.

Persyaratan baru itu muncul setelah Jepang dan India mengumumkan rencana memperketat aturan kedatangan bagi pelancong dari China daratan menyusul kekhawatiran atas peningkatan kasus Covid-19. Jepang mewajibkan individu yang bepergian dari China menjalani tes Covid-19 pada saat kedatangan mulai 30 Desember 2022.

Sedangkan, pihak berwenang India mengatakan, pelancong dari China, Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, dan Thailand harus menunjukkan bukti tes Covid-19 negatif pada saat kedatangan ke India. Mereka wajib dikarantina jika hasilnya menunjukkan positif.

 

Muncul Varian Baru?

Rumah Sakit di China Mulai Kewalahan Akibat Lonjakan COVID-19
Pasien Covid-19 di tempat tidur di Rumah Sakit Tianjin Nankai di Tianjin (28/12/2022). Kota-kota di seluruh China berjuang melawan lonjakan infeksi, mengakibatkan kekurangan obat-obatan dan bangsal rumah sakit serta krematorium yang meluap setelah Beijing tiba-tiba membongkar kuncian nol-Covid dan rezim pengujian. (AFP/Noel Celis)

China mulai melonggarkan langkah-langkah ketat Covid-19 setelah menyatakan tak akan meneruskan kebijakan nol-Covid yang telah lama diterapkan di negara itu sejak awal bulan ini. Pada Senin, 26 Desember 2022, China mengumumkan akan mengakhiri persyaratan karantina untuk kedatangan internasional mulai 8 Januari 2023, menandai langkah besar menuju pembukaan kembali perbatasannya.

Tetapi, penghentian tiba-tiba dari kebijakan kesehatan China yang ketat telah membuat banyak orang di negara itu lengah dan membebani sistem kesehatan karena menangani peningkatan infeksi. Pejabat mencatat bahwa "CDC terus merekomendasikan penggunaan masker selama perjalanan, pemantauan mandiri untuk gejala dan pengujian selama tiga hari setelah kedatangan untuk perjalanan internasional."

Pejabat mengatakan China mengunggah "hanya sekitar 100" urutan baru ke basis data publik dalam beberapa pekan terakhir, 'termasuk subvarian Omicron seperti BA.5.' Tetapi, CDC menyebut ukuran sampel yang kecil menyisakan ruang kecurigaan.

"Yang kami khawatirkan adalah varian baru mungkin benar-benar muncul di China," kata seorang pejabat. "Dengan begitu banyak orang di China yang terinfeksi dalam waktu singkat, ada kemungkinan dan kemungkinan varian baru akan muncul."

 

Sulit Diketahui

Cuaca Buruk, Ribuan Penerbangan di AS Dibatalkan Menjelang Natal
Pelancong naik Kereta L ke Bandara Internasional O'Hare di Chicago, Illinois (22/12/2022). Sistem cuaca musim dingin yang membawa salju, angin kencang, dan suhu di bawah nol telah mendatangkan malapetaka pada perjalanan liburan selama salah satu hari tersibuk dalam setahun untuk maskapai penerbangan. (Scott Olson/Getty Images/AFP)

Ditanya tentang kekhawatiran tentang kebenaran data dan apakah China jujur dan transparan soal kondisi pandemi di negaranya, seorang pejabat AS menyatakan bahwa yang jadi perhatian utaa pemerintah saat ini adalah jumlah data.

"Kami hanya memiliki informasi terbatas dalam hal apa yang dibagikan terkait dengan jumlah kasus (yang) meningkatkan rawat inap, dan terutama kematian," katanya. "Juga, ada penurunan dalam pengujian di seluruh China. Jadi itu juga membuat sulit untuk mengetahui berapa tingkat infeksi yang sebenarnya."

Kementerian luar negeri China menanggapi laporan pada Rabu, 28 Desember 2022, bahwa AS sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan pembatasan pada pelancong dari China, mendesak para pihak untuk bekerja sama untuk memastikan pergerakan orang yang aman antar-negara, dan stabilitas rantai pasokan global.

"Kami membutuhkan semua pihak untuk bekerja sama secara ilmiah melawan epidemi untuk memastikan pergerakan orang yang aman antar negara, menjaga stabilitas rantai pasokan rantai industri global dan mendorong dimulainya kembali pertumbuhan ekonomi dunia yang sehat," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam sebuah pengarahan.

Dikutip dari laman Channel New Asia, staf di Huaxi, sebuah rumah sakit besar di kota Chengdu, China barat daya, mengatakan mereka "sangat sibuk" merawat pasien dengan COVID-19, sejak pembatasan dilonggarkan pada 7 Desember 2022. "Saya telah melakukan pekerjaan ini selama 30 tahun dan ini adalah pekerjaan tersibuk yang pernah saya ketahui," kata seorang sopir ambulans di luar rumah sakit yang menolak disebutkan namanya.

Infografis Omicron Hantui Olimpiade Musim Dingin Beijing China
Infografis Omicron Hantui Olimpiade Musim Dingin Beijing China (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya