Regenerasi Penulis Indonesia di Tengah Maraknya Media Sosial dan Teknologi Digital

Meski produksi buku termasuk novel menurun di era teknologi digital ini, dunia penulisan dan profesi menulis masih sangat menarik dan disukai.

oleh Henry diperbarui 14 Mei 2023, 08:30 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2023, 08:30 WIB
TripAdvisor Berjibaku Atasi Ulasan Palsu Buntut Munculnya ChatGPT
Ilustrasi menulis review di TripAdvisor. (dok. Glenn Carstens/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia punya banyak penulis hebat dan produktif, terutama para penulis novel maupun buku. Menulis sebuah buku itu bukan perkara yang mudah, hanya mereka yang mampu bersaing dan benar-benar memiliki ideologi berpikir yang bisa bertahan dan konsisten menulis.

Ada banyak nama penulis Indonesia yang dikenal luas dari berbagai angkatan. Ada nama Marah Rusli, Mochtar Lubis, Pramoedya Ananta Toer, NH Dini, Ayu Utami, Andrea Hirata, Dewi Lestari, Asma Nadia, Tere Liye dan masih banyak lagi para penulis ternama Indonesia.

Namun seiring waktu, di era teknologi digital sekarang ini minta membaca di Indonesia diyakini semakin menurun. Banyak orang terutama anak muda lebih tertarik membaca di media sosial. Mereka kurang suka dengan tulisan yang terlalu panjang.

Benarkah minat literasi di Indonesia semakin mengkhawatirkan semakin sedikit anak muda yang berkarya menjadi penulis sehingga regenerasi jadi terhambat? Menurut penulis senior Alberthiene Endah, sekarang ini menulis bisa disalurkan melalui blog atau platform menulis online. Hadirnya tren novel-novel dari platform menulis online saat ini menjadi bukti bahwa geliat penulis muda semakin berkembang.

"Dunia penulisan sangat menarik dan masih disukai sampai sekarang ini, mungkin juga pengaruh media sosial karena banyak yang ingin unjuk kemampuan. Walaupun dari produksi novel memang menurun, karena orang sekarang cenderung baca yang singkat karena mungkin pengaruh medsos juga," terang Alberthiene pada Liputan6.com, Sabtu, 13 Mei 2023.

Situasi itu, menurut wanita yang biasa disapa AE Ini jadi tantanan bagi para penulis untuk tetap bisa menuangkan karya sesuai ciri khas dan kekuatan mereka. Hal itu juga untuk menjawab tantangan dan harapan bagi generasi miilenial agar punya ciri tersendiri.

"Saya kebetulan tergabung di beberapa organisasi penulis, sekarang ini mereka lagi mengeluhkan soal pajak yang terlalu tinggi dan masalah royalti. Sekarang ini pemasaran buku juga makin lemah karena toko buku semakin kecil dan sedikit karena lebih banyak online, ya memang itu dinamika tulis menulis," lanjutnya.

 

Profesi Penulis Masih Menjanjikan

[Bintang] Alberthiene Endah
Alberthiene Endah. (Foto: Deki Prayoga/Bintang.com Fashion Stylist: Indah Wulansari/Bintang.com Make Up: @gearejeki Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Kalau kita ingin terus sukses, penulis harus bisa mengikuti dinamika perbedaan fenomena yang terjadi. Mengenai regenerasi, penulis yang dikenal dengan karya-karya biografi para tokoh terkenal ini meyakini sudah berjalan dengan baik.

"Sekarang justru banyak penulis muda berbakat seperti Marchela FP yang karyanya sudah diangkat ke film. Mereka sering menghadirkan narasi-narasi singkat tapi bukunya booming. Nah tu mungkin juga mencerminkan keinginan kaum milenial sekarang ini," terang AE.

"Mereka lebih melihat sisi praktis. Bagi mereka itu lebih indah dan menarik, beda dengan jaman beberapa tahun lalu yang lebih suka nulis panjang dan berputar-putar. Bikin narasi pendek yang menarik itu justru tidak gampang, itu tantangan berat lho,” sambungnya.

Bagi AE, ditengah maraknya media sosial dan teknologi digital seperti sekarang ini, justru penulis jadi potensi menjanjikan. Penulis kian beragam bukan hanya bikin buku tapi jiga menulis skenario, copywriter untuk periklanan atau content writer. Pendapatan mereka bisa sangat besar dan bisa menghasilkan puluhan juta rupiah tiap bulannya di usia yang masih muda.

Namun situasinya agak bereda dengan penulis buku atau novel yang tidak bisa dibilamg terlalu komersial karena minat baca menurun jadi pendapatan agak kurang. Meski begitu masih ada saluran lain untuk menulis tidak hanya dalam bentuk buku.

"Siapa sih yang bisa menggeser kekuatan tulisan. Teknologi memamg makin canggih tapi bakat dan kemampuan menulis tidak bisa digantikan oleh komputer. Makanya saya bersyukur pada Tuhan atas bakat yang diberikan ini berkat kemurahan hati Tuhan, Aku diberikan 10 jari dan otak untuk bisa menulis. Saya ingin terus meneruskan bakat ini," tutur AE.

Menulis Butuh Kesabaran dan Jangan Tergantung Mood

20160712-Jelang Tahun Ajaran Baru, Penjualan Buku Pelajaran Meningkat 50 %
Pegawai merapihkan buku pelajaran di sebuah toko buku di Jakarta, (12/7). Menjelang dimulainya tahun ajaran baru 2016/2017 penjualan buku materi pelajaran dan buku tulis di toko buku mengalami peningkatan sekitar 50 persen. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Ia menambahkan ingin menghargai kemurahan hati Tuhan dan waktu yang berlimpah di dalam hidupnya dengan terus menulis Selain itu juga untuk menghargai mereka yang menunggu tulisan-tulisannya.

"Sampai sekarang saya masih sibuk menulis, terutama bikin biografi, bahkan tidak ada berhentinya, ini seperti satu sinyal, oke semensta menghendaki saya untuk terus menulis,” ujarnya..

Menurut AE, menulis itu butuh napas panjang dan kesabaran, kombinasi dari kerja pikiran dan motorik. Selain itu jangan dimanjakan oleh mood, apalagi kalau kita menghasilkan karya yang rutin dan produktif kita harus disiplin,

"Banyak orang mengira menulis itu pekerjaan mood, itu agak keliru. Karena kalai membuat karya dan terlihat kita harus produktif, harus membuat karya dalam waktu tertentu. Misalnya dalam sehari pastikan tiap 2 jam kita harus menulis," ungkap AE.

"Tempatnya bisa di kafe atau di mana saja yang membuat kita nyaman. Bisa di malam hari atau setelah sholat Subuh atau jelang tidur. Kita sendiri yang atur. Kalau jadi penulis ya hasilkanlah tulisan-tulisan dengan kongkret," tambahnya.

 

Beragam Inspirasi Penuis

Penulis muda Wulanfadi
Penulis muda Wulanfadi. foto: Instagram @wulanfadila

Motivasi tiap orang untuk jadi penulis tentu berbeda. Begitu pula dengan para penulis muda yang namanya sedang menanjak sekarang ini. Salah satunya adalah Wulanfadi. Wulan menjadi salah satu penulis fiksi remaja popular. Ia merintis karya-karyanya dari situs kepenulisan Wattpad yang ternyata berbuah manis.

Di usia muda, Wulan sudah merilis banyak buku dan beberapa di antaranya berhasil diangkat ke layar lebar. Sebut saja A: Aku, Benci, & Cinta serta Matt & Mou yang dibintangi oleh Prilly Latuconsina dan Maxime Bouttier.

Bagi dara berusia 23 tahun ini, menuangkan ide dan imajinasi dalam kepala menjadi hal paling menyenangkan dalam proses menulis. Hal itu membuatnya ingin tetap menjadi penulis, karena di tiap fase hidupnya akan selalu ada hal baru yang bisa diceritakan dan menjadi manfaat untuk orang banyak.

Ia mengaku mendapat inspirasi dari banyak hal. "Kebanyakan dari apa yang aku serap di sekitarku. Bisa dari percakapan, masalah sehari-hari, perasaanku ketika terjadi sesuatu, film yang aku tonton, musik yang aku dengar, dan tentunya novel yang aku baca," terangnya lewat pesan pada Liputan6.com, Jumat, 12 Mei 2023.

Tiap penulis terutama yang masih muda tentunya punya idola atau menjadikan penulis lain sebagai inspirasi. Begitu pula dengan Wulanfadi. Ia mengidolakan Okke Rizka Septiana atau lebih dikenal dengan nama pena Orizuka. Penulis berusia 36 tahun itu dikenal lewat karya-karyanya di era 2000an salah satunya lewat novel Summer Breeze yang pernah diangkat ke layar lebar.

Penulis dan Media Sosial

Tujuan Teks Ulasan
Ilustrasi Menulis Teks Ulasan Credit: unsplash.com/Thought

"Idolaku adalah Orizuka. Beliau berhasil membuat cerita menjadi hidup, menertawakan masalah yang ada hingga masalah berat bisa menjadi ringan, dan menyentuh hati pembaca dengan cerita-ceritanya yang apik. Semoga ada buku baru dari Orizuka karena aku akan menjadi salah satu orang pertama yang membawa pulang bukunya," tuturnya.

Menurut pemilik nama asli Wulan Fadila Fatia ini, profesi menulis masih tetap menjanjikan meski media sosial beigitu marak dan teknologi semakin maju. Era media sosial membuat penerbit kini aktif mencari penulisnya.

Di era ini juga penulis bisa membangun komunitas pembaca. Hal itu tidak bisa dilakukan ketika dulu penulis hanya bisa mengirimkan naskah melalui penerbitan dan melalui berbagai proses terlebih dahulu hingga akhirnya ceritanya bisa diterbitkan. Era media sosial bagi Wulan juga memudahkan penulis menemukan pembacanya.

Mengenai target selanjutnya, Wulan mengatakan ingin segera mengeluarkan karya terbaru setelah beberapa tahun belum menerbitkan karya lagi. Ia pun membagikan tips untuk anak muda lainnya yang ingin jadi penulis.

"Terus berjuang, terus berusaha, terus konsisten. Hasilnya mungkin tidak terlihat sekarang, tapi bila kita konsisten, hasilnya biasanya akan muncul bahkan tanpa kita duga," pungkasnya.

 

Infografis 9 Buku Populer Indonesia dari Masa ke Masa
Buku populer di Indonesia dari masa ke masa sudah berkembang sebelum era kemerdekaan. (Dok: Liputan6.com/Trie Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya