6 Fakta Menarik Uganda, Negara yang Dijuluki Mutiara Afrika

Uganda mendapat julukan "Mutiara Afrika" dari Perdana Menteri Inggris Winston Churchill saat kunjungannya pada 1907.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 30 Mei 2023, 08:30 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2023, 08:30 WIB
Uganda
Taman Nasional Ratu Elizabeth, Uganda. (dok. unsplash/randominstitute)

Liputan6.com, Jakarta - Republik Uganda merupakan salah satu negara di kawasan Afrika Timur. Uganda mendapat julukan "Mutiara Afrika" dari Perdana Menteri Inggris Winston Churchill saat kunjungannya ke negara itu pada 1907.

Mengutip laman Britannica, Minggu, 28 Mei 2023, Ibu kota Uganda adalah Kampala. Negara itu berbatasan dengan Kenya di sebelah timur, Sudan di utara, Republik Demokratik Kongo di sebelah barat, Rwanda di barat daya, serta Tanzania dan Danau Victoria di selatan.

Nama Uganda berasal dari Kerajaan Buganda yang wilayahnya pada saat itu mencakup bagian selatan Uganda. Negara ini memiliki luas wilayah sebesar 241.038 kilometer persegi, dengan total populasi pada 2018 mencapai 42,72 juta jiwa.

Uganda menganut sistem politik Demokrasi Presidensial. Saat ini, negara itu dipimpin Presiden Yoweri Kaguta Museveni, dengan kepala pemerintahan Perdana Menteri Ruhakana Rugunda. 

Masih banyak hal menarik mengenai Uganda. Berikut enam fakta menarik Uganda. 

1. Ditemukan Penjelajah Italia

Awalnya, Uganda dikuasai beberapa suku besar yang bekerja sebagai pemburu. Suku terbesar adalah suku Baganda atau Buganda. Suku ini berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang dipimpin Kimera.

Giovani Miani, yang merupakan seorang penjelajah dari Italia, adalah orang Eropa pertama yang "menemukan" Uganda pada 1860. Para misionaris pun berdatangan. Pada 1862, ditemukan situs raja ke-30 dari Kerajaan Buganda yang berkuasa pada abad ke-16.

Di abad ke-19, Uganda dikuasaiInggris dan Mesir. Ketika itu, Uganda jadi salah satu provinsi Mesir bernama Equatoria. Penguasaan Equatoria oleh Mesir berakhir saat pemerintahan Emin Pasha pada 1889, kemudian beralih ke tangan Inggris pada 1890.

2. Etnis di Uganda

Kembali ke Sekolah Setelah Ditutup Nyaris 2 Tahun Akibat Covid-19
Seorang Siswa berlari di beranda koridor ruang kelas pada hari pertama pembukaan sekolah di Kampala, Uganda pada 10 Januari 2022. Sekolah-sekolah di Uganda dibuka kembali untuk siswa pada Senin (10/1), mengakhiri penutupan sekolah terlama di dunia akibat pandemi COVID-19. (Badru KATUMBA/AFP)

Meski Uganda dihuni berbagai macam kelompok etnis, dibagi dalam "Nilotik Utara" dan "Bantu Selatan," penutur Bantu merupakan bagian terbesar dari populasi negara itu.

Dari jumlah tersebut, Ganda tetap  jadi kelompok etnis terbesar, yang kira-kira seperenam dari total populasi nasional. Di Uganda, orang-orang Sudan Tengah, termasuk Lendu, Lugbara, dan Madi, juga ditemukan di utara.

Sekitar seperdelapan dari populasi Uganda adalah Muslim. Sebagian besar sisanya mempraktikkan agama tradisional. Seperti di bagian lain Afrika, Islam dan Kristen telah digabungkan dengan agama pribumi untuk membentuk berbagai agama yang sinkretis.

3. Punya 32 Bahasa

Setidaknya ada 32 bahasa yang digunakan di Uganda, tapi bahasa Inggris dan Swahili adalah bahasa resmi, sementara Ganda adalah yang paling umum digunakan. Bahasa Inggris adalah bahasa pendidikan dan pemerintahan. Meski hanya sebagian kecil penduduk yang berbicara bahasa Inggris dengan baik, akses ke jabatan tinggi dan politik hampir tidak mungkin tanpa penguasaan bahasa yang memadai.

Swahili dipilih sebagai bahasa nasional resmi lain karena potensinya untuk memfasilitasi integrasi regional, meski penguasaan bahasa Swahili di Uganda jauh di bawah Tanzania, Kenya, bahkan bagian timur Republik Demokratik Kongo. Selain itu, bahasa Swahili juga tidak populer bagi sebagian besar orang Uganda yang menganggapnya sebagai bahasa para diktator dan tentara masa lalu.

4. Wisata di Uganda

Uganda
Taman Nasional Air Terjun Murchison, Masindi, Uganda. (dok. unsplash/jochieng1)

Bicara mengenai wisata, Uganda memiliki begitu banyak tempat menarik. Danau Victoria salah satunya yang merupakan danau terbesar di Uganda.

Danau Victoria di Uganda selatan berdekatan dengan Kenya dan Tanzania. Danau Victoria adalah danau tropis terbesar di dunia dan danau air tawar terbesar kedua di dunia.

Jika tertarik melakukan perjalanan ke kawasan pegunungan, Uganda memiliki Puncak Margherita yang berlokasi di Gunung Stanley, wilayah Pegunungan Ruwenzori dengan ketinggian 5.109 meter di atas permukaan laut.

Gunung Stanley, juga disebut Gunung Ngaliema, merupakan gunung tertinggi ketiga di Afrika setelah Gunung Kilimanjaro dan Gunung Kenya. Air Terjun Murchison di Sungai Nil Victoria pun jadi salah satu air terjun terbesar di Afrika berdasarkan volume air.

5. Tempat bagi Pengamat Burung

Uganda adalah salah satu tujuan terbaik bagi para pengamat burung di dunia. Setidaknya terdapat 1.041 spesies burung di Uganda, hampir setengah dari total yang ditemukan di seluruh benua dan 11 persen dari spesies dunia.

Beberapa tempat terbaik di Uganda untuk mengamati burung, yaitu Bwindi Impenetrable National Park, Mabamba Bay Wetland, dan Entebbe Peninsula. 

6. Kuliner Khas Uganda

Kikomando adalah salah satu makanan tradisional Uganda.
Kikomando adalah salah satu makanan tradisional Uganda. Hidangan Uganda yang sederhana dan murah ini menggabungkan potongan chapatti dan kacang. (Dok: Instagram @dinediaspora)

Mengutip TasteAtlas, Kikomando adalah salah satu makanan tradisional Uganda. Hidangan Uganda yang sederhana dan murah ini menggabungkan potongan chapatti dan kacang. Tambahan opsional termasuk alpukat, sedangkan variasinya menggunakan semur, ayam, atau saus.

Dipercayai bahwa hidangan tersebut awalnya muncul sebagai pilihan sarapan atau makan siang yang populer di awal 2000-an ketika orang hanya menggabungkan chapatti tidak beragi dengan kacang. Nama hidangan ini terinspirasi dari film Commando, karena dianggap sebagai makanan para prajurit. Artinya, makanan itu dapat memberi seseorang banyak energi dengan sedikit uang dan nyaman untuk dibawa ke mana-mana karena cara pengemasannya.

Selain itu, ada pula Luwombo. Hidangan Uganda ini menggabungkan daging, biasanya daging sapi, ayam, atau kambing, dengan saus kacang tanah yang terkadang diperkaya dengan jamur, ikan kering, atau daging asap. Namun, luwombo bisa dibuat tanpa kuah kacang tanah.

Bahan-bahan tersebut dibungkus dengan daun pisang, lalu dimasak dengan cara dikukus selama berjam-jam. Luwomobo merupakan hidangan klasik Uganda yang secara tradisional disajikan bersama sayuran tumis atau pisang kukus tumbuk. 

Infografis Destinasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia dan Dunia
Infografis Destinasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia dan Dunia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya