Liputan6.com, Jakarta - Hari Lingkungan Sedunia menjadi momen pengingat bahwa tugas menyelamatkan dan merawat lingkungan adalah tugas bersama. Salah satu yang bergerak adalah Evoware. Nama perusahaan penyedia produk alternatif plastik asal Indonesia baru-baru ini menuai perhatian setelah Zooey Deschanel mengirimkan pesan melalui direct message Instagram ke akun perusahaan tersebut, @evowareworld, pada 20 Mei 2023.
Pemeran film “500 Days of Summer” itu mengatakan anaknya yang masih duduk di bangku kelas 1 SD, Elsie Otter Pecheni, mengirimkan surat untuk co-founder Evoware, David Christian. Dalam suratnya, Elsie menuliskan bahwa ia dan temannya, Stellan, mempelajari bahwa sampah plastik benar-benar telah mencemari lautan.
Baca Juga
Dengan tulisan tangan dan ejaan yang penuh kesalahan, Elsie dan Stellan menulis, "Tahukah kamu bahwa Great Pacific Garbage Patch memiliki ukuran dua kali lebih besar dari Texas dan tiga kali lebih besar dari Prancis?"
Advertisement
Mereka berterima kasih pada Evoware karena telah menemukan inovasi pengganti plastik sehingga tidak mencemari lingkungan, salah satunya produk gelas dari bahan rumput laut yang memiliki tekstur seperti jelly sehingga bisa dimakan. Keduanya berharap, perusahaan tersebut menjadi lebih terkenal. "Bisakah kalian membuat rasa yang berbeda seperti cokelat dan stroberi?" tutup surat tersebut.
David Christian (31) selaku co-founder Evoware mengaku terkejut mendapat surat dari anak Zooey Deschanel. "Pas baca suratnya amaze sih, anak kelas 1 SD sudah sadar dan care terhadap isu lingkungan. Hebat sih menurutku. Soalnya di Indonesia yang tua-tua aja masih banyak yang nggak sadar," ujar David saat diwawancarai Liputan6.com pada Jumat, 2 Juni 2023.
"Lebih herannya lagi, aku nggak tahu mereka tahu Evoware dari mana," sambung David. Pasalnya, produk Evoware hanya tersedia di Indonesia saja.
Akan Kirimkan Edible Cup untuk Elsie dan Stellan
Evoware adalah perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial untuk menyediakan alternatif plastik sekali pakai. Salah satu produk unggulannya adalah Ello Jello, gelas warna-warni yang terbuat dari rumput laut dan bisa dimakan. Gelas inilah yang disinyalir disinggung oleh Elsie dan Stellan dalam suratnya.
Selain itu, perusahaan yang didirikan sejak 2016 itu juga membuat kemasan-kemasan berbahan organik dan dapat dikompos seperti sedotan dari beras yang dapat dimakan, kantong plastik dari singkong, hingga wadah makanan yang terbuat dari ampas tebu.
Tak menunggu lama, David mengirimkan surat balasan yang juga ditulis tangan kepada Elsie dan Stellan melalui musisi duo She & Him tersebut. Dalam surat balasannya, David berterima kasih dan mengatakan akan segera mengirimkan beberapa produk Evoware untuk dua anak berusia delapan tahun itu.
Pria yang pada 2020 lalu terpilih ke dalam jajaran Forbes 30 Under 30 global tersebut mengatakan, "Rencananya mau kirim yang edible cup-nya. Cuma memang mau dibungkusnya dengan susu cokelat dan susu stroberi jadi mereka bisa langsung cobain dan minum juga. Aku udah bilang ke Zooey-nya dan dia udah oke dan kirim alamat."
David mengatakan akan menjadi tantangan besar untuk menciptakan gelas dengan rasa cokelat dan stroberi. Sebelumnya, gelas Ello Jello terasa hambar saja seperti rumput laut. "Mungkin kalau yang itu agak challenging. Karena jadinya lebih mahal dan fokusnya sebenarnya ke pengurangan plastiknya kan," tutur David.
Advertisement
Giat Kampanyekan Bahaya Plastik Bagi Lingkungan
Gelas warna-warni yang dapat dimakan itu ditargetkan untuk anak-anak hingga remaja karena menawarkan pengalaman yang unik. Dalam beberapa kesempatan, Evoware kerap berkunjung ke sekolah SD hingga SMA untuk menunjukkan proses pembuatan gelas dari rumput laut itu dan disambut antusias oleh para murid.
Akan tetapi, David merasa bahwa di Indonesia, kebanyakan sekolah yang mengajarkan anak didiknya terkait isu lingkungan adalah sekolah untuk kalangan menengah ke atas seperti sekolah swasta dan internasional. "Memang sayang juga gitu. Harusnya kan disamaratakan ya. Dan mungkin dari orangtuanya juga harus sudah teredukasi juga," jelas David.
Evoware terus berupaya mengedukasi masyarakat terkait bahayanya penggunaan plastik sekali pakai, walaupun hal ini juga menjadi tantangan terbesar. David mengatakan, "Produk kita kalau dibandingkan plastik memang lebih mahal. Tapi orang-orang tidak memikirkan bahwa plastik memiliki hidden cost, yaitu dampak lingkungan. Hidden cost itu yang seharusnya membuat plastik jauh lebih mahal."
Sejak 2019, Evoware menggiatkan kampanye bertajuk “Rethink Campaign” untuk mengajak masyarakat Indonesia berpikir ulang mengenai penggunaan plastik sekali pakai. Menurut David, ketika kita berpikir ulang, semua solusi bisa dilakukan.
Saat ini, terdapat tiga kegiatan utama di Rethink Campaign. Pertama adalah Kresek Kesadaran (Kesan) untuk mengajak orang mengumpulkan sampah masker sekali pakai yang bisa didaur ulang menjadi phone deck. Kedua adalah program Warung Lestari yang mana Evoware mengajak pelaku usaha, khususnya warung kecil untuk mengganti sedotan plastik ke sedotan beras dan mengedukasi terkait pemilahan sampah. Saat ini, sudah ada 100 Warung Lestari di Jakarta yang dibina Evoware.
Ketiga, Evoware mendirikan aliansi iklim PAREDICE dengan beberapa LSM dan perusahaan sosial lain untuk membina kabupaten-kabupaten di Indonesia agar menjadi lebih lestari, khususnya terkait manajemen sampah. Saat ini, sudah ada satu kabupaten binaan yang telah menerapkan sistem pengelolaan sampah terpadu, yaitu Kabupaten Bone Bolango di Provinsi Gorontalo.
Belum Dapat Cukup Dukungan
Evoware didirikan David sejak tujuh tahun yang lalu ketika ia pulang ke Indonesia setelah empat tahun tinggal di Kanada dan melihat situasi lingkungan yang mengkhawatirkan. "Pas pulang ke Indonesia, baru sadar kalau ternyata polusi udaranya parah, terutama di Jakarta. Pas nyampe langsung berasa batuk-batuk dan jerawatan," jelas David.
Ia juga menyaksikan banyak polusi sampah. Walaupun tidak berlatar belakang profesional di bidang lingkungan hidup dan merupakan seorang high school drop out, David berinisiatif mengembangkan solusi alternatif plastik yang sebelumnya belum pernah ada di Indonesia.
Tak hanya fokus mencari solusi atas masalah plastik yang tidak bisa diurai selama ribuan tahun, Evoware juga berusaha memberdayakan petani rumput laut yang penghasilannya sangat kecil. Saat ini, Evoware tengah mengembangkan Seaweed Farm di Lombok dan Pangandaran yang akan rampung pada bulan depan.
David mengatakan, "Konsepnya 3D farming gitu. Jadi nggak cuma rumput laut doang, tapi kita konsepnya ada komoditas yang lain, seperti kerang, abalone, ikan di satu tempat yang sama." Dengan banyaknya komoditas, petani bisa mendapat penghasilan tambahan.
Sayangnya, David merasa produk Evoware belum cukup dikenal di Indonesia dan belum mendapat dukungan yang cukup dari pemerintah. "Paling kalau pemerintah, kita kerja sama dengan BRIN untuk pengembangan produk. Cuma kalau misalnya dukungan dari pemerintah banget, nggak ada sih," ungkapnya.
Evoware berharap dapat lebih diapresiasi melalui program-program pemerintah. "Produk dan campaign kita juga bisa lebih scale up dan dampaknya lebih luas ketika ada support dari pemerintah terutama kebijakan atau paling tidak endorse lah," tutupnya.
Advertisement