Liputan6.com, Jakarta - Duduk beralaskan lampit, seorang ibu berkebaya sudah bersiap melayani rombongan kami yang baru tiba dari Jakarta. Di depannya terdapat bakul yang berisi tujuh botol kaca. Isinya adalah beragam jamu kaya khasiat.
Susilah, nama 'mbok jamu' itu, dengan ramah melayani tamu hotel bintang lima yang ada di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, yang datang pada Jumat sore, 16 Juni 2023. Ia menawari sejumlah jamu yang dibuatnya di siang hari.
Baca Juga
"Ada paitan mba, ini untuk yang capek-capek, pegal linu, multifungsi," ujarnya berpromosi sembari menunjuk pada botol jamu berisi cairan warna kehitaman.
Advertisement
Selain jamu pahitan, terdapat pula jamu lain yang lebih familiar, yakni beras kencur, kunyit asam, wedang jahe, dan wedang secang. Ada pula jamu daun pepaya dan daun sirih yang menawarkan manfaat berbeda.
Saya menunjuk pada jamu daun pepaya dan paitan. Selain karena penasaran dengan rasanya, penasaran juga dengan manfaatnya. Menurut Susilah, jamu daun pepaya bagus untuk melancarkan pencernaan, penderita diabetes, dan ibu menyusui.
Ia menuang sedikit jamu daun pepaya dan mencampurnya dengan jamu paitan hingga seperempat gelas belimbing. Rasanya jelas pahit, sesuai namanya. Buru-buru saya meminta penawar, yakni wedang jahe yang bercita rasa manis. Ia menuangkannya seukuran 3/4 gelas.
Berikutnya, saya mencoba jamu daun sirih. Warnanya bening kekuningan, rasanya agak sepet. "Ini bagus untuk organ kewanitaan," Susilah menjelaskan.
Bikin Penasaran Tamu Asing
Tak butuh waktu lama untuk tamu hotel lain menyemut. Di antara orang-orang lokal yang bergiliran mencoba, ada satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan. Dari bahasa yang digunakan, mereka diketahui merupakan warga asing. Mereka penasaran dengan kerumunan di pojok restoran hotel.
Susilah yang tak bisa berbahasa Inggris susah payah mencoba menjelaskan. Beruntung ia dibantu staf hotel tentang jamu yang dibuatnya secara tradisional. Ia menyodorkan sedikit jamu daun pepaya yang dicoba sang ibu. Dari raut wajahnya, ia terlihat tak suka dengan rasa jamu itu.
Susilah lalu menyodorkan penawar. Kali ini ia menawarkan wedang secang yang rasanya lebih manis. Si ibu pun menganggukkan kepala tanda ia menyukainya.
Meria, nama staf Hotel Plataran Borobudur yang mendampingi Susilah menjelaskan kepada tamu asing itu bahwa mereka bisa mengikuti kelas pembuatan jamu secara privat. Mereka tinggal membuat reservasi di resepsionis bila tertarik.
Kepada Liputan6.com, Meria menjelaskan bahwa kelas pembuatan jamu dihargai Rp475 ribu per orang. Durasinya sekitar 1--1,5 jam per sesi. "Bisa buat dua jamu yang dipilih sendiri. Hasilnya nanti bisa dibawa pulang," ujarnya.
Advertisement
Jamu Ditumbuk, Bukan Digiling
Berbeda dengan kelas jamu, Meria menjelaskan pojok jamu itu digelar rutin seminggu sekali, tepatnya setiap Jumat. Tamu hotel tinggal mencicipi jamu yang sudah jadi sambil mendengarkan penjelasan pembuatan jamu. Namun, tamu tak harus menunggu menyicipi jamu karena hotel itu menyediakan minuman tersebut setiap sarapan pagi. Tapi, variannya agak berbeda.
Susilah menambahkan, jamu yang disajikan dibuat secara tradisional. Semua bahan segar ditumbuk, tidak digiling. "Soalnya rasanya jadi beda," kata dia.
Khusus beras kencur, beras yang digunakan akan dibakar dulu sebelum ditumbuk. Proses pembuatan semua jamu itu memakan waktu sekitar 2 jam. "Mulai dari setengah 2, setengah 4 selesai. Tapi, mula-mula agak lama," ia menerangkan.
Susilah belajar membuat jamu dari saudaranya yang lebih dulu jadi mbok jamu. Ia sebelumnya bekerja di pabrik sebelum beralih profesi.
"Saudara saya bikin ini tadinya. Kalau saudara saya repot, gantian dengan saya," ujarnya.
Selain dari bahan segar, ia juga menyediakan jamu seduh dari rempah-rempah yang dikeringkan. Jamu paitan itu kemudian dikemas untuk memudahkan orang membuat jamu sendiri di rumah.
"Rempahnya macam-macam. Ada tapak iman, temulawak, kapulaga, cengkih. Nanti diseduh. Satu liter sampai jadi setengah liter. Sampai agak bening," ia menerangkan. Jamu tersebut disarankan untuk diminum dua kali sehari, yaitu pagi dan malam hari.
Seputar Jamu Pahitan
Jamu pahitan, dikutip dari Jagad Tani, Jumat, 3 Februari 2023, terbuat dari berbagai macam tumbuh-tumbuhan herbal, termasuk sambiloto dan brotowali. Selain sebagai agen anti-jerawat, jamu pahitan juga dipercaya dapat mencegah bau badan, melancarkan peredaran darah, dan menghilangkan gatal-gatal pada kulit, lapor Halodoc. Secara lebih lengkap, jamu pahitan umumnya terbuat dari sambiloto, brotowali, lempuyang, daun meniran, serai, lengkuas, temu ireng, widoro laut, widoro putih, dan adas.
Jamu ini bisa disajikan hangat maupun dingin, tinggal dipilih sesuai selera. Dalam meredam rasa pahitnya, beberapa menambahkan 1 sdm madu dalam penyajiannya, kendati ini disebut tidak terlalu banyak berpengaruh orang sebagian peminumnya.
Jamu lain untuk kesehatan kulit adalah kunyit asam. Kunyit dianggap dapat membantu mengurangi jerawat dan bekasnya. Rempah ini juga dikenal mampu mengurangi bekas luka. Campuran kegunaan ini dapat memungkinkan kunyit membersihkan jerawat maupun mengurangi peradangan di permukaan kulit.
Selain itu, kunyit juga dianggap sebagai agen anti-penuaan. Merujuk buku Herbal Medicine: Biomolecular and Clinical Aspects. 2nd edition, dilansir dari situs web Institut Kesehatan Nasional AS (NIH), 29 Januari 2023, kunyit punya sejarah panjang dalam pemanfaatannya sebagai obat, hampir empat ribu tahun lalu.
Â
Disclaimer: Jamu adalah ramuan tradional berbahan alami yang bisa membantu kesehatan tubuh. Bila ada keluhan kesehatan, sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter.
Advertisement