Liputan6.com, Jakarta - Brand Finance kembali merilis daftar tahunan Nation Brands-nya, menempatkan Indonesia dalam puncak daftar ini untuk kategori Asia Tenggara. Pemeringkatannya mencakup reputasi suatu negara secara keseluruhan dan posisi strategisnya di pasar global dengan mengevaluasi dua aspek utama.
Pertama, kinerja keuangan suatu negara (PDB) dan kedua, kekuatan mereknya di pasar global, yang diukur melalui penelitian persepsi, lapor seasia, Senin (8/1/2024). Kekuatan merek sendiri dinilai berdasarkan pilar, seperti investasi merek, persepsi, dan kinerja.
Baca Juga
Duel Panas Timnas Indonesia vs Jepang di GBK: Shin Tae-yong Siapkan Kejutan untuk Samurai Biru dengan Formasi Agresif
Linkin Park Pastikan ke Indonesia Februari Tahun Depan dalam Rangkaian From Zero World Tour 2025
Cuaca Indonesia Hari Ini Jumat 15 November 2024: Sebagian Besar Daerah Diprediksi Hujan Malam Nanti
Secara global, Amerika Serikat (AS) mempertahankan posisi teratas untuk tahun 2023, sementara China dan Jerman masing-masing menempati posisi kedua dan ketiga. Namun, sorotan tertuju pada Asia Tenggara, dengan empat negara dengan percaya diri mengamankan posisi dalam 30 besar.
Advertisement
Sebagai "merek paling bernilai" di Asia Tenggara, Indonesia naik satu peringkat dan menduduki peringkat ke-14 secara global. Singapura mempertahankan posisi runner-up regionalnya, dan 26 secara global. Sementara itu, Filipina naik satu peringkat ke posisi 29. Meski sedikit menurun, Malaysia menggenapi daftar di peringkat ke-30.
Thailand (32) dan Vietnam (33) tidak masuk dalam peringkat 30 besar, namun menunjukkan bahwa kekuatan merek mereka terus berkembang. Myanmar berada di peringkat ke-84, sementara Kamboja (103) dan Laos (110) menghadapi kenaikan lebih curam.
Sebelum ini, catatan sektor modest fashion Indonesia di laporan Ekonomi Syariah Global (SGIE) 2023/24 cukup membanggakan. Kategori mode ini berada di peringkat ke-3, berada di belakang Turki (1) dan Malaysia (2), sementara Singapura dan Italia melengkapi daftar lima besar, masing-masing berada di posisi ke-4 dan ke-5.
Â
Pasar Ekonomi Syariah
Laporan SGIE tahun ini dibuat DinarStandard, sebuah firma penelitian dan penasihat yang berbasis di AS. Data mereka menunjukkan bahwa Muslim menghabiskan 2,29 triliun dolar AS pada 2022 untuk makanan, obat-obatan, kosmetik, modest fashion, perjalanan, dan media.
Melansir situs web firma tersebut, 28 Desember 2023, aset keuangan syariah diperkirakan mencapai 3,96 triliun dolar AS pada 2021 dan akan tumbuh jadi 5,96 triliun dolar AS pada 2026. Khusus busana modest, pihaknya mencatat jenis busana ini "mendorong kewirausahaan, inklusivitas, keragaman seragam maskapai penerbangan, praktik berkelanjutan, dan pelestarian lingkungan."
Sepanjang tahun ini, industri modest fashion mengalami pertumbuhan di luar konteks agama dan semakin jadi pasar fesyen yang mapan, menurut laporan itu. "Banyak merek-merek kecil baru telah diluncurkan sejak pandemi, dan merek-merek yang sudah ada berkembang dengan baik melalui kemitraan dengan pengecer arus utama," sambung mereka.
Ketika konsumen fesyen, baik yang modest maupun mainstream, mencari busana ramah lingkungan, pemerintah dan investor dapat menemukan peluang yang memberi keuntungan besar.
Advertisement
Bisnis Fesyen yang Lebih Terintegrasi
Investor dapat mencari perusahaan pengembang tekstil dalam meningkatkan sirkularitas industri fesyen. Hal ini juga akan berkontribusi dalam menjadikan bisnis fesyen lebih terintegrasi secara vertikal.
Konsumen juga disebut terus mencari pilihan pakaian lebih inklusif, sehingga menciptakan peluang bagi bisnis untuk mengembangkan segmen khusus, seperti pakaian olahraga dalam kategori modest. Pemerintah juga dapat membantu memengaruhi inklusivitas dengan mendukung sekolah mode dan mendorong desain lebih bijaksana.
"Indonesia yakin bahwa kami memiliki sesuatu yang unik untuk ditawarkan. Kami memiliki begitu banyak desainer modest fashion. Di Indonesia Fashion Chamber saja, terdapat hampir 200 desainer tetap yang fokus pada busana modest. Kami memiliki sesuatu untuk ditawarkan ke pasar Eropa, Amerika, atau Timur Tengah. Hanya masalah waktu sampai beberapa merek ini mendapatkan pengakuan internasional," sebut Ali Charisma, National Chairman IFC.
Dalam seksi tantangan, laporan SGIE menggarisbawahi bahwa secara global, sebagian besar merek busana modest memanfaatkan produsen di negara-negara, seperti Turki dan China. "Produksi lokal tidak lazim untuk produk fesyen khusus, seperti hijab dan pakaian aktif dalam kategori modest," catat mereka.
Kibat Modest Fashion Dunia pada 2024
Laporan SGIE juga mencatat, "Turki saat ini merupakan pusat produksi produk modest fashion, khususnya pakaian olahraga dan hijab. China juga merupakan negara yang umum memproduksi hijab. Sebagian besar merek kecil mengambil produknya dari wilayah ini, dan hanya sedikit yang menggunakan produsen lokal."
Padahal, mereka mencatat, peristiwa seperti pandemi COVID-19 telah menunjukkan perlunya mengurangi ketergantungan pada produksi luar negeri. "Emisi karbon juga lebih tinggi dari produk yang diproduksi, kemudian diangkut dalam jarak jauh ke konsumen."
Laporan itu juga menyinggung asa Indonesia jadi kibat modest fashion dunia pada 2024. Di keterangan terpisah, Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Kementerian Perdagangan, Miftah Farid, sebelumnya menyatakan bahwa sejak awal, pihaknya memang punya semangat mendorong Indonesia jadi kiblat modest fashion dunia.
Laporan SGIE juga menyoroti bahwa desainer Indonesia diberikan beberapa kesempatan memamerkan karyanya secara internasional. Indonesia Modest Fashion Day digelar di Paviliun Indonesia Dubai Expo 2020. "Pertunjukannya menampilkan 20 desainer Indonesia dan dua desainer lokal UEA," catat mereka.
Advertisement