Ekspansi Hijau: Perusahaan China Bantu Indonesia Susun Regulasi soal Daur Ulang Baterai

Populasi Indonesia yang amat besar diakui menjadi salah satu alasan bagi produsen kendaraan listrik (EV) asal China seperti Build Your Dream atau BYD ingin melakukan ekspansi signifikan ke Indonesia.

oleh Winda Nelfira Diperbarui 09 Mar 2025, 05:15 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2025, 05:15 WIB
Presiden Guangdong Brunp Recycling Technology Co. Ltd, Li Changdong dalam konferensi pers sidang tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) mewakili delegasi Guangdong, Beijing, Sabtu (8/3/2025). (Liputan6.com/Winda Nelfira)
Presiden Guangdong Brunp Recycling Technology Co. Ltd, Li Changdong dalam konferensi pers sidang tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) mewakili delegasi Guangdong, Beijing, Sabtu (8/3/2025). (Liputan6.com/Winda Nelfira)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Populasi Indonesia yang amat besar diakui menjadi salah satu alasan bagi produsen kendaraan listrik (EV) asal China seperti Build Your Dream atau BYD ingin melakukan ekspansi signifikan ke Indonesia.

Hal ini disampaikan oleh Presiden Guangdong Brunp Recycling Technology Co. Ltd, Li Changdong. Adapun Guangdong Brunp Recycling merupakan anak dari perusahaan Contemporary Amperex Technology (CATL).

Diketahui, perusahaan China ini menjadi pelopor dalam menyelesaikan permasalahan industri terkait pengurangan limbah di bidang daur ulang baterai bekas di tingkat global.

"Mengapa kami memilih Indonesia? Pertama, Indonesia memiliki populasi yang sangat besar. Tahun ini, jumlah penduduknya telah mencapai 300 juta orang, menjadikannya pasar industri yang sangat potensial," kata Li dalam konferensi pers sidang tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) mewakili delegasi Guangdong, Beijing, Sabtu (8/3/2025).

Selain itu, Li menyampaikan bahwa pengusaha di Indonesia relatif muda dan dinamis. Sehingga, kondisi tersebut dinilai menghadirkan energi yang berbeda dalam dunia bisnis.

Meski begitu, Li memastikan dalam hal daur ulang baterai, produsen EV China patuh terhadap peraturan yang ada di Indonesia. Li menyebut, sejumlah pendekatan kepada pihak berwenang di Indonesia juga dilakukan.

Pendekatan pertama, produsen EV asal China melakukan kesiapan terkait dengan hak Kekayaan Intelektual (IP) sebelum masuk pasar Indonesia. Dari hasil kajian, ditemukan bahwa bidang daur ulang baterai di Indonesia masih tergolong belum berkembang.

"Oleh karena itu, kami segera membangun sistem IP kami sendiri di Indonesia agar tidak menghadapi kendala hukum di masa depan," ungkap Li.

Lebih lanjut, Li menjelaskan pihaknya juga meneliti regulasi terkait daur ulang baterai di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa regulasi terkait daur ulang baterai juga belum ada di Indonesia.

"Karena banyak regulasi yang belum ada, kami bahkan bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia untuk membantu menyusunnya," kata Li.

Promosi 1

Limbah Baterai Bisa Didaur Ulang

 

Sementara itu, Li menyatakan teknologi daur ulang baterai di China sudah lebih maju dengan mengikuti prinsip-prinsip pemanfaatan maksimal. Semisal, emisi gas buang yang dikelola dalam sistem tertutup sehingga tidak ada gas limbah yang dilepaskan ke lingkungan.

Li bilang, limbah cair diproses menggunakan teknologi membrane bioreactor (MBR) hingga menguap dan hanya menyisakan residu dalam jumlah yang sangat kecil.

Lalu, sisa limbah diubah menjadi keramik lumpur, sehingga seluruh material benar-benar dimanfaatkan dengan dampak lingkungan yang minimal.

"Karena kami beroperasi dalam sistem ekonomi sirkular, kami tidak boleh menciptakan polusi sekunder. Jika itu terjadi, maka keberadaan kami akan kehilangan nilai dan maknanya," terang Li.

"Di Indonesia, pendekatan kami tidak hanya memastikan kepatuhan terhadap IP dan standar lingkungan, tetapi juga berkontribusi dalam membangun industri daur ulang baterai yang lebih baik," tandasnya.

Infografis Motor Listrik
Motor listrik lebih murah dalam perawatan, tapi tidak untuk baterai. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya