Fakta-Fakta Wave to Earth, Band Indie Korea yang Bakal Gelar Konser Perdana di Indonesia

Tiket konser Wave to Earth di Indonesia dijual mulai hari ini, Selasa (9/1/2023), pukul 13.00 WIB.

oleh Asnida Riani diperbarui 09 Jan 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2024, 12:00 WIB
Wave to Earth
Band indie Korea, Wave to Earth. (dok. Instagram @wave_to_earth/https://www.instagram.com/p/Cq-cQw4r8G5/)

Liputan6.com, Jakarta - Band indie Korea, Wave to Earth, resmi mengumumkan konser pertama mereka di Indonesia. Merujuk unggahan promotor Ravel Entertainment di akun Instagram-nya, Senin, 8 Januari 2024, acara musik itu akan diselenggarakan di Uptown Park, Summarecon Mall Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, 29 Februari 2024.

"Tiket dijual mulai 9 Januari (2023) pukul 13.00 WIB dan hanya dapat dibeli di www.wavetoearthindo.com dan Tokopedia Tiket Event," sambung pihaknya. Tertera di sana bahwa ada tiga jenis tiket konser Wave to Earth, yakni CAT 2 Rp658 ribu, CAT 1 Rp858 ribu, dan VIP Package Rp2.388.000 yang disebut tersedia secara terbatas.

Menambah euforia, simak dulu sederet fakta Wave to Earth berikut supaya bisa lebih mengenal grup dan setiap personelnya, seperti dikutip dari Kpopmap, Selasa (9/1/2024).

1. Profil Wave to Earth

Wave To Earth adalah band Korea yang memadukan berbagai pengaruh musik untuk menciptakan musik indie pop yang khas. Terdiri dari sekelompok individu berbakat, band ini telah membuat gebrakan di dunia musik sejak awal berdirinya, kata outlet itu.

Nama band indie Korea ini merangkum visi mereka untuk jadi kekuatan transformatif dalam industri musik. Mencerminkan aspirasi mereka untuk menciptakan gelombang baru dalam musik dan memperluas dunia kreatif mereka secara global, Wave to Earth menandakan dedikasi mereka terhadap inovasi artistik.

2. Single Debut

Shin Dong Gyu (Dong Q) merupakan salah satu member pendiri Wave to Earth. Meski band ini berasal dari Korea, sebagian besar lagu dibuat dalam bahasa Inggris. Perjalanan band ini dimulai pada Agustus 2019 dengan single debut mereka, Wave, di mana Dong Gyu memainkan peran penting dalam menyiapkan panggung untuk pertunjukan musik mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


3. Perpaduan Lirik dalam Bahasa Korea dan Inggris

Wave to Earth
Band indie Korea, Wave to Earth. (dok. Instagram @wave_to_earth/https://www.instagram.com/p/Cw1si44suAk/)

Tokoh penting lain di awal mula Wave to Earth adalah Daniel Kim, yang bersama Shin Dong Gyu membentuk band ini. Keberanian mereka untuk bereksperimen dengan memadukan lirik dalam bahasa Korea dan Inggris menandai pendekatan khas band ini sejak awal.

4. Perkenalkan Dimensi Baru

Pada Januari 2020, Wave to Earth memperkenalkan dimensi baru pada suara mereka dengan tambahan personel Soonjong Cha (John). Perilisan EP pertama mereka bertajuk "Wave 0.01" menandai perkenalan anggota berbakat ini. Dimasukkannya Jong Cha memperluas cakrawala kreatif band, membawa perspektif segar terhadap identitas musik mereka yang terus berkembang.

5. Koneksi Unik dengan Fans

Hubungan Wave to Earth dengan penggemarnya sangatlah unik, karena mereka akrab dipanggil "plankton." Nama fandom yang tidak biasa ini terinspirasi lirik lagu mereka Surf, yang memuat ungkapan "surf like plankton." Koneksi dengan para pendengar menyoroti keinginan band untuk menciptakan musik yang membentuk hubungan mendalam.

6. Label dan Evolusi

Awalnya dikelola We Are Not 0 di bawah label POCLANOS, Wave to Earth mengalami perubahan menarik dalam perjalanan mereka. Pada 21 November 2021, band ini mengumumkan kolaborasi mereka dengan label Wavy, membuka jalan baru untuk pertumbuhan dan eksplorasi musik mereka.


7. Gaya Musik dan Kolaborasi

Wave to Earth
Band indie Korea, Wave to Earth. (dok. Instagram @wave_to_earth/https://www.instagram.com/p/Cw1si44suAk/)

Gaya musik Wave to Earth dapat digambarkan sebagai perpaduan antara genre indie pop, jazz, dan lo-fi. Perpaduan eklektik ini membedakannya dan berkontribusi pada msuik mereka yang khas. Selain personel inti mereka, penampilan band ini kadang-kadang melibatkan Jo Jung Geun pada keyboard, Jeon Min pada saksofon, dan Hong Seung Gi, yang menyumbangkan karya seni untuk dunia kreatif mereka.

8. Memulai Tur

Wave to Earth mengumumkan tur Amerika Utara pertama mereka pada Mei 2023. Rangkaiannya mencakup banyak perhentian di seluruh AS, termasuk di kota-kota seperti Los Angeles dan New York City, lapor USA Today.

Ketiga personelnya menyebut ini adalah "mimpi yang menjadi kenyataan." "Tidak ada yang mengira kami bisa menjual tiket konser," kata John, nama Inggris Soonjong Cha. "Pertama kali kami melihat tiket konser terjual habis, rasanya tidak nyata."

Tur ini juga menandai pertama kalinya para personel mengunjungi AS sebagai sebuah grup. "Kami berniat menampilkan elemen selama pertunjukan live kami yang tidak dapat dirasakan dari rekaman musik," kata Dong Q.


Going Global

Wave to Earth
Band indie Korea, Wave to Earth. (dok. Instagram @wave_to_earth/https://www.instagram.com/p/CmOnM3yL4-4/)

Daniel mengatakan, ia memilih menulis sebagian besar lagu dalam bahasa Inggris karena ia tidak ingin membatasi jangkauan bandnya. Saat pertama kali berdiri, tidak umum bagi band Korea menulis lagu dalam bahasa Inggris, kata John. "Tapi (Daniel) berkata, 'Oke, kita harus menyasar audiens global.'"

Perspektif ini menguntungkan mereka. Band ini sekarang memiliki lebih dari 5,4 juta pendengar bulanan di Spotify, dan sebagian besar pendengar mereka adalah audiens internasional. "Kami terus bersiap menghadirkan lebih banyak musik menakjubkan di masa depan," kata Dong Q. "Jadi, kami meminta perhatian dan cinta kalian yang berkelanjutan."

Melalui setiap pengalaman, para anggota semakin dekat, terutama saat menulis album pertama mereka. John mengatakan, pandangan artistik dan emosinya telah beradaptasi selama bertahun-tahun. Tidak peduli bagaimana masa depan mereka, para member ingin terus membuat musik bersama.

Setelah Amerika Utara, mereka akan menggelar konser di seantero Asia Tenggara. Dimulai dari Indonesia pada 29 Februari 2024; Kuala Lumpur, Malaysia pada 2 Maret (sold out) dan 3 Maret 2024; Singapura pada 4 Maret 2024; Chiang Mai, Thailand pada 6 Maret 2024, disusul Bangkok pada 9 Maret 2024; serta Manila, Filipina pada 11 Maret (sold out) dan 13 Maret 2024.

Infografis Macam-Macam Alat Musik Tradisional
Infografis Macam-Macam Alat Musik Tradisional. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya