Proyek Restorasi Piramida Menkaure di Giza Mesir Dihentikan Usai Dikritik Absurd

Proyek restorasi Piramida Menkaure yang merupakan piramida terpendek di Giza, Mesir, awalnya direncanakan berlangsung selama tiga tahun.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 05 Feb 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2024, 15:00 WIB
Proyek Restorasi Piramida Menkaure di Giza Mesir Dihentikan Usai Dikritik Absurd
Pramida Menkaure di kawasan Giza, Mesir. (dok. Khaled DESOUKI / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Proyek restorasi Piramida Menkaure yang mengundang kritik banyak pihak akhirnya dihentikan. Hal itu terjadi seminggu setelah Kepala Dewan Kepurbakalaan Tertinggi Mesir, Mostafa Waziri mengunggah video di Facebook yang memperlihatkan para pekerja memasang balok granit di dasar piramida terpendek dari tiga piramida Giza.

Video tersebut memicu gelombang kritik dari para ahli Mesir Kuno. Mereka menyuarakan kekhawatiran bahwa rekonstruksi besar-besaran terhadap monumen yang sedang berlangsung akan merugikan pelestarian struktur bersejarahnya.

Mencoba menenangkan perdebatan, Kementerian Kebudayaan Mesir menghentikan sementara proyek tersebut. Mereka juga membentuk sebuah 'komite ilmiah yang diketuai oleh Zahi Hawass, seorang arkeolog Mesir terkenal, untuk meninjau proyek tersebut. Komite tersebut terdiri dari 'ahli teknik dan arkeologi' dari Republik Ceko, Jerman, Amerika Serikat, dan Mesir.

Mengutip AFP, Minggu (4/2/2024), mereka diminta menyampaikan laporan ahir yang akan mencakup 'prosedur dan langkah-langkah yang diperlukan untuk berkoordinasi dengan (badan warisan PBB) UNESCO'. "Keputusan akan diambil apakah akan melanjutkan proyek tersebut atau tidak," kata kementerian.

Namun, AFP melaporkan bahwa proses pengerjaan sudah berlangsung di kaki Piramida Menkaure sejak minggu lalu. Menurut konstruksi aslinya, dasar piramida ditutupi dengan granit, tetapi seiring berjalannya waktu, sebagian penutupnya hilang. Renovasi bertujuan untuk mengembalikan gaya asli bangunan dengan merekonstruksi dasar granit.

Isu pelestarian warisan budaya di Mesir -- rumah bagi Piramida Agung Giza, yang terakhir dari tujuh keajaiban dunia kuno yang masih terlihat -- seringkali menjadi fokus perdebatan sengit. Penghancuran sebagian besar bangunan bersejarah di Kairo baru-baru ini memicu kampanye publik yang menentangnya, sebuah hal yang jarang terjadi di negara mengingat oposisi politik sebagian besar dilarang.

 

Dikritik Pedas Ahli Sejarah Mesir

Proyek Restorasi Piramida Menkaure di Giza Mesir Dihentikan Usai Dikritik Absurd
Piramida Menkaure di Giza, Mesir. (dok. Khaled DESOUKI / AFP)

Sebelumnya, Mostafa Waziri menjuluki restorasi itu sebagai 'proyek abad ini'. Dalam sebuah video yang diunggah di Facebook pada Jumat, 26 Januari 2024, Waziri menunjukkan para pekerja memasang balok granit di dasar piramida yang berada di samping sphinx dan piramida Khafre dan Cheops yang lebih besar di Giza.

Mengutip laman TRT, Selasa, 30 Januari 2024, pekerjaan itu dijadwalkan berlangsung selama tiga tahun dan digadang-gadang Waziri menjadi 'hadiah Mesir kepada dunia di abad 21'. Waziri merupakan figur yang memimpin misi Mesir-Jepang yang bertanggung jawab atas proyek tersebut.

Namun, unggahan video itu memicu kekesalan banyak orang. Mereka pun meninggalkan komentar yang mengkritik arya tersebut.

"Mustahil!" tulis Egyptologist Monica Hanna. "Satu-satunya hal yang hilang adalah menambahkan ubin pada Piramida Menkaure! Kapan kita akan menghentikan absurditas dalam pengelolaan warisan Mesir?" dia bertanya.

"Semua prinsip internasional mengenai renovasi melarang intervensi semacam itu," Hanna menambahkan, menyerukan semua arkeolog untuk 'segera bergerak'.

Warganet lain tak kalah sarkas. "Kapan proyek meluruskan Menara Pisa akan direncanakan?" tulis warganet. "Daripada ubin, mengapa tidak pasang pelapis dinding saja di piramida?" sambung warganet berbeda.

Kritik Meluas Terkait Restorasi Masjid Bersejarah

Menikmati Mesir Lewat Kemegahan Piramida dan Spinx
Seorang pria menunggang unta dengan latar belakang piramida Khafre yang berada di dataran tinggi Giza di pinggiran barat daya ibukota Kairo, Mesir (6/12). (AFP Photo/Mohamed El-Shahed)

Masalah pelestarian warisan budaya di Mesir yang 10 persen produk domestik brutonya berasal dari pariwisata, sering menjadi bahan perdebatan sengit. Penghancuran di seluruh kawasan bersejarah Kairo yang baru-baru ini terjadi menyebabkan mobilisasi yang kuat dari masyarakat sipil. Warga yang sebagian besar dilarang berkegiatan politik itu kini memusatkan sebagian besar perjuangannya menghadapi pemerintah pada isu-isu perencanaan kota dan warisan budaya.

Perdebatan akhir-akhir ini terfokus pada Masjid Abu al Abbas al Mursi yang dibangun pada abad ke-15 di kota pesisir Alexandria, kota terbesar kedua di Mesir. Pemerintah setempat mengumumkan penyelidikan setelah kontraktor yang bertanggung jawab atas renovasi memutuskan untuk mengecat ulang langit-langit masjid terbesar di kota itu dengan warna putih.

Dari dalam negeri, sebuah struktur besar seperti piramida yang tersembunyi di dalam Bumi di bawah lereng bukit diyakini berusia lebih tua daripada Stonehenge atau Piramida Agung Giza. Struktur tersebut dikenal sebagai Gunung Padang.

Melansir dari Science Alert, Senin, 12 November 2023, para arkeolog yang meneliti situs tersebut menganggap sebagai bukti luar biasa dari kecerdikan manusia. Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, itu berpotensi menjadi piramida tertua di dunia, dibangun di atas gunung berapi yang sudah punah sebelum pertanian atau peradaban seperti yang dikenal saat ini muncul.

Tujuan Pembangunan Piramida Menurut Alquran

Ilustrasi piramida
Ilustrasi piramida. (Photo by Jeremy Bezanger on Unsplash)

Para ilmuwan meyakini, bangunan Piramida Mesir disiapkan tempat untuk makam para raja kuno penguasa mesir. Dalam Islam, raja-raja kuno itu disebut dengan Firaun. Saat meninggal, jasad Firaun diawetkan dengan teknik tertentu yang di kemudian hari dikenal dengan mumi. Jasad Firaun kemudian ditempatkan bersama dengan harta kekayaannya.

Maka, pada awal riset piramida, kebanyakan yang dicari adalah harta karun. Misalnya, penemuan jasad Raja Tutankhamun yang ditemukan utuh dan lengkap, meski sudah beribu-ribu tahun tersimpan di dalam bangunan. Para ilmuwan barat lantas sepakat bahwa tujuan pendirian piramida adalah untuk makam raja.

Namun, dikutip dari kanal Islami Liputan6.com, Al-Qur'an telah menyebut tujuan Firaun membangun piramida jauh sebelum riset dilakukan. Hal ini termaktub dalam Al-Qur'an surat al-Qashash (28) ayat 38 bisa merinci bagaimana piramida dibangun dan tujuannya.

Al-Qur'an menyebut, tujuan utama pembangunan piramida bukanlah sebagai makam. Hal ini terjelaskan dalam surah al-Qashash (28) ayat 38:

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ“Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia dari orang-orang pendusta,” (QS. Al-Qashash’ 28:38).

Dalam ayat ini disebutkan, tujuan Firaun membuat sebuah bangunan tinggi dari tanah liat tersebut adalah untuk melihat Tuhan Nabi Musa ke langit. Ia ingin membuktikan apakah di atas sana ada Tuhannya Nabi Musa atau tidak. Belakangan, ilmuwan menemukan fakta bahwa piramida dibuat dari tanah liat sebagaimana disebut dalam surah tersebut terbukti kebenarannya.

Infografis Menilik Lebih Dalam Taliban
Infografis sejarah keberadaan Taliban 20 tahun yang lalu dan kembalinya Taliban menguasai Afghanistan pada 2021 (Cindy Damara).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya