IATA Sebut Harga Tiket Pesawat Bakal Naik pada 2024, Imbas Inflasi dan Biaya Bahan Bakar

Maskapai penerbangan belum sepenuhnya pulih setelah dihantam pandemi Covid-19, namun kini harus berjuang dengan inflasi sehingga akan ada kenaikan harga tiket pesawat.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 06 Jun 2024, 04:32 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2024, 04:00 WIB
Ilustrasi bandara, airport, penerbangan, pesawat terbang
Ilustrasi bandara, airport, penerbangan, pesawat terbang. (Image by 4045 on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Pakar industri penerbangan mengatakan harga tiket pesawat akan lebih tinggi pada 2024. Biaya penerbangan Anda berikutnya kemungkinan akan naik menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), yang mengadakan pertemuan tahunannya pada Senin, 3 Juni 2024 di Dubai, rumah bagi maskapai penerbangan jarak jauh Emirates.

Mengutip dari laman Euronews, Rabu, 5 Juni 2024, maskapai penerbangan saat ini terus melakukan pemulihan dari larangan terbang di seluruh dunia selama pandemi virus corona. Namun para pemimpin industri mengatakan bahwa ada beberapa biaya yang kemungkinan akan mendorong harga tiket menjadi lebih tinggi.

Salah satu penyebabnya adalah inflasi di seluruh dunia, yang merupakan masalah yang terus terjadi sejak pandemi ini dimulai. Biaya bahan bakar pesawat jet, sekitar sepertiga dari seluruh pengeluaran maskapai penerbangan, masih tetap tinggi.

Sementara itu, dorongan global terhadap industri penerbangan untuk melakukan dekarbonisasi menyebabkan semakin banyak maskapai penerbangan yang berjuang untuk mendapatkan sedikit bahan bakar penerbangan berkelanjutan (sustainable avturefuel, atau SAF), yang tersedia di pasar.

"Maskapai penerbangan akan terus melakukan segala yang mereka bisa untuk menjaga biaya tetap terkendali demi kepentingan konsumen," kata Willie Walsh, direktur jenderal Asosiasi Transportasi Udara Internasional, sebuah kelompok industri-perdagangan.

"Tetapi menurut saya tidak realistis untuk berharap bahwa maskapai penerbangan dapat terus menanggung semua biayanya. … Ini bukanlah sesuatu yang ingin kami lakukan, namun ini adalah sesuatu yang harus kami lakukan," jelas Walsh sambil mengatakan bahwa hal ini yang juga menekan industri ini adalah pandemi yang melanda produksi pesawat terbang, kata mereka. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pilihan Sulit Bagi Masakapai Penerbangan

Ilustrasi pesawat United Airlines.
Ilustrasi pesawat United Airlines. (dok. Skeeze/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Maskapai penerbangan sekarang membiarkan pesawat tua yang menggunakan lebih banyak bahan bakar terbang lebih lama. Pesawat baru juga tidak cukup untuk memperluas rute dan meningkatkan pasokan guna menurunkan harga secara keseluruhan.

Peringatan ini muncul ketika IATA memperkirakan secara global, pendapatan maskapai penerbangan akan mencapai hampir 1 triliun Euro pada 2024, sebagai sebuah rekor tertinggi. Akan ada 4,96 miliar pelancong yang menggunakan pesawat tahun ini, dengan total pengeluaran untuk maskapai penerbangan mencapai 936 miliar dolar AS yang merupakan rekor tertinggi lainnya.

Namun keuntungan industri juga diperkirakan mencapai hampir 60 miliar dolar AS tahun ini. Secara khusus, Emirates, penggerak utama perekonomian Dubai, mencatatkan rekor keuntungan pada 2023.

Hasil yang dicapai Emirates sama dengan hasil yang diperoleh dari basisnya, Bandara Internasional Dubai. Bandara tersibuk di dunia bagi wisatawan internasional ini memiliki 86,9 juta penumpang pada tahun lalu, melampaui jumlah penumpang pada tahun 2019 tepat sebelum pandemi virus corona menghentikan penerbangan global.


Penyebab Harga Tiket Pesawat Domestik Mahal

Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Pesawat milik sejumlah maskapai terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019). Pemerintah akhirnya menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen yang berlaku mulai Kamis hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Mengutip dari Tim Bisnis Liputan6.com, 24 Mei 2024, Pengamat Transportasi Darmaningtyas menyoroti harga tiket pesawat yang dinilai kemahalan oleh konsumen. Mahalnya harga tiket pesawat ini terutama dirasakan calon penumpang untuk rute-rute domestik. 

Darmaningtyas, mengungkapkan tiket pesawat termasuk salah satunya maskapai Garuda Indonesia amat tergantung pada berbagai aspek, contohnya harga avtur hingga nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). Ia menyebut, semua transaksi terkait industri penerbangan sata saat ini memang menggunakan dolar AS.

Transaksi tersebut seperti pembelian pesawat, onderdil atau suku cadang sampai perawatan. "Jadi, ketika rupiah jeblok, otomatis akan berpengaruh terhadap tiket pesawat," kata Darmaningtyas kepada Liputan6.com, Jumat, 24 Mei 2024.

Khusus untuk maskapai Garuda Indonesia, bukan cuma faktor harga avtur hingga dollar, faktor lainnya dilihat dari bagaimana cara Garuda Indonesia mengelola manajemen korporasi itu sendiri. Apabila manajemen korporasinya tidak kompeten dan boros, maka akan berpengaruh pada tiket pesawat yang semakin melambung.

 


Bahan Bakar Avtur Sudah Beberapa Kali Naik

Ilustrasi tiket pesawat.
Ilustrasi tiket pesawat. (dok. StockSnap/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Kendati demikian, harga tiket juga disesuaikan dengan aspek keselamatan dari maskapai pelat merah tersebut. "Dan tentu manajemen korporasi itu sendiri. Kalau korporasinya boros, ya sulit harga tiketnya ditekan rendah tapi tetap menjaga aspek keselamatan," sebutnya.

Sementara sebelumnya Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengklaim tak menaikan secara signifikan harga tiket Garuda Indonesia sejak lima tahun terakhir. "Dibilang harga tiket mahal, yang bilang siapa? Mau kemana? Jam berapa? Hari apa? Harga tiket kita sudah enggak naik sejak 5 tahun terakhir loh, lima tahun!" Tegas Irfan, saat pemaparan hasil RUPST Garuda Indonesia ditulis Kamis, 23 Mei 2024.

Garuda Indonesia ditegaskan Irfan, tetap mengikuti regulasi Pemerintah soal batas atas dan batas bawah harga tiket pesawat. Namun selama tidak menaikan harga tiket tersebut, malah kenaikan bahan bakar pesawat atau avtur sudah beberapa kali naik.

Belum lagi adanya kebijakan kenaikan airport tax yang naik hingga 100 persen, serta kenaikan gaji pilot, awak kabin, para pegawai, direksi yang bertambah kini menjadi 6 orang, dan hal sebagainya. Mahalnya harga tiket pesawat domestik, terutama sejak pandemi mereda, memang terus dikeluhkan. Situasi tersebut disebut-sebut membikin masyarakat lebih memilih berwisata ke luar negeri, sebab tiketnya relatif lebih terjangkau. 

Infografis Strategi Tekan Harga Tiket Pesawat
Infografis Strategi Tekan Harga Tiket Pesawat (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya