Liputan6.com, Jakarta - Tiap negara dan daerah punya aturan tersendiri yang mungkin terkesan aneh dan unik bagi orang lain, begtiu pula di China. Jika Anda berkunjung ke daerah Zhousan di provinsi Zhejiang, jangan terkejut ada staf restoran maupun tempat wisata menggoyang atau menganggukkan kepalanya saat Anda maupun wsiatawan lainnya melintas.
Hal itu diketahui dari unggahan di akun Instagram @todayonline yang membagikan unggahan dari akun media sosial China, Douyin pada Rabu, 5 Juni 2024. Dalam video itu terlihat seorang staf sebuah restoran berkali-kali menggerakkan kepalanya ke arah restoran.
Baca Juga
Ia sepertinya mengajak orang-orang yang melintas unrtuk mampir dan bersantap di restorannya. Lalu, kenapa mereka tidak menggunakan tangan mereka untuk mengajak para wisatawan ke tempat mereka? Ternyata mereka memang tidak diperbolehkan menggunakan tangan di tempat-tempat tertentu.
Advertisement
Dilansir dari laman Today Online, 2 Juni 2024, menurut seorang pemilik restoran di Zhousan, ada aturan itu memang dibuat oleh tempat-tempat wisata termasuk restoran di kawasan tersebut. Seorang warganet meyakini aturan itu dibuat karena gestur gerakan tangan terkesan kurang sopan dan seperti mengintimidasi orang lain untuk berkunjung ke satu tempat. Meski begitu tak sedikit juga warganet yang menilai aturan itu terkesan aneh.
Ada pula warganet yang mengaku aturan itu membuatnya merasa seperti seorang selebriti karena bisa masuk ke sebuah restoran tanpa harus terkesan diintimidasi. Namun warganet lainnya bersikap skeptis dengan sikap pengelola yang menempatkan stafnya untuk mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung.
"Restoran yang menempatkan staf untuk mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung kemungkinan rasa makanannya tidak enak, jadi Anda sebaiknya menghindari tempat-tempat seperti itu," saran warganet lainnya.
Aturan Tidak Boleh Mengangkat atau Mendongakkan Kepala
Aturan yang terkesan aneh dan unik tak hanya di bidang pariwisata, tapi juga di bidang pendidikan. Di China, siswa sekolah bersaing untuk masuk ke universitas favorit, yang diharapkan bisa mengamankan posisi mereka dalam lingkup pekerjaan.
Melihat tingginya tingkat persaingan tersebut, tren baru bernama "head-up rate" menjadi populer di banyak sekolah menengah di China. Dalam aturan baru itu, sekolah akan menghitung berapa banyak siswa yang mengangkat atau mendongakkan kepala mereka di kelas ketika ada suara tak terduga, guna mengukur tingkat konsentrasi mereka.
Beberapa guru dilaporkan menguji konsentrasi siswa dengan sengaja membuat suara-suara seperti ketukan pintu, dan siswa yang ketahuan melihat ke atas akan dihukum. Wang Yimei, seorang siswa sekolah menengah dari Provinsi Hebei, China utara, mengatakan kepada media Meiri Renwu, bahwa ada hukuman berat bagi yang melanggar aturan tersebut.
"Kalau ketahuan mendongak akan dianggap melanggar aturan. Setelah ketahuan, Anda harus menjalani hukuman sepanjang hari. Dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam," katanya, seperti dikutip dari kanal Global Liputan6.com yang melansir dari SCMP, 22 Agustus 2023.
Namun, aturan ini kemudian mendapat respons di dunia maya, dengan banyak yang mempertanyakan manfaat sebenarnya dari aturan tersebut. Salah satu siswa yang tidak diketahui identitasnya, menulis di media sosial bahwa aturan itu bertentangan dengan refleks spontan manusia.
"Kita adalah manusia yang akan mencari sumber suara secara refleks. Namun, saya berkata pada diri sendiri untuk tidak melihat ke atas ketika mendengar suara-suara seperti itu. Bahkan jika sekolah runtuh, jangan angkat kepalamu," tulisnya.
Advertisement
Murid Perempuan Tak Boleh Berambut Panjang
Padahal sebelumnya, aturan semacam itu telah berakibat fatal bagi para siswa. Misalnya pada 2016, ketika sebuah sekolah menengah di Provinsi Shandong, China timur mengalami serangan, siswa-siswa yang mendengar ledakan merasa ragu untuk lari dan menyelamatkan diri.
Meskipun sudah ada beberapa kasus serupa terjadi, institusi pendidikan di China tetap menerapkan aturan tersebut, dengan harapan bisa melatih fokus dan konsentrasi siswa yang dianggap akan berguna untuk mempersiapkan studi mereka.
Beberapa sekolah bahkan menerapkan aturan bergaya militer bagi muridnya hingga menghapus kegiatan non-akademik di sekolah. Misalnya, sejumlah sekolah memaksa murid perempuan untuk memotong rambut mereka karena menilai bahwa rambut panjang dan aksesori rambut dapat mengganggu fokus belajar mereka.
Sebagian besar sekolah di China menilai bahwa murid-muridnya harus berkuliah di universitas terkemuka agar bisa mendapatkan pekerjaan layak di tengah persaingan yang ketat. Pemerintah China juga merilis rancangan aturan baru terkait pengetatan aktivitas bermain game online di negara itu.
Usaha China Mengatasi Kecanduan Game Online.
Dalam rancangan aturan baru ini, salah satu yang tertuang adalah game online dilarang menawarkan insentif atau hadiah, untuk pembelian atau login harian atau daily login. Regulator National Press and Publication Administration juga menyatakan membatasi jumlah top up oleh pengguna, serta mengeluarkan peringatan untuk "perilaku konsumsi yang tidak rasional."
Dikutip dari AP News, Jumat, 29 November 2023, saham Tencent, perusahaan gim terbesar di China, sempat anjlok 16 persen usai pengumuman pemerintah Tiongkok ini, sebelum pulih dan ditutup 12 persen lebih rendah pekan lalu.Sementara pesaingnya NetEase, harus kehilangan sekitar 25 persen usai pengumuman pembatasan aktivitas game tersebut.
Bukan hal asing buat gamer, banyak gim populer yang menawarkan hadiah daily login, untuk pemain yang rajin masuk ke dalam permainan setiap harinya. Berbagai hadiah yang bisa berbentuk item dalam game online semacam ini, biasanya mengharuskan pemain untuk login dalam jangka waktu tertentu secara berturut-turut jika mau mendapatkannya.
Beberapa tahun terakhir, pemerintah Tiongkok sendiri memang memperketat aturan untuk industri gim di sana, termasuk para pemainnya. Sebuah riset di Tiongkok yang rilis tahun lalu bahkan mengklaim aturan ketat di sektor game di negara itu, sukses memangkas masalah kecanduan game online.
Advertisement